Jumat, 20 Desember 2019

KASKA LEADERSHIP


Bagian 1…


Kaska…

Defenisi pejabat pemerintah sepertinya sedang mengalami simpang siur pada satu negara. Persaingan ketat, kualisi antar partai, perebutan kekuasaan, serta segala jenis istilah-istilah dunia pemerintahan politik bermuara di tiap sudut jalan. “Hidup Kaska…” semua berteriak menyuarakan satu nama menuju kursi presiden.Apa pun akan saya lakukan sekaligus pertaruhkan demi sebuah kemenangan telak di dalam.
Politik memang terdengar menyenangkan bagi mereka yang memang ingin terjun dalam dunia semacam ini.Dinyatakan suram, kejam, bengis, iblis, menjijikkan, ngeri oleh sekelompok kawanan kecil untuk beberapa alasan sesuai kasat mata mereka sendiri. “Kaska presiden kami bukan yang lain” menjadi slogan kalimat partai bersama kumpulan pendukung demi memenangkan pertarungan.
“Andaikan saya terpilih sebagai presiden, tentu pemerataan kesejahteraan rakyat menjadi paling nomor satu” penyampaian pidato di antara puluhan ribu masyarakat.
“Tidak ada lagi pengangguran di Negara ini, rakyat akan bebas dari kemiskinan…” berteriak sekaligus berkoar-koar demi mendapat sejumlah suara.
“Kaska memang presiden terbaik” seru salah seorang.
“Jangan pilih yang lain, hanya Kaska” teriakan mereka di sepanjang jalan.
Berhasil membuat permainan hingga suka maupun tidak beberapa partai harus berpihak alias terjadi kualisi diiringi pertarungan paling menarik. Kemenangan mutlak sebentar lagi menjadi milik Kaska. Presiden sebelumnya harus siap menerima kekalahan tragis seumur hidupnya. Politik memang seperti ini dengan jalur-jalur permainan harus dibuat sedemikian rupa atau siap mengalami kekalahan. Dunia pejabat penuh dengan tipu muslihat, kemunafikan, iri hati, memperkaya diri sendiri, egois, saling menjatuhkan, menghalalkan segala cara untuk bertarung.
Berjalan apa adanya sekaligus dinyatakan bersih oleh Tuhan, hanya akan menghancurkan hidup sendiri juga siap dilemparkan dari tepi jurang oleh para lawan politik lainnya. Terlalu bersih sama saja mencari mati ketika menjalankan roda pemerintahan.Sepertinya Tuhan pergi menghilang dan memang seperti itulah kenyataan yang ada.
Akihr cerita Kaska Kedhim adalah berhasil memikat hati rakyat sekaligus menang telak dari lawan politik tetangga sebelah.Presiden baru menciptakan suara terbanyak menuju sebuah kursi nomor satu di Negara tercinta.“Hidup Kaska” ucapan tersebut terus saja bergelora seperti ombak di pantai.
Rakyat berpikir akan mendapat seorang pemimpin yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya, namun kenyataan akan berbanding terbalik. Sang penguasa tidak akan pernah menjadi malaikat paling putih untuk mendekap atau memulihkan segala sesuatu di setiap bidang. Perencanaan juga pembagian keuntungan menjadi planning bagi kami semua.Pejabat-pejabat sebelumnya yang sudah terlibat korupsi dinyatakan selamat dari maut sesuai kesepakatan keuntungan antara pihak penguasa dan mereka. Semua tergantung situasi…
Peresmian penguasa nomor satu Negara ini menjadi gerbang iblis untuk menghancurkan serta menjadi sesuatu hal paling menarik untuk ditonton oleh bangsa lain. Hutang Negara makin menumpuk, kas mines, pertikaian, aturan-aturan yang selalu memberatkan rakyat pun tidak luput, penguasa-penguasa atau dikatakan beberapa oknum mempunyai keuntungan di atas rata-rata, dan masih banyak lagi kisah mengerikan bermain hanya dengan hitungan hari setelah peresmian Kaska sang presiden.
Saya tidak akan pernah menjadi malaikat bagi rakyat bodoh. Kekejian sang penguasa membuat rakyatnya menderita bahkan mengambil hak milik orang-orang bawah. “Saya menginginkan beberapa proyek berjalan mulus tanpa campur tangan pemerintah terlebih menyerang permasalahan pajak dan lain sebagainya” salah satu pebisnis melakukan kontak berhadapan langsung di tempat rahasia.
“Jaminan biayanya berapa? Tidak gampang melakukan hal semacam ini”…
“Tenang saja, tentu setimpal” dia menyadari maksud ucapanku tadi.Suap menyuap memang biasa terjadi di kalangan pejabat pemerintah bahkan sudah menjadi ciri khas paling unik di setiap bidang.
Hanya memainkan beberapa data dokumen maka semua bisa terjadi. Sekedar basa-basi di hadapan rakyat, namun diam membisu tanpa melakukan apa pun ketika satu masalah ingin dimunculkan ke permukaan. Terkadang, seorang pejabat yang sudah terlanjur tertangkap basah memang harus mendekam dalam sel dan hanya terlihat area luar saja. Ketika terjadi penelusuran operasi tetap dapat berjalan di luar sana hanya dengan mengedipkan mata terhadap beberapa orang kepercayaannya.
Hal lebih kacau lagi adalah dengan sengaja terlihat religius untuk mendapat simpatik masyarakat di luar sana. Satu pertanyaan, benarkah semua sikap religiusnya berasal dari dasar hati paling dalam?Atau sekedar menghindari berbagai kasus semata?“Jangan sampai siapapun mencium proyek-proyek pengadaan di sana!” menekankan kalimat tersebut ketika memberi beberapa dokumen-dokumen penting terhadap salah satu orang kepercayaan.
Entah bagaimana cerita sampai lawan politikku menyadari semua itu.Sebuah bukti proyek pembangunan menjadi boomerang bahkan memicu kemarahan rakyat terhadap presiden terpilih. Sejauh yang dibayangkan tentang keseimbangan kesejahteraan sama sekali tidak pernah ada. Rakyat makin menderita, terpuruk, kelaparan,sulit bekerja, miskin sebagai akibat permainan para penguasa termasuk diriku pribadi.
Terjadi demonstrasi besar-besaran di mana-mana seiring makin menyebarnya permasalahan suap-menyuap karena permasalahan proyek-proyek tersebut.Menggulingkan presiden baru memang hal paling menyenangkan bagi para musuh bebuyutanku di dunia pemerintahan.“Turunkan presiden Kaska” sontak teriakan para demonstran dari segala penjuru.
“Dia binatang bukan presiden” slogan terpojok rapi di tiap aplikasi medsos.
Apakah saya takut menghadapi mereka? Jawabannya tidak sama sekali. Mereka semua hanya sampah yang dengan mudah dapat dilemparkan ke dalam api hingga menjadi debu. Amarah, kutukan, kebencian, geram, dan berbagai tindakan anarkis terus saja terjadi.Lebih kacau lagi adalah saya dengan santainya menikmati kisah dramatis seperti ini.Kerugian besar-besaran di seluruh wilayah memang terjadi.“Kenapa ayah berubah jadi iblis?”Adiv putraku yang baru beruusia 18 tahun melemparkan sebuah pertanyaan.
“Kau tahu apa tentang politik?Diam dan masuk kamar!” nada memerintah.
“Kau bukan ayahku” Adiv.
“Masuk kamar!” ucapan nada menekan terhadapnya.Dapat dikatakan Adiv sedang dalam masa transisi pada usianya yang masih belasan sehingga sulit mencerna setiap hal.Politik memiliki ciri khas di berbagai lapisan Negara yaitu perang dan permainan untuk menjadi yang terkuat.
Saya tidak akan pernah memperdulikan demonstrasi dari rakyat. Berusaha mencari jalan untuk menghentikan penyerangan mereka terhadap presidennya sendiri. Sebesar-besarnya kebencian rakyat semua itu tidak akan mengubah jalan pikiranku. Haus kekuasaan tetap bermain membungkus jalur sang presiden.
Beberapa hari kemudian, saya berencana untuk mengadakan pertemuan dengan beberapa pemimpin dunia di luar negeri. Kesempatan menciptakan strategi politik di hadapan seluruh tokoh penting. Memang seperti itulah kisah seluruh tokoh-tokoh penting dari belahan dunia yaitu membuat satu kesempatan tertentu.
Singkat cerita, ketika perjalanan menuju bandara terdapat sekelompok orang menghentikan kendaraan bahkan mengancam. Lebih mengejutkan lagi adalah Adiv ikut bersembunyi diam-diam di belakang mobil. Saya menyadari pasti sifat putra sulungku yang berusaha ingin menghentikan segala tindak berlebihan terhadap bangsa dan Negara ini.
Mereka membawa kami pergi jauh keluar dari ibu kota menuju tempat tanpa penduduk. “Brengsek kalian” sangat marah mendapat perlakuan bejat…
“Kau tidak akan bisa kemana-mana” salah seorang tertawa sinis.
Sekelompok orang tersebut terus saja melemparkan pukulan ke arah kami berdua. Adiv berhasil mengalihkan perhatian hingga menarik tanganku untuk berlari menyelamatkan diri. Mereka terus mengejar kami tanpa lelah, sementara kakiku sendiri tersandung oleh batu. “Tidak” menyadari Adiv berusaha melindungi ayahnya dari tusukan benda tajam berulang kali. Dia tetap berjuang menarik tanganku untuk menghindari mereka. Sampai akhirnya kami berada di sebuah hutan belantara. Darah segar terus mengalir…


Bagian 2…

Mereka menancapkan benda tajam ke tubuh Adiv tanpa ampun. “Tidak…” histeris melihat darah segar mengalir keluar dari tubuh putraku. Usianya masih terlalu dini meninggalkan dunia.Kenapa?Siapa yang bisa menolongku? Saya tidak boleh kehilangan anak kebanggaan, kehidupan, masa depan, juga harta terbaikku. Melenyapkan nyawa putraku di tengah hutan belantara.
“Berjanjilah satu hal buat Adiv” berusaha menahan rasa sakit…
“Jangan tinggalkan ayah” rasa takut mendekap.
“Ayah” bibir penuh luka masih berusaha berkata-kata.
“Kau harus hidup” berteriak keras…
“Ayah” masih bisa tersenyum…
“Siapa yang akan menemani ayah bermain catur?”
“Adiv hanya ingin ayah memperbaiki semuanya. Melihatmu dari atas sana berjuang membuktikan kalau ayah memang presiden terbaik di mata semua orang bukan iblis…” Adiv.
“Ayahku bukan presiden jahat, tapi ayahku seorang presiden sekaligus sahabat buat semua orang terlebih rakyat lemah” Adiv.
“Adiv” menangis keras di sampingnya.Tubuhnya tidak lagi bergerak menatap ke arahku.Anakku pergi seakan tidak memperdulikan perasaan ayahnya.Saya belum melihat dia tersenyum di hadapanku dan memperkenalkan gadis impiannya. Putraku masih terlalu kecil untuk mengenal kata maut hingga harus berjalan seorang diri sekitar tempat tersebut.
Balasan setimpal dari sang pencipta atas setiap kelakuan burukku. Menguburkan adiv seorang diri di tengah hutan belantara terdengar mencekam.Apa yang akan kukatakan pada ibunya tentang kepergian sang jagoan. Bagaimana adik kecilnya menjalani hari-hari buruk tanpa senyuman sang kakak untuk mendekap perjalanannya. Haruskah saya berbohong atas semua hal yang sedang terjadi sekarang?
“BalasanMU cukup sadis buatku” tertawa sinis menatap ke langit.
“Okey, KAU bisa menertawakan hari-hariku sekarang ini”…
Putraku harus menanggung perbuatan brengsek ayahnya. Tidak ada ayah yang akan berlaku kejam terhadap anaknya sendiri. Menangis berhari-hari di tengah hutan belantara tanpa seorangpun di luar sana menyadari bagaimana seorang ayah mendapat hukuman dari sang pencipta.
“Sampai kapan tuan hanya duduk seperti orang bodoh di samping kuburan itu?” seseorang ternyata terus mengamati pergerakanku. Berarti saya tidak sendirian di hutan ini, melainkan ada orang lain lagi di sini. Di balik tanaman hutan mereka berdua mendengar semua ucapanku. Yah bukan hanya satu orang melainkan dua seolah menjadi pendengar setia ungkapan perasaanku.
“Adiv” mengejutkan salah satu di antara mereka memiliki wajah sama dengan anakku.
“Apa ini mimpi?” menggosok kedua mataku.
“Ini tidak mungkin, anakku sudah meninggal” tanganku sendiri menggali menggali tanah bahkan kuburan Adiv masih basah.
“Ada apa denganmu tuan?” gadis remaja seumuran anakku bertanya.
“Apa kau melihat hantu?” pria itu terlihat kebingungan. Bagaimana bisa seseorang memiliki wajah sangat mirip tanpa hubungan darah? Mereka berdua memberiku makanan serta tempat tinggal untuk berteduh. Apa yang terjadi dengan dua anak remaja di hadapanku sekarang? Apakah mereka sepasang kekasih yang sedang ingin melarikan diri dan bersembunyi jauh dari tengah keramaian?
Kehidupan mereka benar-benar tertutup di tengah hutan belantara. Saya tidak pernah memahami cerita tentang Tarzan, namun melihat mereka seolah membuka mataku akan kisah nyata. Beberapa hari lalu semangat hidup dan harapan hilang oleh kepergian Adiv jauh berbeda dengan sekarang. Salahkah pria tua sepertiku menganggap dirinya sebagai anakku yang tidak akan pernah kembali melihat dunia?
Saya akan berusaha menjadi seseorang yang diinginkan oleh Adiv, andaikan pria itu menjadi dirinya. Berjuang memperbaiki keadaan tidak masalah. Saya benar-benar mencintai keluargaku walaupun dikatakan jalan kepribadianku berada pada kategori paling bengis. Andaikan dia menjadi Adiv, setidaknya saya tetap bisa merasakan kehadiran putraku. Adiv kembali...
“Makanlah!” dia menyodorkan daging hasil berburu miliknya.
“Kenapa kau bersembunyi di tengah hutan belantara semacam ini?” menyatakan satu pertanyaan.
“Keadaan membuat saya seperti sekarang” ucapannya.
“Siapa namamu? Saya hanya tinggal menikmati pertolongan, tetapi sampai detik sekarang kau sama sekali tidak menyebutkan nama.”
“Izryel” jawaban lantang.
“Gadis itu siapa?”
“Dia adik kembarku” Izryel.
“Lantas kenapa kalian bersembunyi seperti ini?”
“Mereka menghancurkan rumah kami, ayah dibunuh depan mataku hanya karena keserakahan orang-orang tertentu” Izryel.
“Bagaimana dengan ibumu?”
“Ibu tidak tahan hidup miskin sampai berakhir tragis” Izryel.
“Maksudnya?”
“Dia pergi meninggalkan kami, tapi hidup di tengah hutan terdengar menyenangkan” Izryel. Apa bedanya sifat antara saya dan ibunya? Sama-sama kejam, binatang, iblis...
Dia bukan Adiv itulah kenyataan lain buatku. Seakan sang pencipta sengaja mengirimnya buatku untuk menjadi satu kekuatan. Adiknya bernama Hodrefu terlihat diam tanpa menciptakan suatu objek sebagai dialog percakapan. Anakku mempunyai bentuk wajah sangat mirip dengan Izryel tetapi tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Saya tidak merasa mempunyai anak kembar. Jenis darah, hobi, kebiasaan antara saya dan Adiv sama.
Saya berada di samping bundanya ketika Adiv dilahirkan, bahkan dokter tidak berkata tentang bayi kedua apa lagi ketiga. Menyalakan api untuk menghangatkan tubuh. Diam tanpa berkata-kata membayangkan semua hal yang sudah terjadi. “Dia siapa?” Izryel memecah keheningan malam.
“Putra terbaik dari pria tua seperti diriku” menjawab pertanyaannya.
“Ini wajahmu” Hodre menarik selembar foto di tanganku.
“Benar” Izryel hampir tak percaya.
“Awalnya saya sama seperti kalian. Sangat terkejut”...
“Wajah anakmu sangat mirip dengaku” Izryel menganga...
“Kuburan anakku masih basah, tapi seolah sang pencipta dengan sengaja mempertemukan diriku dan dirimu. Entahlah apa maksud dibalik semua itu.” Menarik nafas dalam-dalam sambil menundukkan kepala.
“Bagaimana mungkin?” Izryel.
“Saudara kembarku satu-satunya hanya Hodrefu bukan yang lain” penekanan terbaik seorang Izryel.
Anakku dan mereka sama sekali tidak memiliki hubungan darah. Bagaimanapun saya harus menutupi kasus kematian Adiv. Meminta Izryel menjadi Adiv sama saja menambah sebuah perangkap lagi buatku, namun terpaksa. Saya ingin menebus semua kesalahan kemarin apa pun caranya.
“Tuan seperti manusia tidak waras” Izryel menatap serius ke arahku.
“Ada banyak kesalahan besar terjadi...”
“Tapi tidak mamakai saya sebagai umpan” Izryel.
“Istri dan putri kecilku yang masih berusia lima tahun sangat mencintai Adiv. Musuh, lawan politik, orang-orang yang membenciku siap-siap tertawa menikmati penderitaan jalanku sekarang”...
“Politik?” Izryel.
“Jangan-jangan tuan itu salah seorang pejabat” Hodrefu. Terdengar aneh mereka berdua sama sekali tidak mengenal pemimpin negaranya sendiri. Rasa-rasanya saya ingin tertawa. Berpura-pura bodoh atau memang sama sekali tidak tahu? Yah wajar saja, tempat tinggal mereka di hutan bukan pusat keramaian kota. Saya seorang pemimpin iblis yang pernah ada. Jauh lebih baik jika tidak mengenalku sama sekali.
“Kalau boleh jujur” berkata-kata sambil memasang senyuman sinis.
“Jujur?” Izryel.
“Saya pejabat paling jahat yang ingin belajar memperbaiki walaupun mustahil semua itu bisa terjadi pada satu kata pemulihan di segala area” berujar terhadap mereka.
“kalau dilihat dari wajahmu sepertinya kau bukan orang jahat” Hodre.
“Kau masih terlalu polos untuk mengerti dunia para pejabat. Jangan menilai seseorang hanya dari luar semata” menatap ke arah gadis remaja di hadapanku.
“Jaminannya apa kalau saya menerima tawaranmu?” Izryel.
“Kalian berdua bisa bermain bersama gadis kecilku, sekolah di tempat berkualitas, menikmati fasilitas-fasilitas tertentu.”
“Saya ingin keluar jauh untuk mengejar mimpi bukan berada di tempatmu. Apa tuan bisa menyanggupi semua itu?” Hodre.
“Saya tidak mengerti” mengerutkan kening.
“Saya tidak mau tinggal di negara ini, persembunyian di hutan hanya untuk sementara bukan selamanya” Hodre.
“Tentu” menjawab tanpa melemparkan pertanyaan kembali.
Sesuatu yang sulit dibayangkan makna pernyataan Hodre. Kenyataan lain adalah mereka hanya mengasingkan diri untuk beberapa saat, tidak bercerita tentang kata selamanya. Kami berjalan keluar menyusuri hutan belantara menyambut satu area lain. Kesunyian hutan tidak lagi bercerita maupun berteriak kuat. Sepanjang jalan pada sebuah pedesaan kecil, semua orang mengutuk sang pemimpin negara ini. Kebencian, amarah, emosi, penderitaan, luka menyatu dalam kehidupan orang di sekitarku.
Wajar mereka menjadi pembenci atas setiap hal yang selalu saja menimpa kehidupan. Kelaparan, kesulitan mendapat pekerjaan, kemiskinan menjadi akar paling menyakitkan membungkus kehidupan mereka. Tiap daerah hanya menginginkan sang presiden hilang ditelan bumi. Kepergiaan Adiv menjadi hukuman terberat bagi perjalanan hidupku sendiri. Rasa-rasanya saya ingin mundur bahkan menjauh untuk mengobati setiap luka semua orang di sekitarku. Semua itu tidak menyelesaikan masalah.
Bertahan untuk memulihkan segala sesuatu walaupun tidak pernah menjadi satu kesempurnaan dibanding diam berlari keluar. Saya pasti akan memilih mundur, tetapi tidak sekarang bagaimanapun kebencian semua rakyat terhadapku. Sepertinya penderitaan dua adik kakak yang sedang bersama dengan adalah hasil perbuatanku. Entah seperti apa kebencian Izryel juga Hodre seandainya dugaanku benar tentang kisah mereka.
Tidak seorangpun menyadari kematian putra semata wayangku sejauh perkiraanku. Seluruh rakyat hanya tahu jika saya sedang berada di luar negeri bukan karena permasalahan kasus penculikan atau sejenisnya. Kedua anakku memang tidak pernah berada di depan public, hanya saja demi menghindari beberapa hal-hal tertentu sampai saya harus melakukan semua ini. Dapat dikatakan rakyat bersama musuhku lebih suka mendengar berita kematianku bersama keluarga dibanding apa pun juga. “Ayah” seorang gadis kecil berusia 5 tahun berteriak di depan pintu rumah. Perjalanan cukup melelahkan selama beberapa waktu...
“Kau akhirnya kembali” Zamira istriku berjalan ke arahku.
 “Ka’Adiv” Zahlee berlari memeluk Izryel. Istri dan putriku satu-satunya belum menyadari kematian Adiv. Kesalahan terbesarku adalah menyuruh orang lain berperan sebagai dirinya. Hal terbodoh, kejam, bengis untuk kesekian kalinya kulakukan.
“Adiv” Zamira juga tidak ingin kalah dari Zahlee.
Memberi kode terhadap Izryel agar membalas pelukan istri dan anakku. Memperkenalkan Hodre sebagai anggota baru rumah tanpa memberi tahu alasan jelas. “Maaf membuatmu malu atas semua hal yang terjadi” berbicara di hadapan Zamira tanpa basa basi ketika kami berdua berada dalam kamar.
“Bangsa ini menyatakan kebencian terhadapmu, tetapi saya akan tetap di sampingmu” Zamira tersenyum memberi pelukan.
Hal terbodoh selalu saja kulakukan adalah membohongi istriku akan banyak objek. Saya butuh waktu berkata jujur tentang banyak hal terlebih kematian putra kami Adiv. Izryel hanya berperan sebagai pengganti untuk menutupi semua keburukanku. Saya ingin berkata jujur, tetapi tidak sekarang. Butuh waktu juga kesiapan mental menghadapi satu kenyataan di depan mata.



Bagian 3...


“Kau tidak pernah berkata kalau ternyata dirimu seorang presiden” Hodre sedikit marah.
“Hodre pelankan suaramu, please” menyumbat mulutnya seketika.
“Kami dengan bodohnya tertipu bentuk wajahmu kemarin” Hodre.
“Sepertinya saya sudah berterus terang mengenai status kerja di dunia pejabat.”
“Tapi tidak secara detail” Hodre. Terjadi perselisihan antara saya dan dirinya ketika kami berada dalam ruang kerja pribadi milikku. Anak itu nekat masuk untuk meminta penjelasan dengan mengelabui beberapa orang di rumah.
“Lantas kau juga akan melemparkan sumpah serapah sama seperti bangsa ini?” membuat sebuah pertanyaan.
“Kau melibatkan saudara kembarku sekaligus satu-satunya anggota keluarga yang kumiliki” Hodre.
“Andaikan seluruh rakyat, pejabat, partai politik, internasional, terlebih anak-istriku menyadari semua itu tentu tidak mudah...”
“Bagaimana dengan kami berdua?” Hodre.
“Hodrefu, beri saya waktu memperbaiki semua hal...”
“Sampai kapan?” Hodre.
“Masa jabatan sebagai presiden selesai empat tahun lagi.”
Mungkin sulit membuat perubahan, tetapi saya tidak akan mundur. Mencoba lebih baik dari pada tidak sama sekali. Berusaha meyakinkan Hodre agar tetap menutup mulutnya. Saya akan berjuang melakukan perbaikan beberapa tahun dari sekarang. Memutuskan mundur pada pemilihan presiden berikutnya akan kulakukan, tetapi tidak sekarang.
“Sepertinya rakyat ingin kau turun” salah satu menteri berjalan ke depanku.
“Menurutmu?” membalas ucapan Habib. Tanpa agenda ataupun pemberitahuan langsung main menyerobot begitu saja ke rumah. Saya sadar betul bagaimana situasi tiap daerah sekarang. Mengadakan pertemuan dengan seluruh media juga para wartawan memang satu-satunya jalan keluar, walaupun ujaran kebencian tetap akan terjadi. Wajar mereka semua membenciku atau melemparkan kutuk.
Bangsa ini mempunyai seribu alasan untuk tetap menjadi pembenci. Saya tidak akan marah ataupun mengusik mereka bagaimanapun keadaannya. “Maaf atas setiap penderitaan, luka, air mata, pilu, rasa sakit yang mungkin sulit menghilang begitu saja” ucapan pertama ketika berada di hadapan media bahkan dunia internasional pun menjadi saksi.
“Saya tidak akan mundur dari jabatan sekarang walaupun dikatakan kalian hanya menatap dengan penuh kebencian. Wajar bahkan sangat wajar semuanya terjadi...”
“Saya berjanji tidak akan mencalonkan diri kembali pada pemilihan presiden berikutnya, tapi untuk saat ini kata mundur tidak akan pernah terjadi. Sekian dan terima kasih” mengungkapkan apa yang seharusnya di ungkapkan kemudian berjalan pergi meninggalkan ratusan wartawan tanpa menjelaskan lebih detail ribuan pertanyaan mereka semua.
Waktu paling hebat dalam hidupku menciptakan satu sejarah seorang pemimpin. Saya juga tidak akan menjatuhkan air mata penyesalan depan media, kenapa? Bangsa ini maupun dunia internasional hanya akan berpikir tentang pencitraan semata. Jalanku tidak akan lagi bercerita tentang kemunafikan luar hingga menghancurkan moral sekaligus aspek hidup ketika kami membuat sebuah jejak.
Mulai melakukan perubahan, pertemuan, pembahasan segala kasus dari bangsa ini. Tentu beberapa teman sekutu memperdebatkan bahkan mengamuk besar atas segala tindakanku sekarang. Posisi mereka terancam di luar bayangan semua orang. Dunia pejabat mempunyai ciri khas tersendiri ketika sedang berjalan terlebih memainkan permainan. Menjadi jujur atau hidup dalam kemunafikan adalah dua pilihan paling menyedihkan. Jujur berarti siap mempertaruhkan segalanya termasuk keluarga, nyawa sendiri, perasaan, dan masih banyak hal terkacau. Munafik mengisahkan cerita kebahagiaan, harta, popularitas, tahta, serta kemewahan.
Mempelajari beberapa dokumen-dokumen serta pergerakan di beberapa tempat memang tidak mudah. Kemungkinan besar saya tidak akan pernah mendapat kembali kepercayaan bangsa ini, namun setidaknya beberapa tahun ke depan terjadi satu pergolakan  berbeda di banding pemerintahan sebelumnya. “Pada kenyataannya dan tidak dapat disangkal oleh bangsa manapun kalau negara ini berada pada kata paling dibenci oleh semua orang” memulai menjabarkan di hadapan para pejabat terlebih mereka yang dikatakan wakil rakyat.
“Rasis menjadi gambaran khas bahkan disalah gunakan oleh oknum-oknum tertentu” berbicara kembali.
“Siapa bilang bangsa kita rasis? Atas dasar apa? Jelas seluruh dunia tahu keindahan bangsa ini dan tidak mungkin berada pada kata sebengis ucapan bapak presiden” salah satu wakil rakyat membuat sebuah pernyataan.
“Jangan menjadi manusia munafik” membalas ucapannya.
“Sebagian besar permasalahan sekaligus menjadi perpecahan berada pada kata tersebut. Entah karena warna kulit, jenis mata, rambut, kaya maupun miskin, terlebih iman kepercayaan sampai berakhir tragis juga menjadi bahan permainan beberapa oknum atau tokoh-tokoh paling berpengaruh di belakang.” Saya tidak lagi perduli mereka akan merekam atau mungkin menyebarkan ucapanku hari ini.
Sesuai perkiraan terjadi pergulatan luar biasa dalam ruangan berisi para pejabat penting termasuk menteri-menteri yang terkait. Membatasi segala jenis tindak tanduk media tentang beberapa program merupakan langkah pertama. Terkadang dunia industri perfilman sengaja menampilkan hal-hal berbau perpecahan di hadapan semua pengguna. Membuat aturan keras kalimat-kalimat, tayangan-tayangan, hiburan yang seolah menampilkan bahkan menonjolkan sesuatu berbau histeris bagi industri hiburan.
Merubah susunan kabinet memang terdengar lazim, tetapi akan saya buat terbaru. Para sekutu sebelumnya tentu menyerang luar biasa dengan meminta posisi paling aman dalam dunia pemerintahan. Kemarin dan sekarang hidup berkata lain. Demi menghindari permasalahan rasis ke depan, seluruh anggota kabinet terbagi secara rata dari berbagai suku dan agama tanpa menonjolkan siapa paling banyak/ nomor satu. Saya rasa cukup adil untuk perubahan ke depan.
Wakil rakyat, para kabinet, anggota militer, terlebih presiden/ wakil presiden harus berasal dari beberapa suku untuk pemilihan umum ke depan. Aturan Undang-Undang dinyatakan terjadi perubahan konsep dalam perjalanan pemerintahan ke depan. Pro-kontra tentu tidak dapat lepas, hanya saja pemahaman rasis dapat dikatakan hilang setelah perubahan pusat pemerintahan sedang berjalan. Posisi tetap berpegang memang sulit apa lagi sekeliling menjadi lawan. Tongkat mungkin berada di tangan sama seperti Musa, namun akan lepas saat-saat tak terduga oleh karena keadaan.
Satu bangsa bersama deretan peristiwa semenjak awal kemerdekaan dinyatakan. Tiap pemimpin memiliki pola pikir serta konsep berbeda-beda untuk memulai sebuah start pergerakan. Bisa dikatakan terdapat kelemahan juga kelebihan dari beberapa tokoh-tokoh yang telah mengambil bagian sebagai pemimpin bangsa ini sendiri. Permainan politik atau entah objek lain terkadang membuat mereka terjebak. Sulit keluar terdengar menyedihkan bukan?
“Presiden Kaska terkutuk” ungkapan-ungkapan dari dunia para netisen tidak pernah lepas.
“Pemimpin bangsa ini iblis jahanan” memang seperti itulah kenyataan...
“Jangan percaya ucapan penyesalan darinya, semua itu hanya pencitraan belaka.”
“Paling juga pada pemilihan berikutnya nama Kaska Kedhim berada pada urutan pertama pencalonan presiden.”
“Turunkan presiden Kaska dari jabatannya” teriakan-teriakan para pendemo yang masih setia berkeliaran. Sebagian dari mereka memang telah dimainkan oleh beberapa kelompok tertentu.
Di tengah kemajuan teknologi tentu akses beberapa data, hoax, penyebaran isu, permainan, provokator, dan masih banyak lagi berkeliaran. Maka kesimpulan yang sedang terjadi adalah kebencian sekaligus bahan pancingan selalu saja menjadi hal paling nomor satu. “Makanan buat ayah” Zahlee menyerahkan beberapa irisan puding.
“Wow” tak menyangka putri kecilku dapat melakukan hal luar biasa. Memainkan tongkat billiar merupakan hobi terbaik untuk melupakan stres. Mengangkat tubuh mungil Zahlee ke atas meja billiar kemudian mencicipi puding pemberiannya.
“Ayah suka?” senyum Zahlee.
“Sangat enak” menjawab pertanyaan Zahlee.
“Sejak kapan kakak Adiv bisa buat puding seenak ini?” Zahlee.
“Siapa yang buat?”
“Ayah terlihat kelelahan, jadi kakak berinisiatif membuat puding sebagai penghilan rasa lelah” Zahlee.
Izryel memang selalu menghabiskan waktu bersama Zahlee semenjak berada di rumah ini. “Dia benar-benar menepati janjinya” bergumam sendiri dalam hati. Izryel dan Adiv berbeda untuk beberapa hobi. Minimal, Zahlee dan Zamira istriku tetap tertawa lepas berada di samping Izryel.
“Zahlee tangkap bolanya!” teriak Izryel.
“Awwww sakit” rengek Zahlee kesakitan tiba-tiba terjatuh.
“Kau tidak apa-apa?” Izryel segera menggendong Zahlee masuk ke rumah.
“Zahlee harus hati-hati kalau jalan” Hodre berusaha membersihkan luka sang gadis kecil.
Entah sampai kapan saya akan terus diam seribu bahasa tentang kematian Adiv. Musuh-musuhku siap tertawa bahkan menerkam seperti singa kelaparan andaikan menyadari kematian tragis anakku. Bagaimana Zamira dan Zahlee bisa melewati kisah pilu mendengar kenyataan hidup? Mungkin mereka berdua akan tahu, tetapi tidak sekarang.
“Sampai bangsa ini dapat melewati masa kritisnya” berucap sendiri.
“Tertawakan saja dirimu Kaska selalu menjadi manusia pembohong” menatap sebuah cermin bersama senyuman sinis.
Dunia pejabat memang seperti itu terkadang atau bahkan selalu berjalan dengan penuh kebohongan. Entah karena situasi lawan politik, permainan, memanfaatkan sesuatu, dan keadaan terpaksa. Istilah jujur memang sangat sulit bermuara pada kisah perjalanan dunia pejabat. Bisa dikatakan hanya terdapat satu/ dua orang yang dapat memenangkan istilah tersebut, itupun harus berhadapan dengan permainan nyawa. Sumpah yang diambil ketika pelantikan merupakan bahan formalitas belaka dan akan menghilang seiring waktu berjalan. Rekayasa taktik bukan lagi menjadi rahasia umum melainkan telah menjadi satu ciri khas keharusan di dunia politik.
Bagian 4...

“Kakak Adiv main boneka bareng Zahlee” tingkah lucu gadis kecil manarik tangan Izryel.
“Malam-malam gini harusnya tidur bukan waktu main Zahlee” tegur Zamera.
“Kakak Adiv lagi belajar ga bisa diganggu” segera menggendong Zahlee.
“Kakak itu laki-laki masa main boneka” Isryel terdengar alergi dengan permainan anak perempuan.
“Dulu kakak ga pernah nolak main boneka bareng Zahlee. Kenapa sekarang seperti tidak suka gitu?” Zahlee sangat kesal.
Adiv memang selalu menuruti apapun kemauan adiknya. Bermain hingga larut malam terkadang menjadi kebiasaan mereka berdua. Merawat Zahlee bahkan akan selalu menjadi malaikat pelindung itulah kehidupan kakaknya. “Main bonekanya sama ayah saja, boleh?” menahan Zahlee dalam gendonganku.
Anak perempuanku mulai merasakan perbedaan orang di hadapannya sekarang. “Ayah” Zahlee berucap dengan tangan terus merapikan rambut boneka berbie miliknya. Wajah dengan makna ribuan pertanyaan ingin segera di lempar keluar oleh sang gadis cilik…
“Boneka berbienya sangat cantik seperti Zahlee” menatap dirinya. Kedua tanganku berusaha membantu menguncir rambut boneka berbie milik Zahlee. Entah sekedar ingin mengalihkan perhatian ataukah terdapat alasan lain di dalamnya…
“Zahlee suka ayah yang sekarang” Zahlee mengecup wajahku.
Jauh di dasar hatinya terdapat satu kata kehilangan sosok ayah ketika jalan masih berada di tempat yang salah. “Waktu sedih, ka’Adiv selalu berada di samping Zahlee” ucapan kalimat seakan dia sudah berusia dewasa.
“Zahlee…” hati seorang ayah hancur mendengar pernyataan seperti ini. Andaikan dia tahu kakaknya meninggal karena keserakahan sang ayah. Di butakan oleh kursi, itulah kalimat terbaik untuk menyimpulkan kepribadian seorang Kaska. Anakku menjadi korban hingga membuat setan di mana pun tertawa lebar.
“Zahlee sayang ayah, bunda, juga kakak” raut wajah Zahlee berkata lain.
“Dia dapat merasakan perbedaan antara kakaknya yang kemarin dan sekarang” suara hati berbisik seketika. Zahlee tidak boleh menyadari sesuatu hal tersembunyi. Tidak sekarang, apapu alasannya.
Andai saja waktu dapat diputar kembali. Pada saat itu, saya tidak akan mengambil keputusan mengikuti jalur politik dengan memberikan ribuan alasan tentang kebahagiaan keluarga. Kursi menghancurkan sisi terbaik dalam hidupku sekarang. Hanya ingin memperbaiki sesuatu yang di rusak oleh tanganku sendiri hingga kaki harus tetap bertahan untuk beberapa saat.
“Presiden Kaska brengsek” ucapan seperti biasa bermain di dunia para netisen. Tidak ada yang salah dengan kalimat mereka. Pada kenyataannya, presiden Negara ini memang brengsek bahkan jauh dari kata malaikat. Wajar mereka melemparkan segala jenis perkataan kutuk…
“Sepertinya kau tidak pernah terlihat emosi setiap membaca pemberitaan media” Hodre tiba-tiba saja berdiri memakai seragam sekolah dalam ruang kerja pribadiku.
“Kenapa pulang sampai larut begini?”
“Saya mengikuti beberapa les tanpa sepengetahuanmu” Hodre.
“Dari mana kau mendapat uang?” melempar kembali sebuah pertanyaan.
“Hasil uang jajan pemberianmu setiap harinya” Hodre.
“Kau benar-benar berjuang”…
“Tentu” Hodre.
“Mandi, makan, kemudian istirahat” kata-kata singkat tanpa basa-basi terhadap gadis remaja di hadapanku.
“Satu lagi, semua biaya keperluan terlebih permasalahan pendidikan entah itu les atau apa saja setidaknya menjadi bebanku bukan bebanmu” menghentikan langkahnya berjalan keluar…
“Kenapa?” Hodre.
“Saya ingin menjadi sosok ayah buatmu, mungkin.”
Dia hanya berjalan keluar tanpa membalas atau melemparkan pertanyaan kembali. Entah bagaimana, sampai langkahnya terhenti begitu saja depan pintu…“Kau bisa melakukan perolingan gubernur alias pertukaran antar privinsi untuk memulai sesuatu yang baru di antara orang-orang yang membencimu dan bangsa ini” pernyataan Hodre gadis berusia remaja.
Pemikiran seorang gadis remaja semacam Hodrefu dapat dikatakan hanya berada pada garis labil, namun sepertinya berbeda dengan dirinya. Adiv memiliki wajah benar-benar mirip dengan Izryel saudara kembar Hodre. Kisah paling langka bahkan terdengar aneh. Gadis itu seolah mencoba menyalurkan tentang apa yang sedang berada dalam pemikiran menurut versinya.  
“Kau benar-benar serius…” Izryel. Saya bagaikan seorang penguntit terkacau berusaha mendengar dialog percakapan dua anak kembar sekarang ini. Larut malam begini Izryel berada dalam kamar Hodre. Terbaca jelas raut wajah sang kakak terhadap adiknya.
“Ini tentang jalanku mencari sesuatu yang berbeda” balasan Hodre.
“Sampai harus keluar area?” Izryel.
“Begitulah. Berlari meninggalkan tempat saya berpijak kemudian berdiri pada satu area untuk memulai sesuatu yang dikatakan kehidupan” Hodre.
“Jangan menjadi penguping percakapan orang” Hodre menyadari keberadaanku.
“Kau benar-benar pekah terhadap situasi sekitarmu” satu kalimat buat gadis tersebut. Membuka pintu kamar dengan akhir cerita kami bertiga saling bertatapan. Istri dan anakku tertidur lelap, sementara kami masih sibuk menatap tanpa melemparkan satu kata pun.
Siapa pernah menduga sosok Izryel berganti peran menjadi Adiv. Butuh waktu menjelaskan keadaan sebenarnya terhadap istri dan anakku. Zahlee butuh figure kakak perempuan menjadi alasan paling tepat untuk menghindari berbagai pertanyaan Zamira. Tidak banyak bertanya merupakan ciri khas istriku sejak awal pernikahan kami. Pernyataanku tentang Hodre serta peranan kakak perempuan buat Zahlee cukup membuat Zamira diam tanpa berkata-kata. Istriku tetap berada di samping apa pun pemberitaan media. Memberi senyum terbaik seperti biasa dengan berusaha menutup rapat rasa ingin tahunya.
“Kenapa ayah berada di kamar ka’Hodre?” suara Zahlee membangunkan kami bertiga seketika. Sepanjang malam hal terkacau adalah hanya saling menatap satu sama lain sampai akhirnya kami tertidur lelap.
“Apa yang terjadi?” pertanyaan Zamira, namun setelahnya diam dan tidak lagi mencari jawaban. Menyiapkan sarapan pagi bersama senyumannya.
“Sesuai dugaan kalau dirinya tidak akan memperpanjang pertanyaan atau mencari ribuan cara untuk mengungkap banyak hal tersembunyi” suara hati berbisik menatap wajah Zamira.
“Hodre makan yang banyak biar semangat belajar di sekolah” tutur Zamira menambahkan beberapa lauk ke piring milik Hodre.
“Seperti biasa sikap gadis remaja di depanku” menatap tingkah Hodre hanya terdiam tanpa berucap.
“Kuharap kau bisa sekamar dengan Zahlee” berucap di tengah suasana sarapan pagi paling mencekam. Dapat dikatakan situasi ketika berada di ruang makan keluarga terdengar angker sekaligus keramat…
“Kenapa tiba-tiba?” Hodre menghentikan makanan masuk ke mulutnya.
“Apa ka’Hodre benci Zahlee?” pertanyaan gadis kecil seketika.
“Siapa bilang kakak Hodre benci Zahlee, buktinya siapa yang obatin luka Zahlee kemarin?” Zamira mengelus lembut rambut gadis mungil.
“Ka’Hodre jangan benci Zahlee” hal tak terduga Zahlee meninggalkan kursi miliknya kemudian berdiri di samping Hodre gadis remaja dengan kesan dingin seperti es…
“Ka’Hodre sayang Zahlee” Izryel dengan segera mengalihkan perhatian sambil menggendong Zahlee.
Gadis penuh teka teki, sulit beradaptasi, dingin, tanpa basa-basi ketika berbicara merupakan gambaran seorang Hodrefu. Entah seperti apa suasana dirinya ketika menjalani lingkungan sekolah yang baru seperti sekarang. “Kenapa?” pertanyaan seperti biasa terlempar keluar untuk menemukan satu jawaban.
Sekarang saya dan dirinya kembali berada di tempat yang sama yaitu ruang kerja pribadi milikku. Mungkin dia butuh jawaban langsung sampai mencari keberadaanku setelah pulang dari sekolah. “Zahlee butuh kakak perempuan sepertimu, mungkin” jawaban buatnya.
“Sekaligus saya ingin menjadi sosok ayah buatmu, mungkin dan sepertinya” berkata-kata kembali.
“Kenapa?” ciri khas seorang Hodre.
“Saya rasa jawabanku cukup” …
“Zahlee sedang menunggu kakak perempuannya di kamar, pergilah! Pindahkan semua barangmu!” berujar kembali di hadapannya.
Hodre melakukan apa yang kuperintahkan. Diam dan tidak lagi melemparkan pertanyaan ‘kenapa’ terhadapku, itulah yang sedang terjadi. Zahlee gadis kecil periang tinggal sekamar bersama gadis dingin seperti Hodre. Terkadang hidup sulit di tebak hingga untuk beberapa saat menimbulkan kalimat tanya ‘kenapa’…
“Ayah ingin bicara dengan kakak Hodre, apa boleh?” tersenyum manis sambil berbisik di sekitar telinga Zahlee.
“Boleh” Zahlee berbisik kembali. Gadis kecil berlari keluar kamar mencari Izryel untuk di ajak bermain. Izryel merupakan kakak Adiv yang dikenalnya bagi pemikiran Zahlee tanpa pernah menyadari sesuatu hal buruk telah terjadi.
“Kenapa?” pertanyaan sama.
“Saya ingin sosok Hodre menjelaskan tentang pertukaran gubernur kemarin! Apa yang akan kau lakukan andaikan menjadi seorang pemimpin semacam diriku di tengah pergolakan politik sekaligus masalah bangsa yang sulit menemukan jalan keluar menuju pemulihan?” menjawab pertanyaan darinya.
“Kenapa?” Hodre.
“Kenapa? Saya sepertinya penasaran tentang pernyataan anak remaja di depanku, mungkin” balasan pertanyaan kenapa yang selalu saja terlontar.
“Mempersatukan seluruh perbedaan, menghilangkan hal-hal berbau rasis, dapat memahami satu area memiliki karakter tidak akan pernah sama dengan tempat lain, memberi warna tersendiri ketika pemimpin masing-masing daerah terjadi pertukaran…” Hodre terus membaca beberapa bukunya tanpa menatap ke arahku.
“Saya selalu menjadi pemimpin buruk di hadapan mereka. Wajar kebencian bahkan pernyataan-pernyataan buruk terlontar begitu di segala tempat.”
“Jangan jadi presiden penakut karena kesalahan maupun kejahatan masa lalu mungkin” ucapan Hodre dengan tangan terus membolak balikkan lembar buku miliknya.
“Entahlah” bersandar pada dinding tembok kamarnya.
“Berhadapan dengan para pemimpin daerah memang sulit terlebih jika sebagian dari mereka menciptakan permainan-permainan di belakang. Siapa sih mampu bertahan melawan godaan permasalahan tahta, harta, wanita begitupun sebaliknya dengan beberapa orang di antara mereka…” Hodre tertawa sinis.
“Posisi bertahan sebagai pemimpin tegas, keras, jujur bisa dikatakan sangat sulit bahkan lebih dari kata tersebut. Tentu kerja sama antara pejabat pusat, parpol, dan mereka cukup kuat. Jalan sedikit saja goyang berarti jurang ketika berhadapan sekaligus menyerang…”
“Perintahkan mereka membuat beberapa program bagi daerah ketika terjadi perolingan, kemudian kumpulkan dalam satu ruangan untuk mempertanggung jawabkan data program yang dibuat sebelum memulai kinerja di tempat tesebut” Hodre.
“Maksudmu saya harus memeriksa seluruh program data satu per satu?”
“Seperti itulah” Hodre.
“Sendirian?”
“Sepertinya kau sulit mempercayai orang-orang di luar sana, jadi, lakukan sendiri” Hodre.
“Saya dan Izryel dapat membantumu memeriksa data mereka, entah bersifat mencurigakan maupun sulit untuk mempertanggung jawabkan di kemudian hari. Keluarlah!” nada mengusir seorang Hodre.
Merenung selama berjam-jam tentang dialog di antara kami. Apa saya harus mengikuti saran gadis remaja itu? Dunia menyadari betapa buruknya kondisi bangsa ini bersama situasi objek-objek tertentu. Rasa-rasanya kata mundur lebih tepat untukku sekarang. “Adiv hanya ingin ayah memperbaiki semuanya. Melihatmu dari atas sana berjuang membuktikan kalau ayah memang presiden terbaik di mata semua orang bukan iblis…” kenapa juga kalimat terakhir Adiv terus saja bergema.
Ayahku bukan presiden jahat, tapi ayahku seorang presiden sekaligus sahabat buat semua orang terlebih rakyat lemah” sekali lagi ucapannya berteriak memenuhi gendang pendengaran.
“Mujizat melakukan perbaikan terhadap bangsa dengan nyawa masih bertahan ke depan” menertawakan diri sendiri.
Perang dunia medsos terjadi lagi dan lagi. ungkapan rasa sakit banyak orang terlontar di luar sana. Rasa tidak suka terus saja dinyatakan terhadap sang pemimpin. Tentu perang politik, adu argument, perjalanan simpang siur, kondisi penyerangan sesuai perkiraan terjadi seketika setelah surat keputusan presiden. Pertukaran gubernur sepertinya akan segera terjadi…
Ribuan pertanyaan di lemparkan ke arah presiden atas keputusan mendadak tersebut. Mencoba membuat mereka berada di daerah lain selama dua setengah tahun bahkan menghabiskan sisa jabatan sekaligus harus memperlihatkan satu kinerja terbaik. Masa jabatan mereka bagaimana di daerah masing-masing?
Anggota dewan sedang menyerang akibat tidak adanya persetujuan dari mereka. Kesan mendadak dan ancaman jabatan menyerang bagaikan anak panah liar. “Sekali lagi saya katakan tidak akan berhenti dari jabatan sebagai presiden untuk periode sekarang. Penolakan jenis apa pun dari kalian sebagai bangsa yang merasa dikhianati, tidak akan merubah keputusanku.” Pernyataan cukup sulit di jabarkan tetapi harus…
Depan media berucap dua kalimat, kemudian berjalan keluar meninggalkan seluruh wartawan tanpa basa-basi. “Cukup sulit menjadi dirimu” entah sejak kapan Zamira berada dalam ruang billiar tidak jauh dari kolam renang keluarga. Dia tidak pernah marah atas setiap keputusan suaminya. Bangsa ini sedang menyerang suami sekaligus ayah anaknya, tetapi senyuman juga kepercayaan tetap berjalan seperti biasa.
“Berjuanglah sampai kau bisa menemukan cara paling tepat membawah bangsa ini berada pada garis pemulihan, walaupun sangat mustahil…” Zamira memberi kecupan hangat.
“Kenapa?” saya seperti Hodre melemparkan pertanyaan tersebut.
“Entahlah” Zamira.
“Maaf selalu saja menjadi suami terburuk buatmu” tangan menghentikan permainan billiar di depanku.
“Suamiku bukan tipe manusia paling buruk sedunia” selalu saja …


Bagian 5…


Keputusan kemarin mencuri perhatian pihak internasional. Pemimpin dunia lain tidak pernah menyangka surat keputusan dadakan membuat satu objek kehebohan di mata bangsa ini dan belahan dunia lain. Memerintahkan dengan tegas segera mengirim file program terbaru pada area yang akan segera di jalani setelah melakukan lot. Terdengar seperti bermain arisan, mengundi tanpa pernah tahu isi dalam gulungan kertas tersebut.
“Provinsi asalmu dan provinsi yang akan kalian tempati berbeda, jadi analisa kembali tersebut sebelum menjadi bahan pertanyaan dua minggu lagi…” berkata-kata tanpa senyum di hadapan para pemimpin daerah.
“Data paling lambat terkirim seminggu sebelum pertemuan kembali” kalimat penutup. Presiden Kaska terkenal dengan istilah membuat pernyataan mengejutkan, mengguncang, juga tanpa jawaban untuk ribuan pertanyaan.
Objek mengejutkan seminggu kemudian bersama data program cukup menggambarkan banyak ketegangan. Mereka mengirim melalui email sesuai permintaan selain dalam bentuk jilitan buku. “Kenapa?” pertanyaan seorang Hodrefu setelah berdiri di samping meja belajar miliknya. Bagaimana bisa saya lebih mempercayai gadis remaja remaja seperti dia dibanding mereka dengan pengalaman sekaligus pendidikan tinggi.
“Kurasa kau cukup mengerti kenapa saya berdiri di sini” menekan beberapa kata di akhir kalimat.
“Beri saya dan Izryel 5 menit untuk segera berada dalam ruang kerja milikmu” jawaban cukup dingin dengan tangan masih mengerjakan sesuatu.
“Tentu” berjalan meninggalkan kamarnya.
Diam menunggu dua anak kembar dalam ruang kerja pribadi milikku. Terus menatap arah pintu sambil memasang gendang pendengaran sebaik mungkin. Akhir cerita, mereka berdua berdiri di hadapanku. Menyerahkan jilitan buku milik para pejabat daerah itulah yang terjadi. Horde diam menatap lembar demi lembar kata-kata dalam jilitan tersebut bersama wajah datar sekaligus sangat dingin menjadi ciri khas kepribadiannya. Jauh berbeda bagi seorang Izryel memakai earphone untuk mendengar music. Kepala Izryel terus saja bergerak kiri-kanan tanpa henti, sedang tanganya sibuk melingkari beberapa istilah, menulis sesuatu, maupun mengotak-atik computer di hadapannya.
Selama beberapa hari ke depan hal-hal seperti ini terus terjadi. Mereka berdua belum memberi jawaban atau merespon dari setiap jilitan milik para pejabat daerah. “Beri mereka pertanyaan…” Hodre tiba-tiba saja berbicara.
“Pertanyaan?” tidak mengerti.
“Dalam jilitan masing-masing data, kami sudah menyelipkan juga melingkari sesuatu hal yang harus dipertanggung jawabkan atau berbau mencurigakan atau sejenisnya. Gitu maksud ucapan Hodre” Izryel.
“Gunakan alat ini ketika berdiri di hadapan para pejabat daerah!” Hodre.
“Kegunaan alat ini?” melempar pertanyaan.
“Kami dapat mengarahkan langkah selanjutnya” jawaban Izryel.
“Pelajari kembali apa yang telah kami simpulkan, lingkari, garis besar, coretan aneh” Hodre.
“Dengan kata lain undur pertemuan seminggu lagi”Izryel.
“Okey” satu kata penutup tanpa bertanya kembali.
Selama beberapa hari mempelajari semua data di atas meja kerja tanpa henti. Tertawakan saja diriku dikalahkan oleh anak remaja masa kini seperti Izryel dan Hodre. Anak kembar di rumahku seakan sengaja memainkan beberapa istilah bersama system analisa cukup menjebak bahkan sulit diprediksi. Pertemuan antar para pejabat daerah cukup mencekam bagi indera pendengar semua orang di sekitar.
Hari ini pun tiba, dimana mereka harus mempersiapkan diri. Keputusan seorang presiden tidak akan bisa batal walaupun dikatakan tidak mendapat persetujuan dari seluruh anggota dewan. Posisi bersama situasi sekarang mengharuskan tangan segera menjalankan sesuatu objek pendobrak benteng paling kokoh. Terkadang pemikiran anggota dewan berada pada standar rata-rata bahkan jauh dari target pemulihan. Di lain tempat sebagian dari mereka hanya bersifat egois, serakah, melakukan hal-hal merusak, lebih parah lagi memainkan aneka permainan di belakang. Serba salah kan…
“Masing-masing daerah memiliki perbedaan dimulai dari kepribadian, cara menerima sesuatu, tingkat sensitivitas terhadap sebuah objek, sumber pemasukan, daya tangkap, populasi penduduk, dan beragam jenis hal lainnya.” Awal pembicaraan sebelum melemparkan pertanyaan demi pertanyaan.
“Selama program yang telah dirancang tidak masuk akal pemikiran saya, sepertinya harus dibuat ulang sekaligus ketika menjalankan program hasil memang terlihat jelas…”
“Andaikan terjadi kegagalan, sepertinya permainan surat peringatan bahkan pemecatan harus terjadi” kembali melanjutkan kalimat demi kalimat.
“Bukankah ini keterlaluan” ucapan bapak Mase seorang gubernur daerah C yang kemudian mendapat perolingan tempat pada daerah F.
“Bukannya ini terlalu mendadak sekaligus tergesa-gesa?” bapak Sius gubernur A.
“Siapa bilang mendadak? Kalaupun tergesa-gesa memang ada yang salah akan keputusan seperti sekarang?” melawan mereka memang menjadi tantangan…
“Berhenti menyerang atau membuat pertanyaan! Langsung pada inti acara” menyatakan kalimat yang tidak akan pernah dilupakan oleh para pemimpin daerah untuk masa kepemimpinan Kaska.
Menjelaskan beberapa program kerja serta pertanggung jawaban akan data tersebut. “Di ketahui daerah B memiliki angka area sensitivitas cukup parah, lantas hanya dengan memainkan program kerja lurus bisa menyelesaikan masalah? Bangsa ini berada pada sebuah area tidak menentu, jadi, bisa disimpulkan tentang gaya perjalanan pemerintahan anda sangat lurus bahkan jauh dari kata standar, ngerti?” mengungkapkan pernyataan terhadap bapak Bian selaku pemimpin daerah B untuk 2 tahun ke depan.
“Saya tidak mengerti” pak Bian.
“Bagaimana tanganmu bisa merangkul mereka? Pembentukan kapasitas pendidikan sekitar area B butuh system mendobrak luar biasa, kenapa? Kelemahan mereka berada pada jalur cara menerima bersama pembentukan karakter.”
“Berarti saya akan gagal hanya karena lebih melihat aspek bidang lain dibanding pernyataan bapak presiden tadi?” pak Bian.
“100% gagal” jawaban paling tepat buatnya.
“Kasus korupsi pun jumlahnya tidak main-main di tempat ini hanya belum terlihat sekitar permukaan. Pikirkan cara menghancurkan benteng pertahanan terburuk di daerah tersebut, kemudian merangkul memakai system yang belum pernah ada tetapi menampakkan hasil cukup signifikan.” Mengembalikan jilitan buku milik bapak Bian dengan sampul tanda silang mengisyaratkan penolakan program hasil pemikirannya.
Bisa disimpulkan, kesempurnaan program akan tetap gagal dikarenakan kasus sensitivitas parah hingga tidak menampakkan hasil. Jauh lebih rusak lagi ketika beberapa kelompok memanfaatkan situasi atau menambah bumbu-bumbu penyedap rasa sekitar area tersebut. Mengambil buku berikut sambil terus membolak-balik yang berakhir dengan coretan silang merah besar.
“Bisa bapak menunjukkan letak kesalahan saya?” Pak Mase mengangkat bicara.
“Apa bapak sadar daerah F? tentang situasi, populasi, sumber pendapatan?” menatap tajam.
“Maksud pernyataan bapak presiden lebih kemana?” pak Mase.
“Daerah F memang dikenal sebagai kota besar, tetapi dari segi populasi penduduk bersama beberapa objek lain kenyataannya perencanaan bapak selaku gubernur bisa lebih menghancurkan…” spontan sekaligus jujur untuk berkata-kata.
“Saya rasa daerah ini akan menjadi kota paling dikagumi melalui penerapan program perekonomian, keuangan, tata cara pemerintahan sedikit mengemas beberapa penerapan tertentu” pak Mase.
“Saya menyukai masalah mengemas tetapi memberi hasil, bukannya membuka peluang kebocoran demi kebocoran bagi kerusakan bangsa atau permasalahan korupsi para pejabat” membalas ucapannya.
Seluruh perencanaan mereka diberi tanda silang merah bukan olehku melainkan dua anak kembar di rumahku. Dengan santainya mereka berdua membolak-balikkan lembaran kertas program milik gubernur daerah kemudian berakhir tragis. “Beri mereka waktu seminggu lagi membuat program baru dan jangan langsung percaya apa pun uraian penjelasan dalam pertemuan kali ini” kalimat Hodre beberapa hari lalu.
“Saya beri kalian waktu seminggu lagu buat revisi kembali program baru. Perlu diketahui akan daya tangkap/ kualitas penerimaan sebuah objek masing-masing daerah tidak pernah sama. Ada yang cepat, sedang, dan lambat jadi posisi kalian menciptakan pintu terbaru sekitar area pendidikan bagi semua bidang tidak bisa sama bahkan harus ada perbedaan-perbedaan tertentu.” Pernyataan di hadapan para pejabat daerah menuntut perubahan.
“Bagaimana dengan masalah sumber kehidupan sekaligus berperan sebagai pemasukan daerah? Haruskah system pun…” pak Mase.
“Kesimpulannya adalah saya butuh objek terbaru buat perkembangan, tetapi tidak merusak bidang di sekitar terlebih generasi muda” jawaban cukup menjelaskan. Beberapa sumber pemasukan daerah diantaranya objek wisata, pertanian, perikanan, hasil tambang, dan beberapa bidang lain.
“Jadi? Pak Sius.
“Jangan salah membuat keputusan maupun system kebijakan di segala bidang” penjelasan bagi mereka.
“Satu lagi, uraikan bidang paling penting untuk di dahulukan di daerah tersebut andaikan terhalang oleh permasalahan budget dikarenakan beberapa factor. Jelaskan sedetail mungkin melalui beberapa lembar kertas sebagai bahan tambahan di bagian belakang jilitan…” lanjutan ucapan kembali.
Saya tidak menginginkan para pemimpin daerah asal sekedar berbicara. Masing-masing daerah memiliki sisi lebih dan kurang, jadi, mereka harus tahu menempatkan situasi ataupun mendobrak satu benteng untuk membangun sebuah pondasi perbaikan. Pengalaman, petualangan, warna, tantangan baru menjadi landasan saya ingin melakukan pertukaran antar gubernur daerah. Menghindari system rasis pun merupakan alasan utama sehingga tidak terjadi perpecahan. Mereka harus mempersiapkan sebaik mungkin perjalanan pemerintahan terbaru di tempat lain bukan di kampung sendiri.
Membuat beberapa peraturan bahkan tidak dapat dilanggar apa pun keadaannya. Program kerja yang telah mendapat persetujuan, harus mulai menampakkan hasil enam bulan setelah masa bertugas. Pertemuan para gubernur daerah diadakan setiap per semester dengan pertanggung jawaban data-data. Pengiriman file kerja terlebih masalah laporan keuangan dan perpajakan selalu up-date tiap harinya. Tidak asal menanda tangani setiap proyek di segala bidang.
 Pemasangan cctv dimana menghubungkan antara kantor-kantor pemerintah daerah dan pusat memang harus dilakukan. Beberapa orang pilihan dapat mengamati jalannya system kerja di seluruh kantor gubernur/ wali kota dapat membantu beberapa hal lainnya. Mereka yang ditugaskan melakukan pengamatan melalui cctv pun harus bisa menguasai bahasa tubuh, gerakan, kode, juga objek-objek lain yang tentu menjadi kendala sekaligus masalah besar dalam perjalanan pemerintahan daerah.
“Sepertinya kau harus bisa menyusun program data computer paling menjebak sehingga pejabat mana pun tidak dapat bertindak atau membuat permainan sehalus mungkin di semua kantor pemerintahan…” Hodre tiba-tiba saja bersuara.
“Ingat program ini pun harus terkunci rapat sekaligus di desain sesempurna mungkin demi mencegah para hacker luar/ dalam bertindak guna pencurian data” lanjutan ucapan Hodre lagi.
“Mau kemana?” melempar pertanyaan setelah gadis itu mulai berjalan meninggalkan ruang kerja pribadiku.
“Kembali ke kamar” jawaban cuek sekaligus dingin seperti itulah dunia seorang Hodre.
“Terima kasih buat semua yang kau lakukan”…
“Tidak perlu berterima kasih dan lupakan,” kalimat seorang gadis remaja terdingin tanpa basa-basi.
Dua anak kembar berada di balik penetapan keputusan presiden Kaska bagi para gubernur daerah. Dunia medsos sedang heboh akan pemberitaan miring bersama pro kontra permasalahan rolling seluruh gubernur di Negara ini. Kebencian bangsa ini tidak akan menghentikan keputusan yang telah kubuat sendiri. Mereka hanya berada dalam pengaruh sebagai akibat karakter yang sangat mudah terjebak oleh satu objek.
Liputan media sepertinya tidak pernah bosan akan pemberitan-pemberitaan atas setiap pergerakan sang pemimpin. Mengundang pro-kontra harus siap dijalani dengan segala resiko di depan mata. “Masalah para anggota kabinetmu pun harus kau rombak alias menghancurkan sesuatu yang dikatakan berbau busuk di dalam” Kehadiran Hodre bersama sikap dingin tanpa senin tanpa senyum sekitar danau tidak jauh dari kediaman rumah.
“Dari mana kau tahu saya berada di sini?” pertanyaan terhadap gadis remaja itu.
“Zahlee” jawaban singkat Hodre.
“Apa ayah sudah menangkap ikan besar?” Zahlee berlari ke pelukanku tiba-tiba.
“Maaf mengejutkan” Izryel juga datang membawa sebuah pancing.
Dua anak kembar bersama perbedaan kepribadian bagaikan langit dan bumi. Horde jelas memperlihatkan sikap dingin, penyendiri, pendiam, sulit menatap ke wajah seseorang. Di lain tempat terdapat Izryel seorang remaja laki-laki penuh senyum, ceria, santai, dapat membawa diri pada area-area tertentu. Seakan Tuhan sengaja mengambil Adiv kemudian mengirimkan seorang Izryel untuk memberi senyum terhadap Zahlee.
“Kakak Adiv, kupikir kau tidak mau lagi bermain boneka ma Zahlee” senyum Zahlee memeluk Izryel.
“Siapa bilang?” Izryel.
“Kakak tetap sayang Zahlee” gadis kecil bergelut manja.
Mereka berdua sibuk melemparkan kail pancingan ke danau, sementara Hodre sendiri tertidur pulas di bawah pohon besar tidak jauh dari tempatku. Membayangkan memiliki putri remaja semacam Hodre terdengar lucu bagi pria sepertiku. Diam seribu bahasa, sulit menciptakan senyum khas memenuhi wajahnya, dingin, terkesan jutek, dan hanya akan berbicara untuk sesuatu yang di anggap penting.
Ucapan Hodre tadi membuatku terus merenung akan permasalahan perombakan kabinet. Kenyataannya adalah sulit mencari tahu peran tugas mereka di mana. Hukum, pendidikan, ekonomi, dan masih banyak lagi menjadi objek paling kacau jika diperhatikan. Bagaimanapun caranya saya akan melawan mereka andaikan terjadi penyimpangan. Membuat sebuah penjara di pulau paling terpencil bahkan sangat menyeramkan bagi para koruptor terdengar menyenangkan. Suka atau tidak, tentu penjara ini akan menjadi pengalaman baru special dunia koruptor. Pulau tersebut akan di desain memakai beberapa jenis perangkap terbaik hingga tak seorangpun dapat berlari keluar menyelamatkan diri mereka.

Bagian 6…

Perombakan pejabat daerah sedang berjalan dan terus melakukan revisi sesuai yang di harapkan. Pemikiranku sekarang adalah beralih dalam lingkaran kabinet kerja presiden. “Sepertinya presiden lagi buat sensasi terbaru” celoteh dunia netisen lagi marak-maraknya terjadi. Seperti itulah dunia medsos selalu saja membuat komentar-komentar penyerangan. System kekebalan harus dimiliki seseorang andaikan berada di dunia maya.
“Jangan percaya presiden macam Kaska, paling juga cari simpatik” kalimat seseorang.
“Selamatkan bangsa ini dengan menghancurkan presiden gila.”  
“Hanya cari perhatian doang makanya pakai alasan segala pertukaran gubernur” tulisan-tulisan netisen memang mencengangkan.
Telinga saya sudah kebal mendengar juga membaca setiap ucapan nada kebencian dari mereka. Di satu sisi hidup diperhadapkan karakter bangsa yang terlalu beresiko untuk menjadi bahan permainan oknum tertentu, di lain sisi pun harus berhadapan dengan beberapa pejabat kemarin sebelum melihat cahaya dan selalu melakukan hal-hal buruk semata. beberapa dari pejabat tersebut siap menyerang sekaligus mengancam atas perubahan sikap seorang presiden.
Terror, cibiran, jebakan, tertekan sedang bermuara menjadi satu tubuh dalam diri sang presiden. “Ayahku bukan presiden jahat, tapi ayahku seorang presiden sekaligus sahabat buat semua orang terlebih rakyat lemah” ucapan Adiv selalu saja terbayang ketika rasa ingin berhenti muncul seketika.
“Terlihat kuat, pada hal kenyataan sebenarnya begitu rapuh dengan hati sangat hancur berkeping-keping” mengejek diri sendiri.
“Pertemuan cabinet kerja sebentar lagi akan dimulai pak” salah satu admin Negara memberi isyarat di luar sana.
Gedung pertemuan dunia pejabat sepertinya terlihat suram sama seperti kenyataan paling pahit bagi bangsa ini sendiri. “Saya menginginkan perubahan besar dari kalian” memulai kalimat pembuka.
“Maksud ucapan bapak?” salah satu menteri bertanya lantang…
“Alias kalian harus mencari titik lemah sesuai bidang pada tiap daerah tanpa bantuan seorang pun kemudian kumpulkan hasilnya sebulan kemudian.” Saya rasa kalimat ini sangat jelas terdengar oleh mereka semua.
“Kami tidak mengerti” menteri perdagangan melempar pertanyaan…
“Langsung turun lapangan seperti seorang sales marketing mencari informasi terlebih pelosok-pelosok daerah. Satu lagi, uang yang diberikan Negara selama perjalanan harus dipergunakan sebaik mungkin dan jangan boros karena anggarannya Cuma sedikit, ngerti?” penekanan luar biasa…
“Lebih dari kata sedikit? Maksudnya?” menteri agama.
“Seperti itulah” menjawab pertanyaan mereka lagi. Mereka tidak berani melemparkan pertanyaan kembali setelah mendengar segala penjelasan. Bukan tanpa alasan membuat keputusan tersebut. Selain mengajari para menteri jangan hanya hidup berdasarkan ucapan semata dan sekedar memamerkan jas kebesaran dalam setiap pertemun, di sini mereka belajar arti proses lain untuk berjalan.
Mengagetkan dunia pejabat, masyarakat, dan internasional akan sebuah pengumuman terheboh tentang beberapa aturan kabinet. Menekankan pertemuan kembali setelah kepulangan mereka menjelajah tiap daerah-daerah pelosok dengan kedua kaki tanpa bantuan orang lain sebulan lagi.
“Apa maksud semua ini? Bapak Hakim selaku menteri riset teknologi sekaligus menjadi patner kejahatan jauh sebelum menjabat sebagai presiden.
“Seperti yang kau lihat” menjawab setegas mungkin.
“Keterlaluan…” sangat geram hingga akhir cerita berjalan keluar meninggalkan ruang kepresidenan.
“Kalian tidak akan lagi bisa seperti kemarin, mungkin hari ini tetap berada pada sebuah posisi cukup menguntungkan tapi tidak untuk ke depannya” berkata-kata sendiri.
Membuat para kabinet berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain tanpa pengawalan terdengar seru. Mereka bisa saja bermain di belakang ataukah memanipulasi data, tetapi saya tidak akan terjebak. Mengancam habis-habisan sekaligus menekankan satu pernyataan cukup membuat ketakutan. Mengirim mata-mata untuk melihat system kerja di lapangan memang harus kulakukan. Bangsa dan Negara ini sedang berada di ujung tanduk dalam segala aspek maupun karakter, jadi dunia pejabat jangan mencoba bermain-main menghancurkan rakyatnya sendiri.
Dari segi hutang Negara menempati posisi tidak masuk akal, lantas uang dari mana untuk membayar kembali? Masalah korupsi dimana-mana menjadikan kekacauan terberat hingga tak pernah ada kemajuan sejak awal pemerintahan dimulai. “Kau pikir saya orang bodoh? Tidak menyadari area tempatmu sekarang di sebuah hotel berbintang” menyerang salah seorang menteri melalui saluran telepon.

“Saya menyuruh anda berpetualang memakai kaki bukan mobil mewah” kembali berkata-kata lewat saluran telepon terhadap menteri lainnya.
“Jangan coba-coba berdiri depan para wartawan atau mengungkapkan satu nada kalimat kalau masih ingin menempati posisi tersebut…” cukup menekan.
Terserah mereka akan berkata saya seorang iblis ataukah memainkan situasi sehingga seolah-olah semua ini hanyalah pencitraan sang presiden. Kasih karunia kaki tetap bisa berdiri, jadi saya tidak akan melewatkan satu detikpun. “Pertemuan berikutnya, saya butuh bantuanmu” tanpa basa-basi langsung melontarkan pernyataan di hadapan Hodre sang gadis remaja.
Semua ini hasil perencanaannya sampai terjadi sesuatu hal di luar dugaan semua orang. “Perintahkan mereka mengirim data-data segera melalui email dan kalau bisa paling lambat esok, suka maupun tidak” nada ucapan seorang Hodre memang seperti ini, terkesan sangat dingin.
“Walaupun dikatakan data pengumpulan mereka hampir keseluruhan palsu?” menyerang satu pertanyaan.
“Seperti itulah” Hodre.
“Kenapa kau mau melakukan semua ini?”
“Anggap saja saya beramal banyak di belakang layar bagi bangsa dan Negara ini sebelum pergi jauh tanpa bisa berbalik lagi” Hodre.
“Saya tidak mengerti ucapan gadis dingin seperti dirimu”…
“Kau tahu kan saya merencanakan ingin berlari mengejar mimpi jauh dari Negara di tempat saya berpijak. Jadi apa pun alasannya memang seperti itulah kenyataannya. Siapapun tidak akan bisa menghalangi cara saya berlari sekaligus membuat satu pendakian pada satu objek gunung…” Hodre.
“Kenapa juga saya bisa mempercayai pemikiran orang sepertimu?” bergumam sendiri menatap ke arah gadis remaja tersebut.
Lupakan semua pembicaraan antara saya dan gadis remaja itu. Tidak dapat di sangkal beberapa objek belakangan ini di bawah hasil pemikirannya. Mengumpulkan seluruh hasil pengumpulan data milik para menteri walaupun dikatakan sebagian besar bersifat rekayasa semata. Menyuruh mereka kembali ke ibu kota sesuai arahan sang gadis remaja.
“Data-data mereka tidak layak pakai, kesimpulannya beri surat peringatan atau langsung pada surat pemecatan” Hodre menyerahkan seluruh hasil pembuktian serta coretan kiri kanan di setiap kertas berisi laporan data para menteri.
“Ceritanya kau ingin beramal lebih dalam sampai melakukan semua ini?” entah bagaimana nada pembicaraan beralih pada jalur lain.
“Anggap saja saya ingin beramal luar biasa hingga tidak akan pernah bisa dilupakan…” Hodre.
“Terserah” menarik seluruh kumpulan kertas berserakan di atas meja satu per satu.
Singkat cerita kisah sang pemimpin adalah berjalan memutari tiap meja para menteri beberapa hari setelahnya. Menatap satu per satu raut wajah mereka menjadi sebuah kata harus bagi rumus seorang presiden. “Baiklah, saya mulai dari menteri khusus menangani seluruh wilayah pedesaan di negara ini…” memulai pembicaraan sambil membuka lembar demi lembar susunan kata di depan mata.
“Laporan asli atau palsu, tapi menurutku 99% palsu sekaligus hancur lebur” menyerang kembali sambil merobek lembaran kertas di tanganku.
“Saya tidak mengerti ucapan bapak presiden” menteri desa dan pembangunan daerah.
“Bisa dikatakan hampir seluruh desa di Negara ini mengalami masalah sama seperti pusat yaitu korupsi” menjabarkan baik-baik bahkan sejelas-jelasnya. Bagaimana tidak korupsi, sedangkan pusat saja korupsinya luar binasa minta ampun mengerikan. Kebanyakan dari mereka menyelewengkan kas Negara hingga pembangunan tidak pernah dirasakan oleh penduduk setempat.
Kendala paling besar cara berhadapan dengan kasus semacam ini. “Jangan asal menerima pencalonan kepala desa di tiap daerah, semua harus menjalani beberapa proses baik secara sadar maupun tidak demi menguji tingkat wawasan pola pikir sekaligus kejujuran para calon kandidat” ucapan Hodre terngiang jelas semalam.
“Saya butuh peraturan baru khusus bidang semacam ini” penekanan luar biasa. Minimal, hanya memberi surat peringatan terhadap menteri tersebut dan setidaknya masih mendapat kesempatan untuk memperbaiki apa yang telah rusak kemarin.
“Peraturan semacam…?” menteri desa pembangunan.
“Pengiriman  laporan kerja terlebih masalah pengeluaran kas terhadap pembangunan desa di seluruh wilayah tiap harinya langsung ke pusat terlebih tangan presiden. Jangan asal menerima kandidat kepala desa kiri kanan, akhir cerita seperti inilah yang terjadi” penjabaran cukup meluapkan sisi emosional.
“Desa di Negara ini bukan hanya satu atau puluhan melainkan sangat banyak” menteri desa pembangunan.
“Teknologi sekarang kan sudah canggih terlebih masalah pengiriman laporan setiap hari. Maka dari itu, saya akan membuat satu program untuk pengiriman data kerja baik terlebih laporan keuangan bahkan bisa terlihat dengan jelas sesuatu yang dikatakan mengganjal andaikan salah satu diantaranya mencoba bermain…” kalimat sang pemimpin.
Jalanan rusak, kemiskinan, pendidikan rendah, pengadaan air bersih, dan segala macamnya menjadi masalah paling sering terjadi di sekitar area pedesaan. Seorang kepala desa diharuskan menguasai beberapa program tertentu terlebih teknologi demi perbaikan pengembangan sekaligus perubahan ke depan. Pemecatan besar-besaran sepertinya harus terjadi di seluruh wilayah pedesaan Negara tercinta bagi mereka yang berperan sebagai seorang kepala desa. Bukan hanya permasalahan korupsi melainkan sikap cuek bahkan ketidaktahuan cara menjalankan program kerja ataupun melakukan perubahan.
“Berlanjut ke masalah hukum dan bisa dikatakan bidang ini menjadi akar paling sensitive bagi siapa saja terlebih kalangan pejabat” berlanjut menatap menteri hukum di Negara tercinta.
“Kau pikir saya terlalu polos untuk dibuatkan manipulasi semacam ini” menyudutkan menteri hukum dengan rasa geram…
“Saya tidak mengatakan bapak polos” menteri hukum.
“Seluruh datamu menipu, jangan asal membuat peraturan seenaknya bos” merobek berkeping-keping seluruh laporan hasil miliknya hingga menghamburkannya ke udara.
Menyuruhnya membuat surat pernyataan pengunduran diri sebagai menteri hukum. Objek lain adalah menunjuk orang lain untuk menggantikan posisi sebelumnya. Hukum di Negara ini begitu mudah menjadi bahan permainan seluruh kaum bengis. Orang curi permen penjara sepuluh tahun, sedangkan mencuri hak orang-orang lemah hukuman penjara hanya berkisar dua tahunan. Pejabat tidak waras berada pada level paling parah. Benar-benar stress tujuh keliling.
Mereka yang berada di balik kejahatan korupsi memiliki anak buah hampir sebagian besar dalam dunia hukum, jadi sangat mudah untuk bebas berekspresi ataupun terbebas atas kasus tuduhan. Berjalan lurus tanpa cacat memang sangat sulit ketika berada sekitar area pemerintahan terlebih dunia hukum. Dua pilihan antara bertarung nyawa atau diam seribu bahasa?
“Pembangunan sebuah sel di pulau paling terpencil bersama ratusan perangkap akan dibangun secepatnya” pernyataan tak terduga di hadapan para menteri.
“Kalau boleh tahu sel apa yah pak?” salah satu menteri mengajukan pertanyaan.
“Sel penjara bagi para koruptor. Pulau tersebut berada jauh dari kehidupan…” jawaban tanpa basa-basi terhadap mereka.
“Kenapa mendadak gitu?” menteri perekonomian.
“Biar kalian yang merasa berada pada garis KKN cepat berada di sana, ngerti?” seolah mereka berpura-pura bodoh untuk tidak memahami. Keputusan paling tepat walaupun dikatakan secara tiba-tiba dan terkesan sangat berani…
Bangunan sel tersebut terdiri dari kepungan perangkap dalam air memutari pulau selain yang berada di darat maupun udara di tempat itu. Pemimpin sebelumnya Negara ini memang tidak berani mengambil resiko akan aturan, kenapa? Dikarenakan banyak factor di antaranya sedikit terlebih banyak terlibat satu kasus tertentu, pertarungan nyawa, kelemahan-kelemahan di sebuah area sehingga menjadikan kekuatan para lawan luar maupun dalam. Tidak mudah memang untuk menjadi seorang pemimpin bebas dari kata kotor atau ungkapan suci.
Mujizat luar biasa andaikan seseorang dapat tetap berdiri pada satu tempat dengan system tanpa cacat di Negara tercinta. Seseorang yang sadar akan sebuah sinar butuh ribuan perjuangan, strategi sangat halus tanpa disadari oleh semua orang sekitar, pekah terhadap objek setitik sekalipun, bahkan harus siap kehilangan orang-orang terdekat termasuk nyawa sendiri.
Kondisi sejak awal hingga sekarang bersama ribuan kasus di segala bidang menyulitkan pemulihan dalam Negara ini sendiri. Ibaratnya dalam dunia medis bahwa seseorang terdiagnosa kanker stadium akhir dan hanya pergumulan mujizat saja dapat membawanya pada satu kesembuhan, itupun tidak secara langsung dan harus melalui tahapan demi tahapan.
Seperti di satu gedung terdapat sebuah bom yang sebentar lagi meledak. Sang penjinak bom sedang diperhadapkan harus memutuskan salah satu kabel untuk menyelamatkan nyawa ribuan orang. Kesempatan untuk memotong hanya sekali serta harus berpikir cepat. Mujizat andaikan memilih satu kabel paling tepat. Hanya KEKUATAN DOA yang bisa menyelamatkan bangsa dan Negara ini bukan kejeniusan seorang manusia. Negara ini tidak kekurangan orang jenius, tetapi kenapa tetap tidak ada perkembangan setimpal? Permasalahan karakter menjadi dasar utama selain objek-objek lainnya.  
“Pertemuan akan kembali terjadi tiga hari lagi” menutup rapat antara para menteri.
Diam merenung memikirkan keadaan ke depan seperti orang bodoh. Haruskah saya berbohong dan berkata Negara serta bangsa ini sedang baik-baik saja? Pada hal kenyataannya tidak sama sekali. Perebutan kekuasaan dalam segala aspek di seluruh wilayah  jauh lebih menarik dibanding memikirkan satu penjabaran akan penyelesaian walaupun dikatakan hasil tersebut tidak sampai melebihi 1%.
Anggota dewan hanya tahu duduk saja dalam sebuah aula gedung pemerintahan besar tanpa pernah bisa memecahkan masalah. Ulah permainan mereka sudah kelewatan. Mementingkan diri sendiri atau pengetahuan wawasan mereka hanya bercerita sekedar memasang wajah juga duduk manis sekitar kursi dewan. Hebat betul? Seenaknya membuat peraturan hukum tidak masuk akal sampai membuat kerusuhan di segala wilayah.
Generasi muda melalui forum mahasiswa sengaja dipancing bahkan menjadi area permainan mereka bersama tokoh-tokoh tertentu. “Ayah belum tidur?” tiba-tiba saja Zahlee datang dengan rambut terurai panjang.
“Anak ayah rupanya belum tidur juga” tersenyum mendekap gadis kecil.
“Zahlee ingin tidur di samping ayah” bergelut manja.
“Kakak Hodre bagaimana?” menatap hangat.
“Sudah tidur pulas di kamar” Zahlee.
Gadis remaja paling dingin tertidur pulas terdengar lucu. “Ayah jangan memberi tahu kakak Hodre” Zahlee.
“Tentang?”
“Zahlee menggambar badut lucu” Zahlee.
“Maksudnya, gadis kecil ayah jahil ma kakak Hodre?” menebak pikirannya.
“Zahlee takut kalau ka’Hodre bangus terus tersadar terus menerkam wajah imutku, gimana?” Zahlee.
“Kakak Hodre kan sayang Zahlee”…
“Tetap saja Zahlee takut” wajah gadis kecil menunduk.
“Biarkan Zahlee tidur di sini” Zahlee tanpa basa-basi segera berbaring di ranjang bahkan tidak menunggu waktu lama buat tertidur pulas.
Tuhan, cukup Adiv diambil dariku dan jangan birkan gadis kecilku lenyap seketika karena perbuatanku sendiri. “Adiv hanya ingin ayah memperbaiki semuanya. Melihatmu dari atas sana berjuang membuktikan kalau ayah memang presiden terbaik di mata semua orang bukan iblis…” ucapan Adiv kembali terngiang.
Ayahku bukan presiden jahat, tapi ayahku seorang presiden sekaligus sahabat buat semua orang terlebih rakyat lemah” selalu saja...
Satu-satunya anak yang kumiliki sekarang hanya Zahlee, bagaimana jika para lawanku memakainya sebagai alat kelemahan sang presiden? Tuhan, harta paling berharga sekaligus mahkota seorang ayah sepertiku adalah putriku satu-satunya. “Jangan menghukum ayah karena kepergian kakak Adiv” suara hati berbisik menatap sang gadis kecil.
“Zahlee harus terus bertahan hidup buat ayah. Jaga bunda kalau-kalau sesuatu terjadi terhadap ayah…” mengecup hangat kedua mata putri kecilku Zahlee yang sedang tertidur pulas. Beruntung saja Zamira belum masuk kamar bahkan masih berada di samping Izryel. Mereka berdua belum menyadari orang di depannya bukanlah Adiv melainkan orang lain dengan kemiripan wajah yang sama…
“Suamiku pemimpin terbaik di negeri ini,” Zamira memperdengarkan suaranya seketika. Dia menyadari apa yang sedang kupikirkan sekarang terlebih tahu betul bagaimana ribuan hingga ratusan ribu komentar jahat tiap harinya memainkan peran di dunia medsos. Tidak perduli betapa hebat bangsa sekaligus lawan politik menyerang suaminya, tetap saja selalu berdiri di samping bersama senyum penuh makna kekuatan.
“Ternyata Zahlee pengen tidur ma ayahnya sampai beralasan segala…” Zamira.
“Jadi kau mendengar percakapan kami? Kenapa tidak masuk saja?”
“Membiarkan gadis kecil bersama sang ayah kedengaran menyenangkan dibanding merusak suasana” Zamira.
Beruntung saja saya tidak berucap aneh-aneh mengenai Adiv tadi. Mengelus dada dalam-dalam dikarenakan rasa takut luar biasa. Betapa hancur hati seorang ibu mendengar putra sulungnya rela mengorbankan nyawa sendiri demi sang ayah paling kejam sedunia. Sekelompok orang sengaja menculik kami sampai membuat semua terlihat gelap. Saya sadar mereka hanya suruhan dari beberapa tokoh-tokoh penting atas kasus proyek bersama kekuasaan politik. Seperti itulah dunia politik bercerita tentang kekejaman juga permainan. Hidupku kemarin berada dalam lingkaran gelap, sampai akhirnya saya mencoba untuk berlari keluar. Wajar seluruh rakyat melemparkan caci maki dan hanya berpikir negative tentang segala perjuanganku untuk memperbaiki semuanya.
“Kenapa wajahku berubah jadi hancur?” pagi-pagi sekali gadis remaja sedingin es menatap wajahnya pada cermin.
“Jangan memarahi Zahlee” kedua kaki melangkah masuk ke kamarnya.
“Dimana dia?” Hodre sedikit kesal.
“Masih tertidur pulas” menjawab pertanyaannya.
“Kenapa?” Hodre.
“Saya butuh beberapa bantuanmu lagi” menyadari makna pertanyaan kenapa dari seorang Hodre.
“Hari ini saya tugas piket, jadi sepertinya harus cepat berangkat sekolah” Hodre segera beranjak dari kursinya.
“Saya tunggu pulang sekolah di rumah”…
“Kenapa?” Hodre.
“Saya menyukai hasil pemikiran gadis sepertimu, sepertinya” menjawab sebelum akhirnya berjalan keluar meninggalkan sang gadis terdingin.


Bagian 7…


Saya pikir gadis itu tidak mungkin pulang cepat hanya demi satu pernyataanku tadi, ternyata dugaanku salah. “Di sekolah lagi rapat” Hodre menatap ke arahku masih memakai seragam sekolah.
“Kenapa?” sekarang saya balik bertanya.
“Kau menginginkan saya berada di depanmu kan?” Hodre.
“Kenapa?” kembali melemparkan pertanyaan tersebut.
“Anggap saja saya ingin beramal banyak terhadap bangsa ini di belakang layar tanpa seorangpun menyadari sesuatu” Hodre menyadari  maksud pertanyaanku.
“Di ruang kerjaku ada banyak data-data file berhamburan mengenai permasalahan keuangan Negara” berjalan menuju sebuah ruang.
“Kenapa?” Hodre.
“Saya menyukai pemikiranmu bahkan terlalu percaya bagaimana seorang gadis remaja mencoba mengemukakan solusi termasuk laporan penjabaran keuangan” jawaban tersebut cukup menjabarkan pertanyaannya.
“Izryel mana?” bertanya lagi.
“Dia di belakangmu sekarang” Hodre.
Saya baru menyadari anak remaja laki-laki itu telah lama berdiri di belakangku. Anak kembar sepertinya memiliki kualitas otak jauh lebih baik dibanding para anggota dewan yang hanya bisa memamerkan tampang semata. Mereka berdua hanya menggerakkan tangannya tanpa berkata-kata lagi terhadapku. Memeriksa laporan-laporang masalah keuangan Negara kemudian saling menatap satu sama lain.
Berbicara masalah keuangan tentu akan berada sekitar area kasus-kasus paling sensitive. Banyak orang terjerumus oleh satu objek terbaik dunia yaitu uang terlebih golongan pejabat. Di Negara ini terlalu sulit bagi golongan pemerintah untuk tidak jatuh ketika berhadapan dengan uang. Semua ini kenyataan hidup dan tidak dikatakan seolah saya hanya bercerita hal-hal bersifat negative akan segala objek di Negara tercinta.
Sampai hal-hal terkecil sekalipun hanya akan selalu bercerita tentang dunia korupsi. Fakta yang ada menyatakan rakyat hancur berkeping-keping dan kenyataan ini bukan hoax semata. “Kasus keuangan Negara terlalu berat” Izryel menggeleng-gelengkan kepala.
“Korupsi dimana-mana, bagaimana tidak hancur” Hodre.
“Saya butuh jus segar” Izryel melepas seragam sekolahnya hingga menyisahkan tshirt semata.
Segera memesan jus segar buat mereka berdua melalui saluran telepon. Hutang Negara, beban untuk pengelolahan perbaikan, korupsi, dan beberapa objek keuangan lain berbaur menjadi satu. Penyimpangan pajak pun terus saja terjadi di mana-mana hanya belum terbaca saja. Fakta di lapangan membuktikan bahwa uang merupakan objek paling menyakitkan sekaligus iblis bagi siapapun itu. Kenapa dunia pejabat selalu goyah tanpa ampun? Jawaban paling tepat adalah kekuatan iblis pada sejumlah uang sebagai objek terhebat sekaligus pondasi…
Uang memang begitu sensitive bahkan lebih dari kata tersebut ketika berjalan di suatu area tertentu. Banyak wanita rela menjajahkan tubuh mereka demi sejumlah uang dan ini menjadi contoh kecil dalam kehidupan bermasyarakat. Masalah pejabat Negara ini adalah selalu saja kaget melihat satu objek keuangan sampai rela menghancurkan apa pun di depan mereka. Baik mereka yang sudah sejak lama memiliki asset kekayaan maupun kondisi asset berada pada level biasa tetap akan berbicara lain tentang objek permasalahan tersebut.
“Satu-satunya cara adalah kau harus memperketat laporan keuangan Negara terlebih masalah perpajakan, kenapa? Karena sifatnya terlalu sensitive” Izryel.
“Tingkat kejujuran dan system pengelolahan harus seimbang di sini…” Hodre.
“Maksudnya?” bertanya terhadap mereka.
“Jujur saja tidak cukup” ucapan dingin Hodre.
Memang betul ucapan mereka mengenai keseimbangan keuangan. Anggaran, pajak, bea-cukai, perbendaharaan, kekayaan Negara, system pengelolahan dibutuhkan orang-orang yang handal menganalisa sekaligus menguasai keadaan selain kata jujur. “Terlalu banyak manipulasi bahan anggaran jika di selidiki lebih lanjut” Hodre.
“Jadi?” hanya pertanyaan tersebut dapat terlontar.
“Kalau saya berperan sebagai pemimpin Negara, yah tentu…” Hodre.
“Apa yang akan dilakukan gadis dingin sepertimu?”
“Saya akan mencari orang paling tepat dalam bagian-bagian keuangan seperti anggaran, pajak, bea-cukai, perbendaharaan, kekayaan, system pengelolahan dikarenakan permasalahan sensitifitas dalam bidang ini sangat kuat” Hodre.
“Selain itu mampu membaca laporan keuangan dari segala arah baik pusat maupun daerah terpencil sekalipun. Masuk logika hanya untuk pembelian permen atau laptop sampai makan biaya overdosis, mending itu lebih kacau lagi pengadaan buku atau pulpen…hanya orang bodoh yang bisa dipermainkan semacam ini” Hodre.
“Berarti saya harus?”
“Menteri keuanganmu juga harus menguasai bahkan selalu pekah terhadap seluruh laporan. Jujur saja, dari segala arah bersifat ganjil hanya belum diperiksa kiri-kanan…tebak sendiri” Izryel.
Singkat cerita permasalahan ini adalah memperketat setiap anggaran serta pengelolahan keuangan lebih ketat. Memerintahkan seluruh  wilayah agar mengirim laporan pengeluaran dan pemasukan setiap harinya. Membuat program laporan data melalui beberapa tahap serta langsung menghubungkan antara pusat juga seluruh daerah. Program ini harus bisa membaca langsung andaikan terdapat kejanggalan-kejanggalan terlebih manipulasi data. Menanda tangani permintaan pun harus melalui beberapa tahapan demi menghindari ribuan alasan pejabat yang sebenarnya ingin dimasukkan ke kantong bukan tujuan pembangunan.
Penyediaan peralatan atau program proyek tidak akan diberikan dalam bentuk dana melainkan benda fisik sesuai kebutuhan. Andaikan permintaan laptop pada satu area, berarti harus berupa laptop juga diberikan bukan dalam bentuk sejumlah uang. Pemegang keuanganpun harus jujur di sini, bisa saja permainan juga dimainkan. Namanya uang tentu sifatnya sensitive serta menjadi gambaran iblis untuk menghancurkan kalau iman goyah.
Pemasangan cctv di seluruh wilayah pemerintah kantor keuangan terlebih perpajakan/ bea-cukai harus benar-benar ketat dan terhubung langsung ke kantor pusat juga bagian penanganan korupsi. Mereka yang berada depan cctv harus benar-benar memperhatikan seksama bagaimana system kerja di seluruh wilayah maupun pusat serta mampu menguasai pergerakan tubuh seseorang selain beberapa objek. Kantor pemberantas anti korupsi pun harus bisa memantau semua tindak tanduk jalannya pemerintahan.
Laporan data tiap hari dari seluruh wilayah daerah maupun pusat harus masuk ke kantor pemberantas anti korupsi, ada atau tidaknya keganjilan data selain di satu tempat khusus pemeriksaan di pusat. Tentu ada begitu banyak pertanyaan bermunculan serta memainkan peranan sehingga terjadi penolakan di segala tempat.
Suka atau tidak demi proses pembangunan ke depan maka akan terjadi pemotongan gaji besar-besaran. “Gaji seluruh pejabat di mulai dari presiden, wakil presiden, anggota dewan, gubernur, sampai kedudukan-kedudukan tertinggi pada beberapa bidang lain untuk beberapa waktu harus terjadi pemotongan demi melakukan perbaikan terlebih mencari jalan keluar tentang masalah hutang Negara yang menumpuk tujuh keliling.” Keputusan tiba-tiba menjadikan seluruh pejabat berteriak mati sekaligus jantungan habis-habisan…
Banyak pejabat menganggap remeh masalah hutang Negara, pada hal kenyataannya tidak akan ada yang bisa memprediksi ke depan seperti apa. Jangan asal memainkan hutang kiri-kanan sedangkan keadaan dunia di luar sana kelak akan bermain. Permasalahan ekonomi, perselisihan diantara beberapa pemimpin dunia (baik dari segi pendapat dan pengambilan keputusan untuk memecahkan sebuah masalah, dan lain sebagainya), perluasan wilayah bisa saja menjadi titik kehancuran total Negara ini sehingga menjadi objek tidak terduga terlebih kapasitas hutang sangat mengerikan. Negara-negara raksasa saja bisa goyah, apa lagi bangsa seperti ini. kelak, percaya ataupun tidak, hanya terdapat seorang saja pemimpin dunia. Demi menjalankan aksinya, pemimpin tersebut akan sengaja masuk ke seluruh bangsa dengan peran iblis berwajah malaikat.
Seluruh Negara berhasil ditaklukkan melalui ribua cara paling halus di segala bidang terlebih kondisi keuangan. Pencurian data makin sengaja dilakukan sekitar belahan dunia terlebih file keuangan demi memainkan satu drama tertentu. Berperan sebagai malaikat penolong dalam hal pemulihan maupun perbaikan di beberapa bidang, sampai suatu ketika seluruh Negara berada dalam genggaman tangannya. Inilah kenyataan dan fakta bukan sekedar hoax belaka. Keenakan pemerintah sebelumnya dan yang pusing pejabat baru pada saat itu sedang memerintah ketika permainan dan permasalahan dunia saling berhubungan. Terlalu di sayangkan…
Kenapa tidak sekalian jual saja Negaramu terhadap bangsa lain. Memerintahkan penggunaan uang pada area paling penting saja serta mencari jalan keluar penyelesaian pengolahan kekayaan Negara sebagai pemasukan. “Bagaimana sumber pendapatan masing-masing daerah?” bertanya terhadap dua anak kembar yang masih remaja di hadapanku sekarang.
Setelah beberapa hari mengejutkan public melalui keputusan-keputusan tidak terduga oleh sang pemimpin, akhir cerita tangan masih sibuk mencari objek-objek lain. Di balik seorang presiden Kaska terdapat dua anak remaja masih berusia belasan. Andaikan mereka semua menyadari, tentu akan menjadi bahan pro kontra di segala tempat. “Salah satu pemasukan Negara tentu pajak kan?” Hodre.
“Lantas?” bertanya sambil terus memainkan pena. Kami bertiga masih berada di ruang kerja pribadi milikku dan tidak seorangpun bisa masuk begitu saja selain dua anak kembar di rumahku sekarang. Kepergian putra sulungku Adif sampai pertemuan tak terduga dengan mereka seperti sebuah misteri dari sang Ilahi. Tamparan terkeras bagi seorang ayah gagal sepertiku, tetapi sang pencipta pun sengaja mengirim dua pribadi untuk menolongku…
“Titik berat oknum maupun anggota pemerintah bidang perpajakan selalu saja berperan gila di dalam…” Izryel.
“Sekali lagi saya tekankan, harus ada program laporan perpajakan paling ketat di seluruh wilayah baik struktur maupun penyusunan program computer yang bersifat menjebak sehingga terlihat jelas objek data bersifat penyimpangan” Hodre.
“Andaikan pajak bersih, tentu kas pemasukan Negara dapat membayar sekaligus melakukan perbaikan terhadap bangsa ini setahap demi setahap. Pemulihan dalam waktu singkat dengan kondisi seperti sekarang, sangat mustahil…” Hodre berkata-kata lagi.
“Uang selalu menjadi iblis dengan karakter iman ngacau. Seperti kisahku dulu hampir memasuki jurang secara utuh dan tidak akan mungkin kembali…” menertawakan diri sendiri.
“Itu masa lalu kan” Izryel.
“Tentu, tetapi tetap saja menjadi iblis seperti mereka kan?” …
“Kau hanya tersesat sesaat” Hodre berkata-kata dengan wajah tak ingin melihat ke arahku.
“Pejabat sekarang seperti hanya menganggap seolah tidak ada hal mengerikan, kenyataan yang ada adalah terdapat objek menghanyutkan luar binasa dibalik kondisi perekonomian bangsa dan Negara tercinta” menarik nafas dalam-dalam…
“Presiden Kaska pasti bisa menghadapi semua” Izryel menepuk-nepuk bahuku.
“Kalau boleh tahu makna dibalik namamuu?” Izryel menatap lagi sambil tersenyum.
“Mamaku berkata kalau segala sesuatu yang terjadi dalam jalanku adalah kasih karunia alias kemurahan alias anugerah semata” menjawab pertanyaan anak laki-laki remaja di hadapanku…
“Kaska berarti kasih karunia sama seperti bangsa Negara tempat berpijak sekarang benar-benar anugerah/kasih karunia/kemurahan sang pencipta semata hingga dapat tetap bertahan, pada hal kenyataannya segala sesuatunya serba hancur…” berkata-kata kembali.
“Kemungkinan di suatu tempat tersembunyi terdapat beberapa kelompok tertentu sedang berjuang memanjatkan doa luar biasa sampai tidak makan/minum agar Negara ini tetap berdiri. Inilah kenyataan yang pernah ada…” Hodre.
“Dari mana kau tahu?”
“Saya pernah melihat kelompok-kelompok seperti itu” jawaban dingin seorang Hodre.
“Maka dari itu jangan hilangkan harapan mereka” Izryel.
Saling bertukar pikiran antara satu sama lain memang terksesan aneh, tapi punya seni buatku pribadi. Berjalan di antara ribuan ombak mempunnyai cerita lain bahkan sebuah misteri ilahi.


Bagian 8…


Sesuai perkiraan sebelumnya, perang mulut sedang terjadi di dunia medsos akibat kebijakan-kebijakan tegas sang presiden. Banyak juga berkata-kata tentang kemunafikan pemimpin bangsa hanya demi mengelabui atau ingin tetap bertahan pada kursinya. Wajar mereka berpikir seperti itu. Kenapa? Satu kata ‘kepercayaan’ telah kuhancurkan sendiri melalui gerakan-gerakan aneh kemarin jauh sebelum terjadi pertobatan dalam jalan hidupku.
Terlalu sulit memberi satu kesempatan kembali dikarenakan luka masa lalu begitu menyakitkan. Kejadian lebih parah lagi adalah beberapa tempat menginginkan kemerdekaan sendiri alias berdiri sendiri. Kenyataan yang ada adalah bangsa ini sedang dalam kondisi perpecahan satu sama lain. Di satu tempat terdapat suku yang menganggap diri mereka jauh lebih jenius dibanding lainnya. Di tempat lain ada pula menyatakan sumber kekayaan paling nomor satu sehingga Negara tidak bisa berbuat apa-apa. Beberapa kriteria di mana tanpa sadar bersifat kesombongan sekaligus menimbulkan perpecahan.
Menganggap daerah paling jenius, sumber pendapatan kekayaan terbesar, tersuci diantara segala aliran pengikut sang pencipta, tercantik/tertampan, pemikiran yang menyatakan selalu benar sehingga semuat tempat tetap saja salah, dan segala macam menjadi kriteria bangsa ini. Masing-masing daerah memiliki satu titik kelebihan serta kekurangan sehingga harus saling menutupi bukannya saling menghina baik secara halus maupun main kasar.
“Bagaimana bapak presiden menanggapi pernyataan beberapa daerah yang ingin merdeka dan berpisah dari Negara ini?” pertanyaan wartawan.
Barisan wartawan berkumpul heboh setiap saat demi meliput satu objek yang dianggap menjadi perhatian public pada umumnya. Gedung pemerintah terus saja di kelilingi para jurnalis bersama awak media tanpa menyerah. Terkadang hal mengerikan di antara beberapa kelompok dari mereka sengaja menciptakan bumbu-bumbu penyedap rasa sehingga memperpanjang situasi paling rumit. Media dan wartawan dapat di ibaratkan nuklir yang kapan saja meledak menghancurkan siapapun andaikan memilih jalur salah untuk berlari.
Kerusuhan demi kerusuhan terus saja terjadi sekitar wilayah yang ingin mennyatakan kemerdekaannya sendiri. Masalah biasa seolah sengaja dibuat dramatis tanpa berpikir panjang. Perjuangan melakukan perbaikan terhadap bangsa seperti ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun dikatakan tangan berjuang hanya demi satu kata pemulihan, tetapi bisa dikatakan sebagian besar pejabat memakan rakyatnya sendiri sehingga semakin menghancurkan segala sesuatu yang ada…
Hubungan antara wilayah yang ingin merdeka dan pejabat memakan rakyat sendiri dimana? Entahlah di mana. “Bagaimana cara bapak selaku pemimpin Negara menghadapi kasus seperti sekarang?” pertanyaan salah seorang wartawan kembali ketika sedang berjalan keluar meninggalkan gedung anggota dewan.
Polemik system pemerintahan dimulai dari pertukaran pemimpin daerah, pernyataan depan media, perubahan program kerja, penyerangan terhadap para menteri, dan tetap ingin bertahan bahkan berperan sebagai sang pemimpin sedang gencar diberitakan oleh lapisan media. Masalah sekarang adalah berpikir dengan kepala dingin menghadapi beberapa wilayanh yang ingin berdiri sendiri serta menyatakan perpisahan.
“Para lawan politik sepertinya sedang menertawakan jalanku sekarang” diam merenung seorang diri jauh dari ibu kota. Menatap sebuah batu nisan di tengah hutan belantara dan tertawa seolah-olah saya tidak lagi dalam situasi waras. Mereka membunuh putraku, menekan hidupku melalui ribuan cara, menginginkan kejatuhan sang presiden, dan masih banyak lagi membuatku seakan ingin berlari jauh. Situasi lawan politik, permasalahan Negara, kerusakan karakter bangsa, kerusuhan, beberapa wilayah terus mendesak kemerdekaannya juga menjadi hal tersulit bagi jalanku ketika kaki tetap menyatakan untuk tetap berdiri.
Adiv hanya ingin ayah memperbaiki semuanya,” kenapa juga kalimat tersebut terus berkumandang memenuhi gendang pendengaranku.
Memperbaiki semua merupakan hal terbodoh yang harus kulakukan. Rakyat membenciku sekaligus menganggap presiden mereka hanyalah iblis paling kejam tanpa belas kasih. “Sudah kuduga, sang presiden bersembunyi di tempat seperti ini” satu suara seorang wanita mengejutkan diriku tiba-tiba.
“Kenapa kau bisa menyadari letak…” ucapku terpotong.
“Zahlee histeris ketakutan mencari ayahnya karena semalaman menghilang ditelan bumi tanpa kabar” Hodre.
“Karena perbuatanmu, saya harus absen sekolah” Hodre.
“Jadi saya penyebab semuanya?”
“Jangan seperti orang bodoh terlihat lemah. Kenapa tidak bunuh diri saja sekalian kalau memang bosan hidup…” Hodre.
Gadis remaja dingin menyatakan sebuah nada kalimat aneh. “Kembali dan selesaikan masalahmu! Hadapi mereka!” Hodre.
“Sangat sulit” tertawa sinis.
“Kau bilang ingin menjadi pengganti ayahku tapi kelakuanmu seperti manusia bodoh” Hodre.
“Sejak kapan?”
“Ayahku punya kekuatan luar biasa sewaktu hidup, kenapa kau tidak mencoba menjadi seperti dirinya” Hodre melemparkan sebuah kunci mobil ke arahku.
Singkat cerita, saya tidak lagi bertanya atau membalas pernyataannya. Kami kembali ke ibu kota tanpa berkata-kata antara satu sama lain selama perjalanan. Bagaimana bisa gadis remaja itu menyadari keberadaanku? Hidup sulit ditebak bahkan selalu menjadi misteri ketika berjalan melewat sebuah objek.
“Zahlee berhenti nangis dong” Izryel berusaha menghentikan tangisan gadis kecil.
“Ayah” teriak Zahlee menyadari ayahnya sedang berdiri di hadapannya sekarang.
“Kupikir ayah akan menghilang lagi seperti kemarin” gadis kecil memelukku kuat seakan rasa takut jauh lebih kuat bermain dalam dirinya.
“Siapa bilang ayah menghilang?” mendekap hangat gadis kecil.
“Zahlee takut kalau ayah pergi” Zahlee.
“Takutnya kebangetan” sekali lagi Zahlee mengungkapkan rasa takutnya.
Seolah gadis kecil menyadari sesuatu hal yang tidak mungkin akan kembali lagi. Entahkah dirinya merasakan sosok Adiv berganti menjadi orang lain. “Suamiku pasti bisa menghadapi apa pun objek di hadapannya” suara Zamira mengejutkan tiba-tiba…
Menidurkan gadis kecil, tetapi tidak merasakan kehadirannya. Hal terkacau adalah Zamira tetap tersenyum manis tanpa melemparkan ribuan pertanyaan tentang segala hal. Bangsa ini dapat saja memberi hinaan, pandangan sebelah mata, mengkritik segala hal yang kulakukan, namun tidak berlaku buatnya. Kata percaya jauh lebih kuat bermain dibanding menciptakan sebuah pertanyaan.
Seluruh media menyoroti keberadaannya, namun senyum bijak tetap terpancar. Bisakah saya terus menerus menutup rapat kepergian putra kami Adiv? “Maaf selalu saja membuatmu tidak pernah bisa berjalan dengan rasa bangga sebagai istri sang pemimpin” wajah tertunduk dan tidak berani menatap ke arahnya.
“Kau hanya butuh waktu, mengubah atau mengejar satu titik objek memang tidak mudah…” pernyataan seolah dia tahu apa yang sedang kupikirkan.
“Wajar mereka membenci hidupku sebagai seorang pemimpin dikarenakan satu kata serakah dan tidak mengenal belas kasih sama sekali” mencoba mengemukakan satu kejujuran di hadapannya.
“Tapi kau berbalik bahkan berjuang keras” Zamira.
Dia selalu menyadari atas setiap tindak tanduk kehidupan suaminya. “Kenapa tetap diam membisu pada hal apa yang kulakukan kemarin salah?” melempar sebuah pertanyaan.
“Istri bijak menunggu waktu terbaik, mengenal pasti kapan harus berkata-kata, dan memakai lututnya untuk menyatakan perasaannya di hadapan sang pencipta di suatu tempat tersembunyi tanpa menampakkan wajah keluh kesah depan semua orang termasuk suami sendiri” Zamira.
Menunggu waktu menjadi kunci utama kisahnya untuk memulai. Tidak pernah melontarkan keluh kesah atau menginginkan sesuatu hal yang lebih hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai seorang istri. Sejak awal pernikahan sampai detik sekarang memang seperti itulah hidup seorang wanita bernama Zamira. Beruntung kedua anakku tidak mewarisi sifat sang ibu bukan sifat terburuk dalam diriku pribadi.
“Saya akan menghadapi mereka semua” berusaha memperbaiki dasi biar terlihat lebih rapi pagi ini. Merenung sepanjang malam serta membayangkan bagaimana pernyataan Zamira menjadi kekuataan tidak ternilai…
Mengumpulkan pihak media sepertinya menjadi alternative terbaik buatku sekarang. permasalahan beberapa wilayah ingin menyatakan kemerdekaan sampai terjadi kerusuhan demi kerusuhan harus saya hadapi. Kata lari bukan alasan paling tepat menyelesaikan segala perkara.
“Mungkin kata ini tidak dapat memberi pengaruh sama sekali, hanya saja saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya andaikan telah melukai kalian selaku rakyat kecil terlebih pada beberapa wilayah yang seolah merasa terkucilkan…” memulai mengungkapkan…
“Satu hal masing-masing suku ataupun wilayah memiliki kelebihan dan kekurangan. Mata tidak dapat berkata kepada tangan, aku tidak membutuhkan engkau. Kepala tidak dapat berkata kepada kaki aku tidak membutuhkan engkau. Satu hal yang pasti bahwa justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah ternyata paling dibutuhkan,” berkata-kata kembali.
Seluruh media meliput setiap ucapanku hari ini. Entahkah dapat meredam situasi ataukah hanya akan dianggap sebagai angin lalu. “Sama seperti kehidupan bangsa ini saling membutuhkan antara satu sama lain. Bukan karena saya ketakutan wilayah penghasil terbesar Negara akan berpisah dan menciptakan pemerintahan sendiri. Membentuk satu Negara serta menyatakan kemerdekaan bahkan memulai pemerintahan baru tidak semudah yang dibayangkan”...
“Maksud arah pembicaraan bapak presiden?” seorang wartawan melemparkan sebuah pertanyaan di sela-sela pernyataan saya tadi.
“Mengandalkan sumber kekayaan terbesar tidak cukup untuk memulai pemerintahan baru terlebih terdapat kekurangan dalam wilayah kalian tidak dapat menutupi dari segala bidang. Kualitas Pola pikir, karakter, terobosan, perbedaan untuk mengubah, skil, sumber daya manusia jauh lebih berperan dibanding hanya mengandalkan sumber kekayaaan terbesar semata untuk pembentukan pemerintahan sendiri…”
“Seperti yang saya ucapkan tadi masing-masing wilayah mempunyai kelebihan tersendiri dan harus saling menutupi. Bijak menanggapi segala sesuatu jauh lebih baik dibanding memakai sisi emosional untuk menghancurkan wilayah sendiri. Sekian dan terima kasih,” menutup kalimat tersebut.
Saya hanya berusaha berkata jujur di hadapan mereka dan itulah yang sedang terjadi. Minimal mencoba dari pada tidak sama sekali. Seorang presiden sepertiku ingin belajar merendahkan hati bahkan kaki terus saja berteriak agar tetap berdiri apa pun keadaannya. Kenyataan yang ada dibeberapa tempat, bahwa beberapa kerusuhan selalu saja proses penambahan bumbu-bumbu penyedap rasa dimainkan oleh pihak-pihak tertentu. Entah karena factor kebencian, merasa paling benar, sombong, politik, dan objek-objek lain sehingga orang-orang yang tidak tahu apa-apa menjadi korban. Jangan karena keserakahan maupun nafsu pribadi sampai memakan rakyat sendiri.
“Minumlah!” sosok Izryel tiba-tiba saja berdiri memakai seragam sekolah menyodorkan sebotol air mineral. Anak kembar itu hadir di tengah kerumunan wartawan. Tindakan lebih gila lagi membawa lari sang pemimpin Negara dari kerumunan media.
“Saya ingin mengajakmu berpetualang sehari penuh tanpa gangguan” Izryel memberi sebuah bungkusan.
“Berarti kau bolos sekolah dong?”
“Hanya sehari. Sejak tadi juga saya bolos…” Izryel.
Menyamar sebagai rakyat jelata dengan hanya memakai kaos dipadukan jeans usang. “Jangan lupa topinya” Izryel. Dia seperti sengaja melakukan semua ini. Melupakan jas kebesaran sang presiden, sepatu mengkilap, dasi, pengawal, dan permasalahan Negara yang tak kunjung menghilang.
“Lupakan semua masalah Negara, nikmati hidupmu sekarang!” Izryel.
Berada di jalan menyantap beberapa jajanan sekitar warung-warung kecil. Bermain kelereng bersama sekelompok anak kecil sampai membuat Izryel histeris berteriak. “Kau sangat curang” tidak bisa menerima kekalahan.
“Bukannya kami curang tapi jelas-jelas kakak memang payah” balasan salah seorang anak.
“Ulang lagi” protes Izryel.
Kelakuan Izryel membuatku lupa tentang apa pun masalah yang sedang menghimpit. Dia mengajakku berkeliling gang kecil hanya memakai kedua kaki untuk berjalan. Merasakan bagaimana berada dalam sebuah kereta atau bis kecil bersama orang-orang yang sedang ingin melakukan rutinitasnya. Mengguncang berulang kali kaleng soda sebelum membukanya terlihat menyenangkan. Selfie ria pun pertama kalinya kulakukan dengan wajah tertawa lepas di antara parit-parit kecil bahkan dianggap tempat menjijikkan oleh semua orang.
“Saya tidak pernah mendengar dari mulutmu memanggilku dengan sebutan ayah” menatap ke arahnya.
“Karena kau bukan ayahku”dengan lantang jawaban Izryel keluar begitu saja.
“Apa pun alasannya, jangan sampai istri dan anakku menyadari kebenaran kalau kau bukan Adiv Kedhim” mengungkapkan sesuatu terhadap anak remaja itu.
“Tenang saja” Izryel masih bersama suara lantangnya.
“Bisakah kau menyebutku ayah di hadapan mereka berdua? Hanya permintaan kecil” entah kenapa pertanyaan tersebut muncul seketika.
“Tapi saya sulit menyebut ayah pada orang yang memang bukan ayahku” jawaban lantang tetap berjalan…
“Terserah” seolah tidak mengambil pusing ucapannya.
“Btw, kau mau tidak kenalan ma temanku?” Izryel.
“Siapa?” bertanya.
“Dia jago main bola terus kita bisa bertanding bareng” Izryel.
“Siapa?”
“Ayo ikut aku!” Izryel.
Hal terbodoh adalah mengikuti kemauan anak remaja tersebut. Berjalan kaki selama dua jam lebih coba bayangkan? Sedikit bingung tempat yang kami tuju jauh dari keramaian bahkan jalanan berliku-luki membuatku lelah abadi. Dia seperti mempermainkan diriku. Bagaaimana tidak kami sekarang berdiri di tempat angker seperti berhantu.
“Izryel…” seorang pria autis muncul menyebut namanya.
Saya seperti orang aneh sama sekali kurang begitu paham setiap tingkah kepribadian temannya itu. Mataku hampir tidak mempercayai apa yang kudengar sekarang. Pria autisme dikenal sebagai manusia bodoh ternyata seorang calon dokter bedah masa depan suatu hari kelak.
Menjadi pertanyaan adalah kenapa harus tinggal di tempat seperti ini bahkan jauh dari lingkungan masyarakat? “Danils” singkat, padat, dan jelas tanpa basa-basi. Kaum autisme memiliki kepribadian berbeda dibanding orang sekitarnya. Tutur kata, sikap, bahasa tubuh, tindakan ketika menjalani satu peran diantara ribuan peran. Permasalahan kelompok tersebut berada pada dunia komunikasi. Banyak orang berpendapat masa depan cerah sangat sulit diraih oleh mereka dengan diagnose autisme. Terlihat bodoh bahkan seolah tingkat IQ pun berada pada urutan paling terbelakang.
“Ka’Danils terus berjuang walaupun dikatakan mustahil berada pada posisi kehidupan normal terlebih beradaptasi…” Izryel.
Sepertinya Izryel sengaja membawaku ke tempat seperti ini. “Ka’Danils tidak mengenal kata lelah atau berhenti sampai kata menang ada di tangannya” Izryel.
“Danils suka diejek bodoh, idiot, gila” Danils.
“Bisa yah jadi dokter?” bertanya lagi.
“Tuhan, mama, papa” Danils tersenyum memberikan sebuah bingkai foto.
Dibalik kehidupan seorang anak autisme terdapat orang tua yang benar-benar berjuang keras memberi kekuatan. Semua sekolah menolak Danils karena kondisi tidak normal pada dirinya. Membutuhkan waktu untuk membuatnya mengenal kata demi kata ketika berhadapan dengan seseorang. Hal-hal menyakitkan tentu sering terjadi saat belajar bertahan maupun mendidik anak autisme semacam Danils. Dapat dikatakan memang tingkat kesabaran luar biasa harus dimiliki dan terkadang para orang tua gagal total. Menyerah karena kondisi yang tidak mungkin bisa berjalan sesuai harapan, sehingga berkata biarlah kehidupan sang anak seperti itu saja terus…
Danils bercerita tentang orang tua yang selalu berada di sampingnya. Pengenalan abjad terhadap kaum autisme terkesan paling mengerikan karena masalah keterbelakangan. “Mama terus di samping Danils, papa juga selalu memeluk Danils”…
“Tutur kata kakak Danils memang meragukan kalau dirinya bisa menjadi seorang dokter bedah terbaik, tapi kenyataannya skilnya jauh melebihi orang normal” Izryel.
“Kenapa harus tinggal di tempat seperti ini?” pertanyaanku.
“Masyarakat dan pihak rumah sakit masih banyak menolak kehadirannya walaupun dikatakan seorang dokter lulusan terbaik…” Izryel.
“Rumah Danils punya banyak kenangan manis sama mama papa” Danils.
Sosok Danils sulit melukiskan sekitar wajahnya tentang rasa sakit, luka, tangisan, kesedihan, kebahagiaan bersama objek lain. “Pihak rumah sakit tidak berani mengambil resiko memperkerjakan dokter autisme semacam ka’Danils” Izryel.
“Dari mana kau tahu Danils mempunyai kemampuan luar biasa sedangkan…” pertanyaanku terpotong.
“Tiga tahun lalu ka’Danils melakukan bedah seorang diri terhadap kakiku dengan alat-alat seadanya. Kondisi keuangan tidak memungkinkan ayah membawa saya ke rumah sakit sampai akhir cerita dipertemukan dengannya pada lorong kecil rumah sakit. Mengambil diam-diam beberapa peralatan bedah seadanya ketika masih praktek. Tangannya sangat ahli bahkan dokter normal sekalipun bisa gagal” Izryel.
“Orang tua ka’Danils masih hidup saat itu dan bercerita banyak terhadap ayah bagaimana perjuangannya membesarkan seorang anak autisme” Izryel kembali berkata-kata.
“Izryel selalu bersembunyi di belakang dengar cerita mama papa” Danils.
“Maksudnya?”
“Diam-diam saya menguping pembicaraan ayah dan orang tua ka’Danils” Izryel.
“Bagaimana mereka mendidik?”
“Orang tuanya selalu memiliki pengharapan bahkan tidak pernah sekalipun memberi reaksi kecewa atau membuat tutur kata menyakitkan/ semuanya mustahil dilakukan oleh anak mereka. Tetap semangat berjalan di samping manusia autism semacam ka’Danils” ucapan Izryel.
Dasar kekuatan anak autisme terletak pada cara berpikir dan tingkat kesabaran orang tua. Masa depan dapat diciptakan luar biasa melalui ungkapan pernyataan ataupun perjuangan luar biasa bagi mereka dengan kondisi tersebut. Orang tua Danils bersama ayah dari Izryel meninggal dalam satu tragedi pembakaran di sengaja oleh pihak-pihak tertentu. Dibunuh dengan cara paling kejam sampai akhirnya dua anak kembar mengasingkan diri di hutan selama beberapa waktu.
“Sampai detik sekarang ka’Danils masih terus berjuang mengejar mimpinya berada di rumah sakit besar untuk menjadi seorang ahli bedah. Bukan sekali atau dua kali ditolak tetapi selalu saja penolakan terus berkeliaran seperti badai besar siap menghancurkan” Izryel.
“Saya curiga tujuanmu bercerita bahkan memperkenalkan temanmu Danils dikarenakan apa yah…?” memancing anak laki-laki yang masih menginjak usia remaja.
“Tidak mudah membalikkan keadaan, dianggap ada oleh orang sekitar, terlebih memperbaiki sesuatu objek paling menyedihkan dan sangat rusak. Setidaknya kau mengerti bagaimana seorang presiden sepertimu harus bertahan sama seperti kisah hidup ka’Danils si’manusia autisme. Ngerti?” Izryel.
“Kau seperti Hodre sekarang” tersenyum lepas.
“Tererah ucapanmu” Izryel.


Bagian 9…


Sebuah petualangan memberi makna mendalam. Seorang anak remaja bersama dokter autism mengajarkan hidupku untuk terus bertahan. Mereka bahkan memperlihatkan beberapa kisah dengan kondisi cacat, namun mempunyai nilai luar biasa di mata dunia zaman sekarang. Mereka berdua membawahku pada satu komunitas perkumpulan kaum autisme. Hal tak terduga adalah segi luar berkata, “apa sih yang bisa dibanggakan bagi penyandang autism?” Kenyataan lain berkata ada begitu banyak hal luar biasa jauh dari konsep orang normal pada umumnya.
Melukis, bermain piano atau alat music lainnya, kejeniusan, dan beberapa objek lain menjadi talenta tidak ternilai. Kehidupan seorang anak autisme berada pada perjuangan beserta iman para orang tua yang membuat mereka hadir ke dunia. “Anggap saja bangsa ini ibarat anak autis dan sedang membutuhkan letak kesabaran terkuat darimu sebagai seorang ayah sekaligus ibu untuk memperjuangkan kehidupan yang memang dikatakan sangat mustahil” pertama kali seorang Izryel mendekap tubuhku.
“Harus merasakan sakit luar biasa, terluka, sabar sepanjang waktu, terhina, disudutkan demi meraih setitik embun” dia berbisik sekitar gendang pendengaranku. Anak masih berusia remaja menyadari hidup sebagai orang dewasa terdengar aneh…
Setelah pernyataan depan media seakan Tuhan sengaja memakai anak remaja itu dalam satu situasi. Saya ingin belajar menyadari peranan kumpulan autisme pun memberi satu pengaruh besar terhadap kehidupan bangsa. Mereka layak mempunyai masa depan seperti manusia normal lainnya. “Temanmu Danils mulai besok dapat bekerja di sebuah rumah sakit terbesar di ibu kota” tersenyum menatap Izryel.
“Terima kasih bos” penuh semangat. Dia hanya ingin mengajar sang presiden tentang tingkat kesabaran luar biasa sama seperti kisah perjuangan di depan mataku sekarang.
“Btw, saya hanya ingin kau mengerti sesuatu bukan meminta bantuan membuat ka’Danils bekerja di rumah sakit. Jangan ada kata terpaksa dalam dirimu kalau memang masih meragukan kemampuannya sebagai seorang dokter” Izryel.
“Saya percaya skil yang dimiliki temanmu bukan karena terpaksa atau rasa kasihan,” membalas ucapan Izryel. Kami berdua menikmati suara ombak di sekitar dermaga.
Dia berhenti berucap dan hanya terdiam tanpa berkata-kata lagi. Pada akhirnya aktifitas seperti biasa kembali setelah petualangan yang terjadi kemarin. Singkat cerita, reaksi para netisen bermunculan dengan dikarenakan kasus presiden memasukkan seorang autisme pada salah satu rumah sakit terbesar sebagai dokter bedah. Entah bagaimana bisa media mencium secepat kilat objek tersebut? Respon pro kontra seperti biasa terjadi…
“Presiden lagi buat sensasi” komentar salah satu netisen.
“Dia waras atau tidak.”
“Cari perhatian biar dicintai rakyatnya.”
“Bodoh amat.”
“Orang normal saja belum tentu baik apa lagi tidak normal begini, sadis”
Apa pun yang kulakukan dengan cepat tercium media bahkan akan selalu salah di mata bangsa dan Negara ini. “Kau harus buktikan kalau dalam dirimu memiliki skil jauh lebih baik dibanding dokter normal di sekitarmu” mengirim sebuah pesan melalui salah satu aplikasi terhadap Danils sang dokter autis.
Beruntung saja dua anak kembar di rumahku tertutup rapi tanpa pemberitaan miring. Andaikan tercium oleh mereka, tentu kisah Hodre menjadi pemberitaan besar-besaran seluruh media. Izryel dapat lepas dikarenakan perannya sebagai seorang Adiv, tetapi tidak untuk adiknya.
“Ayah temani Zahlee main boneka” rengek Zahlee tiba-tiba ketika kami sedang makan malam bersama.
“Habiskan dulu makanannya” membalas Zahlee.
“Kenapa tidak main ma kakak Hodre saja?” Izryel.
“Tidak seru” cetus Zahlee.
“Main bareng ka’Izryel pasti seru” Izryel.
“Boleh” semangat Zahlee.
“Jadi batal main bareng ayah?”bertanya ke arah gadis kecil.
“Batal 100%” Zahlee.
“Maaf sedikit ganggu, beberapa pejabat Negara ingin bertemu dengan anda” salah satu ajudan berdiri tegak tidak jauh dari meja makan  keluarga. Sesuai perkiraan beberapa menteri bersama tokoh-tokoh tertentu mengambil tindakan berjalan masuk ke rumah tanpa ada panggilan atau undangan. Rumah yang kami tinggali sekarang memang milik Negara selama masih berperan sebagai presiden.
“Suruh mereka menunggu!” nada perintah sang pemimpin.
Sebagian dari mereka pernah menganggap situasi kedudukannya sedang terancam sekarang ini akibat ulahku.Bukan karena takut membongkar setiap pergerakan orang-orang tersebut, hanya menunggu waktu paling tepat. Memberhentikan tiba-tiba bukan jalan keluar menurutku, dikiranya saya bodoh untuk semua masalah. Seolah presiden ingin dijadikan boneka untuk melakukan apa saja di belakang. “Kau tahu kesepakatan kita kan sebelum menjabat” salah seorang tokoh penting bahkan dapat dikatakan seperti malaikat tanpa dosa depan media.
“Kalian pikir saya tidak tahu dibalik pembunuhan Adiv terdapat scenario luar biasa hebat di belakang” berkata-kata dalam hati.
“Bagaimana dengan kasus perbankan, proyek matahari, dan beberapa proyek lainnya bisa terbongkar karena perbuatanmu?” pak Bumid menteri ekonomi menyerang.
“Kau juga pasti masuk penjara kalau terbongkar ke public” ketua dewan rakyat bapak Maskios.
“Beberapa pemimpin sebelum saya juga bermain alias korupsi serta membuat permainan bersama kalian kemarin. Kalaupun harus masuk penjara yah sudah, saya siap masuk penjara bersama kalian semua sekaligus pemimpin sebelumnya biar ramai…” membalas ucapannya seperti anak kecil.
“Kami tidak akan tinggal diam” bapak George salah satu pengusaha terkenal di Negara ini.
“Menikmati penjara di pulau terpencil itu menyenangkan” berucap lagi.
“Kau presiden paling gila” teriaknya.
Mereka semua di akhir cerita meninggalkan rumah sang presiden. Merenung sesuatu yang akan terjadi ke depan membuatku ingin berteriak sekuat mungkin. Berusaha menahan diri sekaligus terlihat tenang memang jalan keluar terbaik. Apa pun kisahku dengan akhir tragis yaitu berada dalam sel tahanan tidak menjadi masalah, saya siap menerima semua itu. Saya hanya menginginkan satu hal, dimana Tuhan tetap melindungi istri dan satu-satunya putriku Zahlee.
Sesuai ucapan Izryel kalau saya harus berjuang dengan penuh kesabaran. Kisah cerita sang presiden sepertinya akan memasuki babak baru. “Kau benar-benar akan meninggalkan kakakmu seorang diri disini?” tanpa sengaja mendengar percakapan Izryel.
Saya hanya ingin menghirup udara malam di belakang rumah, namun ternyata satu percakapan serius terdengar olehku. “Saya akan berusaha untuk mimpi juga tujuan hidupku” Hodre menatap tajam ke arah Izryel.
“Rasanya sulit mengubah jalan pikiranmu” Izryel.
“Sejak dulu memang saya ingin mengejar apa yang kuinginkan” Hodre.
“Lantas Negara yang  ingin kau tempati?” Izryel.
“Antara tiga Negara besar AS, Jerman, Inggris. Besar harapanku berada di AS karena beberapa alasan tertentu, tapi andaikan salah satu pejabat penting di dua Negara ini lebih dahulu berada di depanku sepertinya Tuhan berkehendak lain…”Hodre.
“Kau benar-benar akan pergi?” Izryel.
“Seperti yang kau lihat” Hodre.
“Setelah kau membantuku untuk beberapa hal dan sekarang…” berkata-kata sekaligus mengejutkan mereka.
“Kau penguntit” Hodre.
“Ini rumahku. Memang tidak boleh?”
“Terserah” Hodre.
“Jawab pertanyaanku” berbicara lagi.
“Sejak awal saya sudah katakan ingin mengejar mimpi di luar bukan di Negara ini”Hodre.
“Setelah semuanya?” bertanya kembali.
“Anggap saja saya ingin beramal sebanyak-banyaknya disini dengan berada di belakang layar. Tidak perlu merasa berhutang budi…” Hodre.
Diam dalam keheningan malam setelah ucapan Hodre tadi. Saling menatap satu sama lain dengan akhir kami tertidur lelap disini tanpa sadar. “Sudah pagi” tersadar karena sinar matahari pagi membungkus tubuh.
“Saya terlambat ke sekolah” Hodre segera bergegas hingga lari seperti orang kesurupan.
“Lupakan dialog semalam, anggap tidak pernah di dengar olehmu!” Izryel tersenyum kecut kemudian berjalan masuk ke rumah sama seperti saudara kembarnya.
Dua anak kembar dengan kepribadian berbeda. Hal tergila lagi adalah wajah Izryel benar-benar sangat mirip Adiv bagai pinang dibelah dua. “Setidaknya saya mengantar kau ke sekolah” menghentikan mobil depan Hodre dan Izryel.
“Mereka tidak tahu kalau saya tinggal di istana presiden” Hodre.
“Bagaimana kalau saya menyamar?”
“Tapi” Hodre.
“Kalau saya tidak masalah” Izryel.
Tidak ada yang menyadari kalau ternyata mereka berdua anak kembar. Rahasia tersebut tertutup rapat bahkan tersembunyi rapi hingga detik sekarang. beruntung saja kedua anakku tidak menyukai berada depan kamera, jadi masyarakat luar belum menyadari wajah Adiv dan Zahlee seperti apa. Zamira sangat pandai mengalihkan wartawan ketika mencari tahu identitas kedua anak kami.
Naluri sebagai ayah muncul ketika berada di hadapan kedua anak kembar tersebut. Seolah saya ingin mereka berdua memanggilku dengan sebutan ayah sama seperti yang dilakukan oleh kedua anakku. Entah mengapa suara hati ingin menjadi bagian dalam diri Izryel Hodre.
“Semangat belajarnya” pertama kali berteriak di dalam mobil sederhana hasil modifikasi Adiv sewaktu masih hidup.
“Ya tentulah semangat belajar” sikap dingin Hodre membalas ucapanku.
“Makasih big bos” Izryel. Mereka berdua merupakan generasi muda dengan jenis kepribadian berbeda antara satu sama lain. Bercerita tentang generasi sekarang tentu tidak dapat dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Baik aspek konsep berpikir, tutur bahasa, pendidikan, system perkembangan, terlebih kepribadian dan memang ini adalah fakta.
Menilai sesuatu objek kemudian membuat kesimpulan terkadang sedikit menimbulkan masalah bagi generasi muda sekarang. Terkadang menjadikan dunia medsos sebagai ajang menyatakan sesuatu, entah bersifat positif terlebih negative. Masalah perkembangan otak memang harus diakui lebih cepat dibanding generasi kemarin. Titik terberat bangsa ini berada pada pembentukan karakter generasi muda sekarang.
Saling menghujat satu sama lain hanya karena objek tidak masuk akal ketika berada di dunia medsos menjadi salah satu contoh kecil. Rasa ingin tahu untuk bibit generasi sekarang jauh melampaui dibanding kemarin, tentu sangat membahayakan andaikan para orang tua serta tenaga pendidik tidak dapat memasuki ataupun menjaga area tertentu dalam diri mereka. “Saya ingin melakukan pertemuan dengan menteri pendidikan bersama tokoh-tokoh penting yang berhubungan dengan dunia pendidikan” berbicara terhadap salah satu admin Negara.
“Satu lagi, jangan lupa menteri agama sekalian menteri telekomunikasi pun harus ikut dalam pertemuan kali ini biar makin seru!” nada perintah sang presiden.
Bisa dikatakan objek paling harus dibenahi sekarang adalah bidang pendidikan dan generasi muda. Iblis paling senang memporak-porandakan dunia anak muda, kenapa? Kenyataan yang ada adalah mereka penerus untuk menjadi pondasi sebuah bangsa. Percaya tidak percaya bahwa beberapa aliran-aliran pemuja setan seperti gereja setan atau illumination menargetkan generasi muda harus berada dalam lingkaran kegelapan. Ada begitu banyak orang di luar sana terlebih dunia keartisan menjual jiwanya terhadap setan demi kebutuhan hidup. Kelompok-kelompok pemuja setan memang sengaja memancing generasi muda dengan kondisi keuangan yang stabil juga popularitas apa lagi dikatakan masa-masa labil belum bisa mengerti sesuatupun.
Semakin banyak bibit generasi muda hancur semakin membuat iblis tertawa. Ini hanyalah sebagian kisah perjalanan generasi muda di tangan beberapa aliran pemuja setan. Masalah sekarang adalah bagaimana cara pemerintah menanggapi situasi penanganan bagi mereka yang dikatakan sebagai penerus bangsa. Saya membutuhkan sikap tenang jutaan anak muda ketika berhadapan dengan satu situasi terlebih berhubungan dengan masalah Negara. Ada begitu banyak kelompok bisa saja mengambil kesempatan andaikan darah mendidih dalam diri generasi muda lebih dimainkan.
“Saya butuh sesuatu hal terbaru bagi pembentukan dunia generasi muda beserta bibit-bibit di bawahnya” berkata-kata dalam sebuah ruang pemerintahan di hadapan para tokoh-tokoh penting.
“Maaf, tetapi sepertinya kami sudah berusaha” menteri pendidikan.
“Masalahnya saya butuh hal paling baru” pertemuan kemarin masih belum ada perumusan kejelasan dengan bidang-bidang seperti ini untuk kasus menteri pendidikan.
“Cara berpikir, karakter, daya tangkap masing-masing daerah di Negara ini berbeda-beda walapun dikatakan proses perkembangan IQ sekarang memiliki kecepatan lebih. Sekarang itu kasus paling berat berada pada bibit-bibit bangsa tentang pembentukan dalam bidang pendidikan baik segi kualitas otak terlebih kepribadian” berkata-kata kembali.
“Maksud bapak melibatkan menteri agama dan telekomunikasi?” menteri agama.
“Di sini letak masalah terbesarnya juga. Komunikasi di dunia medsos selalu saja seperti manusia kesurupan, temukan satu cara pembatasan-pembatasan internet yang dikatakan merusak melalui program baru bahkan dikatakan terbilang unik tetapi membentuk.”
“Merusak?” menteri telekomunikasi…
“Pornografi paling mudah diakses sedangkan rasa ingin tahu bibit-bibit bangsa melewati batas bahkan mempraktekkan luar biasa, saling menghujat, kesurupan setiap berada di dunia medsos, masa labil berada sekitar area sangat memprihatinkan, pertengkaran satu sama lain karena merasa paling suci… keren sekali yah”…
“Menteri agama sendiri?” menteri agama mengerutkan kening.
“Lebih kacau lagi di bidang ini selalu jadi ajang perdebatan agama siapa paling suci diantara semua yang tersuci. Di sini paling sering melibatkan generasi muda. Manusia itu tidak ada yang sempurna, masalah iman kepercayaan tidak bisa dipaksakan ke semua orang dan bersifat pribadi bukan ajang perkelahian…” penekanan tersebut saya rasa jelas.
“Terkadang pejabat sendiri sengaja memancing mereka bahkan memanfaatkan situasi. Satu lagi, jangan membuat aturan yang mengundang perpecahan. Mengizinkan program-program yang kelihataan suci untuk agama tetapi menghanyutkan. Hal lebih aneh lagi persetujuan organisasi-organisasi kelompok-kelompok aliran tertentu dengan fakta depan mata dikatakan sebagai teroris. Gila, hebat sekali kalian” kembali menambahkan kalimat tersebut.
Kisah sang presiden ingin yang terbaik bagi generasi muda sebagai penerus bangsa. Perubahan Negara ini berada di tangan mereka untuk beberapa alur cerita,sedangkan orang tua hanya berperan sebagai seorang guru di belakang. Setan paling senang generasi muda dalam satu bangsa hancur berkeping-keping. Terikat sex bebas, tidak memiliki masa depan, menjadi pelacur kelas kakap, narkoba, emosional pembawa petaka, kesombongan, malas, dan segala jenis teman-temannya di belakang ketika membungkus mereka tentu membuat iblis tertawa lebar.
Saya bukan sosok pendeta, ustads, biksu, atau sejenisnya hanya saja semua yang kukatakan adalah fakta. Sekarang bagaimana para orang tua, pemerintah, tokoh-tokoh agama, dan tenaga-tenaga pendidik menyingkapi hal tersebut. Masa depan Negara berada di tangan generasi muda bukan mereka yang dikatakan lanjut usia.
“Saya rasa tenaga pendidik harusnya menemukan satu cara untuk memperjuangkan mereka sebagai bibit bangsa. Jangan asal memilih tenaga pendidik dan kalau perlu harus melalui beberapa tahapan untuk berada di area tersebut ketika menjadi pembentuk…” berujar di hadapan mereka semua.
“Satu lagi sebagai penutup, harus ada pelatihan-pelatihan khusus bagi para orang tua untuk mendidik kehidupan seorang anak. Kenapa? Karena terkadang orang tua terjebak atau bahkan tidak bisa mengatasi perubahan di depan matanya. Zaman dulu dan sekarang berbeda.” Tidak mungkin porsi kemarin tetap menjadi patokan bagi mereka untuk yang hari ini.
Meninggalkan ruangan tersebut dengan tuntutan perubahan bahkan mereka yang berperan sebagai menteri harus bekerja keras dan tidak hanya asal bicara atau sekedar memamerkan jas kebesaran. Bukan hal mudah ketika diperhadapkan kasus bangsa seperti ini. permasalahan terbesarnya adalah bagaimana menghancurkan sisi gelap dalam diri generasi muda.
“Ambillah!” Izryel tiba-tiba saja berada dalam mobil menyodorkan ice cream vanilla.
“Kenapa bisa berada dalam mobil? bagaimana kalau media menyadari wajahmu?”
“Tenang saja, selesai nyerang pejabat-pejabat itu?” Izryel seakan tahu apa yang sedang kulakukan.
“Kalau begitu kita bisa bersenang-senang hari ini” tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu…


Bagian 10…


Penyamaran kedua yang pernah kulakukan bersama Izryel ketika berada di alam bebas. Tanpa pakaian formal dan hanya mengenakan kaus menikmati hidup. “Kau mau mencoba olah raga penguji adrenalin” Izryel seolah menantang. Olah raga panjat tebing terlihat mengerikan dan saya sedang dituntut oleh anak remaja harus memanjat tebing paling tinggi.
“Jangan becanda” berusaha menghindar.
“Coba saja dulu” Izryel.
“Kalau saya tidak mau gimana?”
“Berarti kau presiden payah” Izryel.
“Saya tidak tahu memanjat”
“Kan bisa berlatih, gimana sih” Izryel.
Seperti terpaksa melakukan satu jenis olah raga mengerikan hanya karena tidak ingin dikatakan presiden payah. Berulang kali mencoba dan selalu saja gagal sekitar awal-awal tanjakan. Izryel terus mendorongku berjuang lagi berusaha lagi memulai lagi dari nol. “Tebing ini ibarat negaramu dengan segala akar masalah di dalamnya hingga menguji adrenalin. Takut jatuh sampai mati memang seperti itukan di dunia pemerintahan?” Izryel.
Dia sengaja membuatku berada di tempat seperti ini hanya untuk membuka mataku. Benar ucapannya tentang gambaran panjat tebing tersebut. Seorang presiden sedang uji adrenalin melalui satu jenis cabang olah raga. Adiv dan dirinya hampir mempunyai kepribadian sama.
“Seperti Hodre” penglihataanku tidak mungkin salah melihat sesuatu di bawah…
“Kau berhasil bos” teriak Izryel kegirangan. Saya tidak menyadari jika ternyata kakiku sudah berada pada puncak. Pandangan mataku terarah terhadap sosok wanita bersama Hodre seperti sedang bertengkar tidak jauh dari tempat kami. Segera meminta bantuan agar bisa turun secepatnya untuk mencari tahu siapa wanita tersebut…
“Mau kemana?” seru Izryel mengekor di belakang.
Saya terus berlari mencari tahu siapa wanita yang sedang bersama Hodre. Sepertinya terjadi pertengkaran hebat hingga gadis remaja itu menjatuhkan air mata. Tidak mungkin juga mata salah mengenali seseorang. “Kenapa lari seperti orang kesurupan sih?” Izryel menarik nafas panjang.
“Jejaknya hilang” cetusku sedikit kesal.
“Jejak siapa?” Izryel.
“Entahlah” menjawab Izryel.
Pasti ada sesuatu hal tersembunyi dan tidak ingin diberitahu oleh Hodre. Apa pun itu kuharap Hodre tetap berada dalam lindungan Tuhan. Sepasang matanya mengatakan sesuatu dan saya bisa merasakannya ketika berdiri di hadapan dia. Sebenarnya siapa wanita itu? Kenapa bola mata Hodre terlihat seperti habis menangis? Sosok gadis remaja itu sebelas dua belas dengan Zamira. Diam tanpa berkata-kata bahkan menyimpan seorang diri segala jenis masalah yang sedang menyerang.
“Apa dugaanku saja yang salah kalau kau punya sedikit masalah” berdiri tiba-tiba dalam kamar miliknya tanpa mengetuk terlebih dahulu.
“Kenapa?” Hodre.
“Saya hanya merasa aneh saja” ucapku.
“Kenapa?” Hodre.
“Minimal kau bisa berbagi denganku”…
“Kenapa?” Hodre.
“Entahlah…”
“Kenapa?” Hodre…
“Lupakan” menjawab pertanyaannya.
Saya pasti bisa mencari tahu siapa wanita itu. Kenapa Hodre sampai menangis dibuat olehnya? Wajah sedihnya berbicara. “Bisakah saya menggantikan posisi ayahmu dan berada dalam dekapanku?” berbalik lagi setelah langkah kaki terhenti.
“Kenapa?” Hodre.
“Sepertinya saya ingin kau berbagi kesedihan denganku.” Menatap kedua bola matanya menyadarkan hatiku kalau dia sedang membutuhkan dekapan hangat seorang ayah di sampingnya.
“Lupakan!” Hodre seolah bersikap cuek.
Hari ini mungkin saya gagal, tetapi kelak jalan berkata lain. Dua anak kembar yang selalu berada di belakangku menyalurkan beberapa ide-ide tertentu ketika kaki harus tetap bertahan sebagai seorang pemimpin. Diam-diam mencari tahu identitas wanita tersebut tanpa sepengetahuan Hodre. “Wanita itu ibu kandungnya sendiri” setelah beberapa hari melakukan pengintaian.
Sosok ibu kandung yang tegah meninggalkan kedua anaknya hanya karena permasalahan kemiskinan. Hebat sekali… Hadir tiba-tiba bahkan berjuang merebut hati anak gadisnya. “Saya ibumu” ternyata wanita itu berusaha menemui Hodre setiap pulang sekolah.
“Ibu macam apa tega meninggalkan keluarga sendiri karena tidak tahan hidup susah” Hodre menjatuhkan bulir-bulir Kristal di sekitar matanya.
“Semua ini karena ayahmu” ujar wanita tersebut.
“Kenapa ayah dipersalahkan? Sampai ayah meninggal pun tidak pernah sekalipun ada rasa ingin membenci ibu” Hodre.
“Hodre…” bentaknya.
“Bahkan ayah selalu berpesan jangan pernah menjadi pembenci ibumu sendiri. Rasanya sakit mendengar ayahku terus bercerita hal-hal baik tentang istrinya, pada hal kenyataan depan mata tidak sesuai bayangan” Hodre.
“Bukan ibu yang jahat tapi ayahmu” ujarnya lagi.
“Sudah cukup ibu mengejek ayah! Pergi dari hadapanku sekarang!” Hodre.
Ibu dan anak bertengkar hebat di sekitar gang sempit jauh dari keramaian kota. Gadis remaja itu menangis begitu keras di hadapan ibu kandungnya. “Dari mana kalian mendapat uang sampai bisa sekolah di tempat mahal seperti sekarang?” pertanyaan wajar bagi sang ibu.
“Kenapa ibu jadi peduli? Bukannya selama ini selalu bersikap cuek?” Hodre.
Sebuah tamparan keras mendarat seketika memenuhi wajah gadis tersebut. “Kenapa hanya sekali? Kalau perlu bunuh saja anak kandungmu sendiri biar puas” Hodre histeris di depan wanita itu.
“Yang jahat itu ayahmu bukan ibu. Masih mencintai wanita lain selain istrinya sendiri” balasan ucapan terhadap anak kandungnya sendiri.
“Pergi pergi pergi!” Hodre berusaha mengusir…
“Hodre…” spontan berlari ke tempatnya. Berusaha menenangkan Hodre sebisa mungkin. Bagaimanapun gadis remaja yang terlihat kuat ternyata sangat rapuh. Masalah yang biasa terjadi dalam dunia generasi muda yaitu berselisih paham dengan orang tuanya, entah itu ayah atau ibunya sendiri.
“Ternyata kau simpanan om-om” sang ibu dengan sangat keji melemparkan pernyataan menyakitkan seperti ini.
“Apa anda memiliki perasaan sebagai seorang ibu atau tidak?” sangat geram melihat tingkah wanita tersebut.
“Sepertinya wajahmu tidak asing” ucapan wanita itu.
“Pergi!” Hodre berusaha menjauhkan ibunya dariku. Dia berjuang mendorong ibu kandungnya sendiri jauh dari hadapanku. Wajah sang presiden memang tidak asing lagi di kalangan media maupun masyarakat. Seorang pemimpin yang selalu mendapat bahan caci maki oleh rakyatnya sendiri.
Sekarang tinggal hanya kami berdua setelah dia berhasil mengusir ibunya. Pertama kali bagi sang presiden duduk bersandar pada sebuah tembok sekitar gang sempit bersama gadis remaja berusia belasan tahun. Dia hanya butuh kehangatan keluarga yang lenyap setelah ayahnya berada di dunia lain. Entah mengapa saya ingin menjadi bagian dari dirinya. “Kau harus memenuhi permintaanku yang sekarang kalau tidak ingin berita tentang ibumu tersebar di kalangan teman-teman sekolahmu.” Terserah pemikiran gadis tersebut terhadapku.
Dia hanya diam tanpa membalas ucapanku seolah pasrah terhadap kenyataan hidup. “Kalau begitu berita ini akan tersebar besok tentang berita  ibu kandungmu” berusaha berdiri untuk meninggalkan dirinya.
“Tunggu” Hodre menghentikan pergerakanku.
“Saya hanya ingin kau berada dalam dekapanku dan menangis sepuas-puasnya, minimal bisa berbagi beban” menatap wajah gadis tersebut.
“Anggap pria tua di depanmu sebagai seorang ayah bukan orang lain untuk hari ini saja” berucap kembali.
Mencoba masuk dalam dekapanku setelah beberapa saat lalu terdiam. “Rasanya sangat sakit memiliki ibu seperti dirinya” menangis histeris seketika.
“Keluarkan semua tangismu kalau itu bisa membuatmu merasa lebih baik” mendekap dirinya sama seperti anak kandungku sendiri.
Menjadi pertanyaan kenapa ibunya hanya bertemu dengan Hodre semata? Bukankah Izryel juga saudara kembar Hodre? Anak kembar dengan dua kepribadian berbeda. Saya menyukai mereka berdua. Seolah Tuhan membuatku melupakan rasa sakit kehilangan Adiv melalui kehadiran dua anak kembar tersebut.
Saya tidak ingin wanita itu membuat mereka berdua keluar dari hidupku. Bagaimana gadis kecil dapat melewati keceriaan tanpa Izryel dan Hodre? Zamira istriku selalu bersemangat berada di dapur rumah setelah kedatangan mereka.
Setelah merasa baikan kami berjalan pulang dan berusaha menutup rapat dari Izryel. Horde memohon agar tidak memberi tahu semua hal yang terjadi terhadap kakak kembarnya. Beruntung saja tidak seorangpun masyarakat luar menyadari kehadiran Hodre di rumah. Andaikan media mencium sedikit saja tentang anggota rumah presiden tentu menjadi masalah besar. Terdapat jalan bawah tanah yang disengaja dibuat khusus bagi anggota keluarga ketika hendak bepergian. Pertemuan para pejabat pun hanya berada pada batas-batas sedikit jauh dari tempat kediaman keluarga. Rumah sang pemimpin memiliki desain khusus sehingga seorang pun tidak dapat menyadari ruang-ruang tertentu di dalamnya. Wajah Anak-anakku tersembunyi dari incaran media dikarenakan kecerdikan ibunya mengalihkan perhatian.
Btw, kenapa saya bercerita semua ini yah? Lupakan. Berusaha menjadi sosok ayah di hadapan gadis remaja bernama Hodre. Mengantarnya ke sekolah walaupun dia berusaha keras menolak semua yang kulakukan. “tersenyum” pertama kalinya sejak awal pertemuan kami di hutan. Hal mengejutkan terjadi hari ini yaitu melihat sosok Hodre sedikit tertawa. Saya ingin belajar menjadi bagian terpenting dalam dirinya sama seperti gadis kecilku Zahlee.
“Hodre…” melakukan penyamaran menjemput dia di sekolah. Izryel mengajarku melakukan semua ini beberapa kali.
“Anda” Hodre hampir tidak percaya dengan penglihatan di depannya.
“Ayo bersenang-senang” mengajak dirinya menikmati petualangan sehari.
“Bagaimana dengan Izryel?” Hodre.
“Biarkan saja dia kan cuma sehari” tersenyum dengan sikap cuek.
“Ayo naiklah!” menyuruh Hodre berada di atas sebuah sepeda motor.
“Kakakku saja tidak tahu mengemudikan motor apa lagi anda” Hodre.
“Pantas saja” menyadari sesuatu.
“Maksudnya?” Hodre.
“Lupakan dan naiklah! Sebelum ada yang menyadari siapa orang di depanmu”…
Berjalan berkeliling kota memakai sebuah motor besar menjadi satu hal istimewa. Membayangkan ketika gadis kecilku Zahlee sebesar Hodre dan melakukan hal sama seperti yang kulakukan sekarang merupakan sesuatu yang menarik. “Kata orang berteriak di atas motor terdengar menyenangkan” pernyataanku terus mengemudikan kendaraan roda dua tersebut.
“Ayo coba berteriak keras!”
“Saya tidak bisa” Hodre.
“Coba sekali saja”…
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” sepertinya dia baru belajar teriak.
“Macam orang kesurupan” tertawa lebar.
Memperlihatkan Hodre aksi seorang presiden memanjat tebing hingga mencapai puncak. Berusaha mendapatkan sebuah boneka pada salah satu permainan di sebuah pusat perbelanjaan. “Kalau lagi sedih, kau bisa memeluk bonekanya” tersenyum di hadapannya.
“Bagaimana dengan Zahlee?” Hodre.
“Kalau begitu biar saya coba lagi buat gadis kecil”…
“Ayo terus terus terus” pertama kalinya sosok Hodre memberi semangat luar biasa.
Selalu saja gagal gagal dan gagal selama beberapa waktu. “Coba lagi” Hodre.
Seperti Izryel mencoba sekali lagi tanpa ada kata menyerah.
“Akhirnya dapat” Hodre penuh semangat. Setelah memakan waktu lama, di akhir kata saya berhasil mendapat dua buah boneka. Bolos kerja sebagai presiden sehari penuh tidak menjadi masalah…
Menonton atraksi lumba-lumba bermain dalam sebuah gedung pertunjukan. Berteriak sekeras mungkin memberikan semangat terhadap salah satu tim basket di sebuah arena pertandingan olah raga. Setidaknya gadis itu melupakan kesedihannya untuk beberapa saat. “Hodre” seseorang memanggil namanya setelah kami berjalan keluar dari tengah keramaian pasar malam.
“Paman Adom” Hodre ternyata mengenal orang tersebut ketika kami berdua berbalik.
Pertemuan tidak terduga antara sahabat ayahnya dan dia sendiri. Terlihat jelas dari wajah itu kau tidak menyukai diriku. Sepertinya sahabat ayahnya mengenal siapa saya, namun entahlah. Tatapan sinis membelenggu dirinya. Apa saya pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya?
“Paman, kenalkan…” kalimat Hodre terpotong.
“Hodre, kenapa kau bisa bersama orang seperti ini” Adom.
“Kenapa paman bicara seperti itu?” Hodre.
“Dia pembunuh ayahmu dan kau harus sadar itu” Adom.
“Paman salah orang” Hodre.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” bertanya…
“Apa paman mengenal…” Hodre.
“Siapa sih tidak mengenal presiden paling jahat sedunia” Adom. Ternyata selama beberapa hari orang tersebut terus mengikuti kami dari belakang. Apa maksud ucapannya? Tidak dapat disangkal bisa jadi saya seseorang penyebab kematian ayah anak kembar di rumahku.
Sehari penuh saya berhasil membuat gadis remaja itu tertawa, tetapi tiba-tiba saja air panas datang mengguyur seketika. “Ini tidak benarkan paman” Hodre.
“Sebuah proyek besar dan di belakangnya terdapat tokoh-tokoh penting termasuk beberapa pengusaha melakukan aksi kejahatan demi kepentingan pribadi” Adom.
“Itu bohong” Hodre.
“Siapa sih tidak mengenal proyek terbesar beberapa pejabat dan pengusaha…”Adom.
“Paman” Hodre.
“Proyek Jalur Bermain dengan mengkucurkan dana lumayan besar bahkan merugikan negara, rakyat, hingga menambah jumlah kemiskinan sekaligus penderitaan” Adon.
Jauh sebelum terjadi pertobatan terhadap presiden, memang benar saya masih menjadi bagian beberapa proyek terbesar termasuk Jalur Bermain. Sejak dulu saya sudah memperkirakan penyebab kematian ayah Hodre bisa saja terdapat namaku di belakangnya. Ketakutanku terbukti pada akhirnya…
“Ayahmu tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Singkat cerita, mereka sengaja menjebak hingga membunuhnya dengan cara paling kejam” Adom.
“Saya tidak merasa seseorang menyadari proyek tersebut”
“Sampai kapanpun kau adalah presiden iblis” Adom.
Saya bisa membaca raut wajah seorang gadis remaja ketika menyadari sesuatu hal paling pahit. Sulit berkata-kata dan itulah keadaanku sekarang. Ingin membela diri kalau saya bukan penjahat tetapi kenyataan memang memperlihatkan tentang satu kisah masa lalu. Tidak dapat disangkal sang pemimpin seperti Kaska merupakan pribadi mengerikan sepanjang sejarah.
Saya memang terlibat proyek Jalur Bermain dikarenakan kata serakah bersama keangkuhan hidup sedang melilit perjalanan hidup. Seperti mimpi buruk saja kisahku sekarang. Siap mendapat caci maki dari gadis remaja tersebut…
Beberapa pukulan mendarat memenuhi wajah dan tubuhku hingga mengucurkan darah segar. Membalas pun bukan jalan keluar terbaik. Minimal rasa sakitnya bisa terbalut dengan setiap pukulan tersebut. Horde hanya diam tanpa berkata-kata menatap sesuatu yang terjadi di hadapannya.
“Kenapa tidak membalas?” sang gadis remaja akhirnya berkata-kata di tengah kesunyian malam.
“Entahlah” hanya kalimat tersebut terucap.
“Hodre…” Izryel tiba-tiba hadir di tengah kami. Berusaha melindungi tubuhku dari hantaman sebuah balok. Rasa luka mendalam membuat seorang Adom menjadi seperti ini. wajar jika dia ingin melenyapkan saya dari muka bumi.
“Izryel” ketakutan melanda melihat darah segar mengalir dikarenakan sebuah balok kayu. Tuhan, cukup Adiv diambil dariku tapi jangan Izryel. Hodre hanya meneteskan air mata, sedangkan Adom menghentikan aksinnya.
“Kau bukan adik yang kukenal kemarin” Izryel.
“Adikku tidak sejahat itu” Izryel masih mencoba berkata-kata.



Bagian 11…

Kesekian kalinya sang presiden berjuang menutup rapat tentang sesuatu hal sedang terjadi dalam jalan hidup sendiri dari media. Sampai detik sekarang seorang pun tidak pernah menyadari kematian putra tunggalku. Kehadiran Izryel membuat istri dan gadis kecilku tidak pernah tahu sebuah rahasia kematian Adiv. Saya tidak akan menuntut Adom untuk segala perbuatannya. Wajar sang presiden mendapat caci maki terlebih pukulan keras karena segala sesuatu yang sudah terjadi.
“Bagaimana semua ini bisa terjadi?” Zamira tiba-tiba saja berada di sini. Yah di ruangan tempat di mana Izryel terbaring. Rumah sakit tersebut berada di bawah penjagaan ketat bahkan tak seorang pun bisa masuk ke ruangan lantai paling atas kecuali dokter tertentu. Mengamankan Adom di suatu tempat terpaksa kulakukan untuk menghindari sesuatu hal. Saya tidak akan membalas semua perbuatannya atau berniat melukai dirinya. Hodrefu sendiri hanya diam duduk pada satu barisan kursi dari rumah sakit tersebut.
Saya tahu bahwa gadis itu tidak akan pernah mengatakan apa pun. “Zamira” menatap ke arahnya yang terlihat sangat khawatir.
“Kau tidak perlu tahu kenapa saya bisa berada di sini?” Zamira.
“Ikatan batin antara ibu dan anaknya membuat saya ingin mencari tahu keberadaan kalian” Zamira. Apakah dia menyadari anak yang sedang terbaring saat ini bukan Adiv anak kandungnya? Ikatan batin?
“Kau terluka?” Zamira membelai wajahku.
Dia selalu seperti itu, tidak pernah terlihat marah ataupun kecewa terhadap suaminya sendiri. Apa yang akan terjadi andaikan istriku menyadari kematian anak kami Adiv? Berjaga semalaman di samping Izryel tanpa menutup matanya sedikitpun. Merenung kisah kehidupan keluargaku dan semua hal membuatku ingin berteriak jauh di dasar hati. Zamira terus membelai rambut Izryel serta memanjatkan doa buatnya.
Hodrefu duduk seorang diri sekitar taman rumah sakit pada sebuah kursi panjang semalaman. Saya sadar benar hatinya benar-benar hancur menyadari sesuatu hal dibalik kematian tragis ayahnya. Permasalahan proyek Jalur Bermain beberapa tokoh-tokoh penting menyatakan sebuah penderitaan terhadap orang-orang bawah atau orang-orang yang tidak mengerti apa-apa. Saat itu memang salah seorang pejabat memberi tahu kalau pembicaraan penting mereka mengenai proyek tersebut di dengar.
Rasa takut itulah membuat para anggota proyek Jalur Bermain menciptakan jebakan terhadap seseorang alias ayah kandung dua anak kembar di rumahku. Bagaimanapun saya tidak menyadari kematian orang tersebut, tetapi tetap saja kata si’pembunuh berdarah dingin melekat kuat dalam jalanku. “Makanlah!” memberi sebungkus roti ke tangan Hodre sebagai sarapan pagi.
“Kenapa?” Hodre.
“Sulit menjelaskan apa yang sedang terjadi kemarin” menjawab pertanyaan darinya.
“Kenapa?” seakan Hodrefu ingin berteriak histeris tetapi tertahan oleh sesuatu…
“Maaf membuat luka mendalam walaupun kata tersebut tidak akan bisa mengembalikan waktu”…
Meninggalkan dirinya seorang diri tanpa kembali membuat pernyataan. Penyamaran sang presiden di sekitar rumah sakit memang terdengar sangat luar biasa. Zamira menyuapi Izryel setelah tersadar dari tidurnya. Dokter mengatakan kondisi Izryel baik-baik saja dan tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.
“Sudah kenyang” Izryel tetap penuh semangat seolah tidak terjadi sesuatu. Apakah dia sadar ayahnya meninggal akibat perbuatanku juga?
“Saya tidak pernah bisa membencimu, jadi kau jangan berpikiran tentang hal semalam” Izryel berucap terhadapku setelah Zamira berjalan keluar meninggalkan kami. Anak remaja laki-laki ini mendengar setiap percakapan kami semalam termasuk bagaimana pamannya melemparkan setiap pukulan ke seluruh tubuhku.
“Pamanku memukulmu berulang kali, tapi kau masih bisa berdiri bahkan berjalan tidak sepertiku” Izryel.
“Kenapa?” pertanyaan terbodoh seorang presiden dan seolah mengutip ciri khas Hodre.
“Entahlah. Seharusnya saya puas melihatmu menerima pukulan, tapi rasanya sangat sakit ketika menyadari tetesan darah mengalir keluar begitu saja dari tubuhmu” Izryel.
“Kenapa?”
“Tidak ada jawaban untuk pertanyaanmu. Adikku tentu memiliki perasaan sama sepertiku, walau dia terlihat seolah membiarkan kau terus menerima pukulan” Izryel.
“Saya memang pantas menerima pukulan tersebut bahkan lebih dari itu.”
“Harusnya kau kan yang berada di atas tempat tidur karena mendapat lebih banyak pukulan, kenapa justru saya?” Izryel.
Ketika hatinya terluka justru Izryel tetap berusaha menutup rapat. Dia masih ingin melemparkan sebuah senyum bagi sang presiden jahat salah satu pembunuh ayahnya. “Bagaimanapun ibuku berlaku kejam, tetapi ayahku selalu berkata hal baik tentangnya. Tidak ada orang tua yang sempurna di dunia ini dan jangan menjadi pembenci, kalimat ayahku tiap berbicara terhadap kami…”Izryel berucap saat hendak meninggalkan rumah sakit setelah mendapat perawatan beberapa hari lamanya.
“Sangat sulit menjadi seperti ayahmu” kalimatku.
“Memang sangat sulit, itulah sebabnya saya ingin tetap belajar menatap kau dengan satu kehangatan” Izryel.
“Hal terbodoh” membalas ucapannya.
“Memang saya terlalu bodoh. Tidak pernah bisa membencimu apa pun alasannya” Izryel.
“Seluruh bangsa melemparkan kebencian terhadapku”…
“Mereka bukan diriku” Izryel.
Kami berdua berjalan keluar dari rumah sakit melalui lorong rahasia demi menghindari pemberitaan media. Diam seribu bahasa sepanjang perjalanan menuju rumah. Zamira lebih dulu berada di rumah demi menghindari ribuan pertanyaan Zahlee tentang kakaknya. Bisakah saya hidup seperti ayahnya bahkan menjadi bagian dari hidup Izryel juga Hodre.
“Ternyata kalian memiliki jalan rahasia seperti ini yah?” suara seorang wanita mengejutkan kami setelah berada sekitar halaman rumah tersembunyi.
“Ibu” Izryel menyadari siapa yang sedang berdiri di depan.
“Adiv pulang…” ucapan Zamira terhenti saat melihat seorang wanita berdiri di halaman rumah.
“Kakak Adiv” Zahlee berlari kecil memeluk Izryel.
“Adiv?” wanita di hadapanku kebingungan.
“Siapa Adiv?” sekali lagi bertanya-tanya.
“Sejak kapan kau menjadi Adiv?” wanita itu bertanya…
“Dia bukan Adiv tapi anakku Izryel” wanita tersebut kembali membuat pernyataan.
“Pergi dari rumah ini” Hodre pun tiba-tiba datang hendak mengusir ibu kandungnya.
“Apa maksud ucapanmu?” Zamira.
Sejak kapan wanita ini memata-matai kehidupan keluargaku? Membuntuti perjalanan kami dari rumah sakit sampai terjadi pertemuan antara satu sama lain, benar-benar tidak bisa dipercaya. “Kau wanita penghancur rumah tangga orang” pernyataan apa lagi yang keluar dari mulutnya.
“Sampai memiliki anak sekalipun, dia tidak pernah bisa melenyapkan namamu di hatinya. Saya rasa-rasanya ingin membunuhmu” dia berusaha menyerang Zamira. Rahasia apa lagi ini dan tidak kusadari sama sekali. Istriku bukan orang sejahat itu…
Pertengkaran hebat terjadi belakang halaman rumahku. Rasa geram ibu kandung dua anak kembar ini sedang memuncak. Hal lebih kacau lagi adalah saya harus berkata jujur tentang Adiv terhadap istri dan gadis kecilku sebelum waktunya. Rahasia terpendam istriku membuatku seperti tersiram air panas di siang hari. Zamira menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria selain diriku? Sangat menyakitkan.
“Hentikan…” Hodre berteriak sekuat mungkin.
“Bukannya kau sangat membenci Izryel, lantas kenapa sekarang terlihat ingin mengakui dirinya?” Hodre. Izryel selama hidupnya kehilangan sosok ibu.
“Ayahku ditelantarkan olehmu, selalu saja memberi makian terhadap saudara kembarku Izryel, dan sekarang kau datang seolah tanpa dosa” Hodre sangat gerah melihat tingkah ibu kandungnya sendiri.
“Anak durhaka” rasa geram wanita tersebut.
“Ibu boleh memukul saya, tapi jangan adikku” Izryel menghalangi ibunya mendaratkan sebuah tamparan ke wajah Hodre.
“Biarkan saja ibu melakukan semua ini” Hodre berteriak.
“Kenapa kalian bertengkar di rumahku? Siapa kau? Kenapa menyamar sebagai Adiv? Dimana anakku Adiv?” Zamira sangat kebingungan.
“Tangkap wanita itu!” menyuruh beberapa pengawal kepresidenan segera mengamankan ibu kandung Izryel dan Hodre.
Kami sekarang berada dalam sebuah ruang keluarga yang bahkan satu sama lain tidak berani saling bertatapan. Saya tidak akan membentak, bertindak emosional, geram, atau melakukan objek-objek aneh terhadap istriku sendiri karena masalah menjalin hubungan dengan seorang pria selain diriku. Jalan keluar terbaik bagi seorang kepala keluarga adalah berusaha bersikap tenang terlebih perananku sebagai seorang pemimpin bangsa.
Mau tidak mau rahasia kematian Adiv harus berakhir sekarang. “Dimana anakku Adiv?” selang beberapa waktu Zamira mulai pembicaraan terlebih dahulu.
“Mereka berdua tidak bersalah. Maaf menciptakan kebohongan di belakangmu selama ini” meminta maaf terhadapnya walaupun saya sendiri terluka atas kasus menjalin hubungan bersama pria lain.
“Ada hubungan apa antara anda dan ayahku?” Hodre langsung berada pada pertanyaan yang memang membutuhkan jawaban bagi kami semua.
Beberapa saat semua kembali terdiam dalam keheningan. Suasana ruang keluarga presiden terlihat mencekam beberapa kisah membutuhkan penjabaran antara satu sama lain. Kematian Adiv, penyamaran Izryel, munculnya seorang wanita alias ibu kandung dua anak kembar di rumahku, jalinan asmara antara Zamira dan pria lain. Posisi sebagai kepala keluarga sekaligus pemimpin bangsa mengajar saya harus bersikap setenang mungkin. Saling menyalahkan terlebih menyerang istri bukan jalan pemecahan masalah. Kemarin pun kehidupan seorang presiden Kaska Kedhim berada pada sebuah jurang, terlebih kasus kematian putraku karena alasan ingin melindungi sosok ayah terkejam.
“Dimana putraku?” Zamira.
“Adiv…” mencoba untuk menjawab pertanyaan.
“Jelaskan terlebih dahulu hubungan antara kau dan ayahku?” Hodre memotong pembicaraan.
“Semua itu hanya masa lalu” Zamira.
“Tapi jelaskan sebelum saya menjadi pembenci” Hodre.
“Kau ingin tahu?” belum pernah saya melihat sosok Zamira dengan raut wajah seperti sekarang, selama ini dirinya berusaha bersikap tenang.
FLASHBACK…
Seorang wanita cantik muncul sebagai sosok murid baru di sebuah sekolah Nyanyian Harapan. “Perkenalkan nama saya Zamira Asa. Menyukai hal-hal menarik seperti berteman, jalan, bergosip, makan, dan banyak lagi.” seluruh anak riuh berteriak mendengar ucapannya. Dapat dikatakan primadona sekolah Nyanyian Harapan bergeser pada dirinya.
Cantik, pintar, murah senyum, baik hati, tidak sombong melekat dalam jalan sang primadona bernama Zamira Asa. Semua cowok juga pasti mengglepek-glepek jika berada di dekatnya. Aktif di sekolah baik dalam bidang olah raga ataupun kegiatan-kegiatan lainnya. Seiring waktu berjalan seseorang dari kejauhan selalu memperhatikan setiap tingkah lakunya dan terkadang tersenyum sendiri. Memang sih penggemar rahasia Zamira itu banyak kiri-kanan bahkan sampai luar sekolah.
Diam-diam mengambil foto Zamira memakai sebuah kamera. Sosok Jasin tidak pernah diperhitungkan oleh seluruh teman-temannya. “Kenapa fotoku berada di sini?” Zamira tersadar seketika seseorang mengambil gambar wajahnya diam-diam saat berada di tengah lapangan basket. Berusaha mencari tahu siapa orang yang selalu memotret wajahnya.
“Pengambilan gambarnya bagus juga ternyata” tersenyum sendiri namun tetap saja marah…
Sengaja mengumpulkan teman-temannya dalam satu aula sekolah yang kemudian mengajukan ajang kompetisi murid bertalenta. Jauh sebelumnya sosok Zamira telah berbicara di hadapan beberapa guru mengenai kompetisi tersebut. “Saya pasti bisa menemukan siapa di balik pengambilan wajahku” gumam Zamira.
Singkat cerita dia tidak sengaja menabrak seorang siswa berkacamata dan cukup tinggi. Cowok ini berasal dari kelas sebelah yang selalu berjualan kue ke seluruh ruang saat jam istirahat. Lantai satu sampai lantai terakhir gedung sekolah di kelilingi habis biar jualan kue miliknya habis. “Kue daganganku tumpah semua” menatap sedih pemandangan di depannya. Diam tanpa melemparkan amarah itulah yang sedang terjadi.
“Lagian kenapa juga jalan ngga liat-liat jadi begini begini deh ceritanya” Zamira.
“Biar saya ganti rugi semuanya” Zamira merasa kasihan juga di antara rasa kesalnya.
“Ngga usah” jawabannya membalas Zamira. Berusaha mengumpulkan semua kue hasil dagangannya kembali ke dalam sebuah kotak besar.
“Ya sudah” cetus Zamira.
Berlalu meninggalkan siswa bernama Jasin si’pedagang kue. Selama kompetisi murid bertalenta berjalan, cowok remaja tersebut sibuk menjajahkan kuenya. Sesekali mengeluarkan sebuah kamera miliknya memotret primadona sekolah. “Ternyata kau orang yang suka memotret wajahku diam-diam” Zamira hampir tak percaya setelah tersadar mendapati Cowok tersebut.
“Jangan salah paham” Jasin berbicara gugup.
Kompetisi murid bertalenta sengaja diusulkan oleh Zamira dengan tujuan ingin mencari tahu. Selembar foto dengan wajahnya sebagai objek terpajang habis-habisan di sebuah gudang belakang sekolah yang tidak terpakai lagi. “Kenapa tidak mendaftarkan diri sebagai peserta?” Zamira bertanya dan melupakan rasa kesalnya.
“Peserta?” Jasin.
“Kau kan bertalenta, lantas kenapa tidak dipertunjukkan?” memperlihatkan ruang tersebut yang menjadi tempat seorang Jasin mulai menunjukkan kemampuannya.
“Kau tidak marah?” Jasin.
“Masalahnya hasil karyamu sangat berseni. Jadi, rasa kesalku hilang” Zamira.
“Saya tidak tertarik ikut kompeti” Jasin.
“Kau punya satu talenta, okey?” Zamira menegaskan. Sejak saat itu mereka berdua menjadi sahabat dekat. Setiap kali sang primadona selalu membantu mempromosikan hasil jajanan kue milik Jasin. Singkat cerita adalah terjalin hubungan asmara antara primadona sekolah dan tukang jual kue.
Jasin seorang yatim piatu yang harus berjuang menafkahi dirinya sendiri. Tidak kenal lelah pagi-pagi buta membuat kue seorang diri kemudian menjajahkan di sekolah. Andaikan ditanya tentang mimpi dalam dirinya, maka semua berlawanan dengan apa yang dilakukan sekarang. “Saya ingin menjadi seorang jurnalis sekaligus photographer handal” mengungkapkan sesuatu hal di hadapan Zamira.
Mereka selalu menjadi sepasang kekasih terbaik sekian tahun berlalu. Berada dalam satu universitas yang sama walaupun dengan jurusan berbeda tidak merusak kisah cinta sejak masa sekolah. Saling berbagi cerita, memberi semangat, menciptakan banyak petualangan menjadi ciri khas unik dunia mereka berdua.
“Kalau Tuhan berkehendak kita berdua menikah terus punya anak sepasang, saya akan memberi nama Izryel dan Hodrefu” Zamira memulai dialog di antara hembusan angin kampus. Beberapa hari lagi mereka berdua akan memakai toga setelah menjalani masa kuliah selama beberapa tahun. Pekerjaan sampingan Jasin sebagai photographer menjadi penghasil untuk menyambung hidup juga biaya pendidikan.
“Kenapa menamakan anak kita seperti itu?” Jasin.
“Izryel artinya berjuang bersama Tuhan. Hodrefu sendiri merupakan singkatan dari hope, dream, and future” Zamira.
“Sedikit kerenlah” Jasin.
“Kok sedikit sih? Bayangkan bagaimana sosok hidup seperti ayahnya berada dalam satu alur harapan, mimpi, dan masa depan dimana Tuhan selalu ada berjuang bersama dengan dirinya…yah kan?” Zamira.
“Terserah” Jasin.
Hubungan tersebut seakan kandas setelah pernyataan resmi orang tua Zamira yang tidak merestui Jasin sebagai menantu. Bertahun-tahun berjalan dan hancur seketika hanya karena pihak orang tua dari perempuan hanya melihat sisi luar sang pria. Singkat cerita adalah seorang pria mapan bernama Kaska Kedhim melamar Zamira untuk menjadi pendamping hidupnya.
Zamira hanya bisa menangis seorang diri dalam kamar akibat kelakuan buruk kedua orang tuanya. Pernikahan terjadi bukan karena berlandaskan cinta melainkan keinginan orang tua sangat menyakitkan. Orang tuanya mengancam akan menghancurkan karir photographer sekaligus jurnalis Jasin yang baru dimulai kalau menolak pernikahan tersebut. Menikahi pria mapan semacam Kaska Kedhim menghancurkan hati seseorang di luar sana. Jasin akhirnya menikah dengan teman kampusnya sendiri bernama Meara yang tahu pasti kisah jalinan asmara masa lalunya.

FLASHBACK…

Zamira menjelaskan semua kisah masa lalunya di hadapan kami. Saya penghancur hubungan ayah Hodre bahkan berperan sebagai pihak ketiga. Kenapa wajah Adiv dan Izryel sangat mirip? “Dimana anakku Adiv?” Zamira tersungkur menangis.
“Adiv berusaha melindungi ayahnya paling brengsek sampai rela mengorbankan nyawa sendiri” berkata jujur walau saya akan semakin membuat dia terluka.
“Ayahku maksudku bagian masa lalumu juga meninggal dengan cara tragis” Hodre.
Jauh lebih baik Zamira menyadari semua ini seperti apa pun reaksinya. “Tanpa saya sadar karena proyek besar Jalur Bermain sampai cinta pertamamu meninggal. Hal terburuk lagi karena saya salah satu pelaku terkejam” kepala tertunduk yang tidak pernah bisa menatap ke arahnya sekarang. Suara tangis istriku pecah seolah meluapkan segala lukanya selama bertahun-tahun terlebih setelah mendengar berita kematian Adiv.
“Kau bisa melampiaskan lukamu terhadapku atau bahkan membunuh mungkin”…
Zamira terus saja menangis menangis menangis dan menangis lagi. Tangisan yang selama ini di tahan akhir cerita meledak seketika. Andaikan perpisahan jalan terbaik masalah untuk membalut lukanya akibat perbuatan, saya siap menjalani. Memaksakan pernikahan bahkan menghancurkan impian ingin menikah dengan pria terbaik dalam hidupnya. Dia terlalu kuat untuk tetap berada dalam lingkaran hidup pria brengsek sepertiku.


Bagian 12…


“Saya ingin bertemu Meara ibumu” Zamira menghentikan tangisnya setelah berjam-jam lamanya histeris. Entah apa dalam benak istriku sampai ingin bertatap muka dengang wanita tersebut. Kesekian kali terjadi kalau dia tidak ingin melemparkan kata-kata atau bahkan menyalahkan diriku atas kematian dua orang terbaik dalam hidupnya.
Semua orang membenciku, namun tidak bagi Zamira tetap berdiri tersenyum memberi sesuatu kekuatan. Dia hanya melampiaskan tangisannya tanpa menghujat ataupun melemparkan pertanyaan lagi. Selalu saja seperti itu. “Kenapa mencari ibuku?” Hodre.
“Bukannya ibuku lagi terkurung di suatu tempat atas perintah presiden?” Izryel.
“Maaf saya terpaksa melakukan semua ini untuk sementara waktu” menatap ke arah dua anak kembar di depanku.
“Selamanya mengurung dia juga tidak apa-apa” Hodre.
“Bagaimanapun kepribadiannya, mau separuh monster dan separuh manusia, dia tetaplah ibuku. Jadi tolong jangan menyakiti dia terlebih mengurung dalam waktu lama” Izryel bersujud memohon sesuatu…
“Di mana wanita itu?” Zamira masih dengan pertanyaan sama.
“Kenapa kau selalu seperti itu? Tidak pernah bisa melemparkan caci maki bahkan rasa geram terhadap suamimu sendiri?” menatap Zamira.
“Dimana dia terkurung?” Zamira.
Selalu saja jalan hidup pendamping hidupku adalah diam memendam rasa luka seorang diri. Dia hanya ingin bertemu wanita bernama Meara yang tak merupakan suami dari mantan pria terbaik dalam hidupnya. Apakah mungkin Zamira ingin mencari tahu tentang kisah Jasin sang mantan setelah sekian tahun berlalu? Rasa sakit meninggalkan pria tersebut bahkan sangat terpaksa berlari ke pelukan pria jahat sepertiku membuat dirinya seolah terdiam untuk hal apa pun.
Mengabulkan keinginan dia bertemu wanita yang tak lain merupakan suami dari seseorang paling berarti bagi hidupnya sampai kapanpun. Minimal semua itu dapat membalut setiap luka di sekitar dinding tersembunyi jauh di dasar hatinya. “Kenapa kau datang kemari?” pertanyaan pertama sekaligus tatapan sinis wanita tersebut.
“Kenapa katamu?” pertama Zamira terlihat geram.
“Wanita iblis penghancur rumah tangga orang” Meara.
“Saya bukan iblis” penekanan kalimat Zamira.
“Tidak puas menghancurkan kehidupanku? Sekarang datang bertujuan ingin menyombongkan diri?” Meara.
“Saya tidak pernah menjalin hubungan bersama Jasin setelah menikah. Lantas kenapa kau sengaja menghancurkan kehidupan keluargaku?” Zamira.
“Apa maksudmu?” Meara.
“Jangan pura-pura bodoh. Wajah Adiv dan Izryel sangat mirip. Saya seorang ibu yang tidak bisa dibohongi” Zamira.
Saya sama sekali tidak memahami arah ucapan Zamira kemana. Kupikir pertemuan antara dia dan wanita tersebut hanya ingin membahas dunia seorang Jasin. “Naluriku sebagai ibu selalu berteriak setiap melihat Izryel. Kau pasti menyembunyikan sesuatu” tidak pernah sekalipun Zamira melemparkan gertakan terhadap orang lain, ini pertama kali dirinya berkata-kata seperti itu.
“Saya tahu seperti ada perbedaan antara Adia dan Izryel. Sebagai ibu semua itu bisa saya bedakan, tetapi naluri seorang ibu tidak bisa dibohongi kapanpun” Zamira.
“Ternyata ikatan batin ibu dan anak terjalin juga yah” Meara.
“Apa maksudmu?” ingin mencari tahu…
“Saya memang sengaja menculik bayi kembarmu di rumah sakit 18 tahun lalu. Kau dan saya berada di rumah sakit sekaligus ruang partus yang sama saat hendak melahirkan buah hati masing-masing. Singkat cerita, saya sengaja menyamar sebagai suster untuk mengelabui semua penghuni rumah sakit dan akhirnya berhasil” Meara.
“Saya bisa balas dendam melalui anakmu. Rencana menghancurkan keluargamu depan mata sekali lagi memakai darah dagingmu sendiri ketika besar nanti. Keren kan?” Meara.
“Ibu semua ucapanmu hanya bahan candaan kan? Tidak benar?” Izryel tiba-tiba saja hadir di tengah kami.
“Kau hanya aksi balas dendam saja” Meara. Ucapan menyakitkan wanita tersebut. Kenapa saya tidak pernah menyadari kejadian depan mata saya sendiri? Kematian anakku, kisah masa lalu Zamira, seorang wanita menculik saudara kembar Adiv, bahkan masih banyak hal tersembunyi seperti mengapung di permukaan. Hodre dan Izryel bukan saudara kembar terlebih memiliki hubungan darah. Wanita itu berbohong terhadap suaminya kalau mereka memunyai bayi kembar, pada hal kenyataannya tidak sama sekali. Tidak pernah berpikir kalau sang presiden memiliki anak kembar. Sebuah drama memainkan kisah hidup Adiv bersama kakak kembarnya Izryel.
Ruang bawah tanah tempat Meara di tahan menjadi saksi satu alur cerita bayi kembar terkuak seketika. Siapa pernah menduga semua hal tersebut terjadi? Tiga tahun kami menantikan buah hati hingga di akhir cerita sang pencipta menanam benih dalam Zamira. Cerita berlanjut setelah kelahiran bayi kembar adalah drama terjahat yang pernah ada. Memerintahkan beberapa pengawal membawa wanita tersebut ke suatu tempat jauh terpencil jauh dari ibu kota demi menghindari beberapa hal. Bukan karena saya takut kisah keluargaku terkorek, melainkan semua mempunyai waktu sendiri.
Seminggu lagi perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Negara, bisa saja kelompok tertentu memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadi. Saya tidak ingin keluargaku berada pada garis bahaya. Membawah Zamira berziarah ke makam Adiv beberapa jam setelah pertemuan kami dengan wanita tersebut. Air matanya tidak kunjung sirna bahkan terus saja menangis seolah segala hal dalam hidupnya hancur berkeping-keping. Gadis kecilku juga ikut bersama kami di tempat Adiv beristirahat.
Dia tidak pernah menyalahkan apa pun yang telah kulakukan. Dalam tangisan Zamira kata-kata kebencian terhadapku tidak terisirat sama sekali. Depan kubur air matanya terus saja mengalir tanpa berkata-kata. Lukanya meluap melalui bulir-bulir Kristal. “Hari sudah mulai gelap” entah mengapa hanya kalimat itu saja bisa keluar.
“Ayah, kenapa bunda nangis terus?” Zahlee kecil memegang kuat tanganku.
“Bunda hanya butuh waktu” menjawab pertanyaan gadis kecil.
Zamira berusaha menghentikan tangisnya kemudian mulai berjalan perlahan-lahan. Suara tembakan beberapa kali terdengar ketika kami hendak menuju sebuah mobil. Hal lebih mengejutkan adalah darah segar mengalir seketika. Saya berpikir darah tersebut mengalir dari tubuhku, kenyataannya tidak. “Bunda…” teriak gadis kecil.
Kesekian kali orang terdekatku mengorbankan dirinya buatku. Yah, Zamira berusaha melindungi suami bersama gadis kecilnya dengan membiarkan tembakan tersebut memenuhi tubuhnya berulang kali. Sejak dia menyadari satu rahasia, sekalipun belum berucap terhadapku. “Kenapa kau lakukan itu?” histeris melihat bagaimana kisah seorang istri berjuang mengorbankan dirinya untuk melindungi suami dan gadis kecilnya.
“Jawab jawab jawab…” teriakanku mengguncang tubuhnya.
“Bunda” tangis Zahlee.
“Bunda hanya tidur kan ayah?” Zahlee.
“Ayo bangun! Jawab pertanyaanku” terus mengguncang tubuhnya.
“Dia hanya masa lalu, tetapi kau ayah bagi anak-anakku” pernyataan seorang istri sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
“Kau belum mendengar Izryel memanggilmu bunda” menggoncang tubuh tak bernyawa di hadapanku.
“Kumohon jangan tinggalkan kami” tangisku pecah…
“Beri saya kesempatan memperbaiki semua hal” berucap lagi…
“Kenapa melakukan ini terhadapku?” sekali lagi berkata-kata.
Selalu sabar bahkan setia berada di samping suami sepertiku. Tuhan, apa ini hukuman buatku? Semua orang melemparkan caci maki, kebencian, kutuk, pandangan sinis tetapi dia tetap setiap bahkan memberi senyum terbaiknya. Ketika saya menjadi salah satu penyebab kematian pria paling berharga buatnya, sekalipun ucapan kebencian tidak pernah ada buatku. Kebohongan tentang kematian Adiv pun, setitik saja pandangan geram terhadapku juga tidak terjadi sama sekali…
“Bunda hanya tidur” Zahlee memeluk tubuhku.
Saya tidak ingin berbohong lagi. Membiarkan seluruh dunia tahu bagaimana istriku rela mengorbankan dirinya demi sang presiden iblis sepertiku. Seluruh media menyoroti pemberitaan kematian istri seorang presiden. Saya tidak butuh rakyat berkabung, hanya saja jangan sampai mereka membuat pemberitaan jelek tentang Zamira. Ibu dari anak-anakku memiliki sisi pribadi yang belum tentu para istri di luar sana bisa miliki.
“Tuhan, jahit bibit mulut mereka semua untuk tidak berkata-kata buruk mengenai kematian tragis Zamira?” seru doa seorang suami. Cukup saya saja menjadi pemberitaan jelek bahkan mendapat caci maki. Jangan jadikan dunia medsos sebagai ajang melemparkan caci maki yang belum tentu diketahui kebenarannya.
Tersungkur menangis samping makam Zamira membuatku tidak dapat berkata-kata. Istriku belum sempat memeluk Izryel setelah menyadari kebenaran depan mata. Zahlee masih terlalu kecil untuk kehilangan kasih sayang seorang ibu. Kenapa harus mengorbankan nyawa sendiri demi melindungi suami jahat sepertiku? Jelas-jelas saya merupakan penyebab utama dia tidak dapat menyatu bersama sosok pria terbaik dalam jalan hidupnya. Adiv anak kami pun pergi hanya karena ingin menyelamatkan ayahnya.
Hujan deras pertanda bumi pun ikut larut dalam kesedihan. Menyuruh Izryel, Hodre, bersama gadis kecilku Zahlee pulang lebih dahulu serta membiarkan saya seorang diri berada di samping makam Zamira. Andaikan waktu bisa berputar kembali dan membiarkan saya saja diambil oleh sang pencipta tapi jangan mereka berdua.
Semalaman saya terus menangis di samping makam tersebut  seperti orang gila yang bahkan tidak memiliki pengharapan sama sekali. Tiba-tiba saja seseorang memukul bagian kepalaku hingga tidak menyadari sesuatu hal. “Di mana saya?” setelah tersadar.
Kedua tanganku terikat kuat oleh rantai besi. Berada dalam ruang gelap gulita yang mana saya sendiri tidak tahu. “Sudah sadar rupanya” suara tidak asing lagi.
Beberapa kelompok pejabat, tokoh-tokoh di belakang layar yang kelihatannya tenang tetapi sangat iblis, bersama sekumpulan teroris bersatu ingin menghancurkan hidupku. lampu ruangan menyala seketika sehingga saya dapat mengenali wajah mereka satu per satu. Angggota parlement pun juga hadir ingin menyaksikan berita kematianku secara langsung. Hal lebih mengerikan adalah pejabat-pejabat penting bekerja sama dengan sekumpulan teroris untuk menghancurkan bangsa dan Negara ini hanya demi keserakahan belaka.
“Kau betul-betul hebat menghancurkan semua rencana kami” pak Bumid mulai mengangkat pembicaraan.
“Pejabat makan rakyat sendiri, hebat sekali yah” menyindir mereka.
“Jangan berlaku munafik” sebuah pukulan di arahkan sekitar wajahku hingga mengalirkan darah segar. Seperti inilah dunia politik, bertindak tegas berdampak bagi nyawa sendiri. Saya harus siap dengan resiko tersebut. Berulang kali mereka menghujam seluruh tubuhku memakai sebuah kayu sambil tertawa lebar.
Mungkin lebih baik saya berakhir sekarang. “Di dua tempat berbeda terdapat bom dan 30 menit dari sekarang akan meledak seketika” pak George berkata-kata seperti iblis.
“Kalian benar-benar kejam” sangat marah.
“Bom pertama berada di sebuah gedung terbesar dan jika meledak tentu belasan ribu orang meninggal begitu saja” salah satu ketua teroris paling diincar internasioanl berucap.
“Tuhan…” jerit hatiku berteriak kuat di dalam.
“Bom kedua berada di sebuah gudang kecil tanpa ribuan orang, tetapi tubuh anakmu siap menerima ajalnya tiga puluh menit lagi. Silahkan pilih!” mereka memperlihatkan video berisi dua tempat berbeda.
“Waktumu tidak banyak” seolah mempermainkan hidup sang presiden. Memilih belasan ribu orang atau peninggalan terakhir istriku. Harta berharga seorang ayah adalah anak-anaknya bukan istana ataupun seluruh dunia.
“Tapi selamatkan dirimu dululah” ucapan mereka.
Hal tidak pernah kupikirkan sama sekali adalah seseorang berusaha mengalihkan perhatian mereka semua. Entah bagaimana cara sampai orang tersebut berhasil menjebak kumpulan manusia jahat. “Meara” ternyata dia adalah Meara.
“Bom ini sebentar lagi meledak, lari selamatkan anak-anakku Hodre, Izryel, juga orang banyak di luar sana!” entah bagaimana wanita itu berada di sini. Apa yang terjadi dengannya? Tiba-tiba saja kebenciannya berubah setelah semua hal yang sudah terjadi.
“Ta…ta…ta…pi”
“Pergi sebelum mereka berhasil lepas!” mendorong tubuhku.
“Kau bisa mati” teriakku.
“Saya akan berusaha mengalihkan perhatian sekaligus menghalangi mereka meninggalkan tempat ini. Kalaupun harus mati tidak jadi masalah” Meara.
“Kita pergi bersama-sama” ucapku.
“Harus ada orang berkorban dan itu aku. Katakan pada kedua anakku terlebih Izryel kalau saya benar-benar mencintai mereka dan menyesal atas semua kelakuan jahatku,” mendorong tubuhku keluar dari tempat tersebut. Meara berhasil mencuri salah satu rakitan bom mereka sampai akhirnya semuanya meledak dalam hitungan menit. Seakan Tuhan membuatku berlari cepat sehingga saya berhasil menyelamatkan diri sebelum tempat itu meledak. Para pejabat, kumpulan tokoh-tokoh tertentu, Meara, bersama teroris-teroris paling menjadi incaran internasional menyambut maut dalam sekejap.
Saya masih punya waktu untuk menyelamatkan salah satu di antara gedung tersebut. Tuhan, apa yang harus kulakukan? Mengorbankan anak-anakku apakah memang jalan keluar masalah? Belasan ribu nyawa sedang berada di ujung maut sekarang. Seorang ayah terus meneteskan air mata sambil terus berlari sekuat mungkin. Sekali lagi Tuhan mengirim satu kendaran motor untuk kugunakan menolong siapa yang harus kutolong.
Adiv hanya ingin ayah memperbaiki semuanya. Melihatmu dari atas sana berjuang membuktikan kalau ayah memang presiden terbaik di mata semua orang bukan iblis…” kata-kata Adiv terus terngiang.
Ayah ayah ayah” suara Zahlee gadis kecil pun berkumandang.
 Karena kau bukan ayahku” separuh kalimat Izryel juga bermain.
Kau bilang ingin menjadi pengganti ayahku tapi kelakuanmu seperti manusia bodoh” ucapan Hodre terdengar jelas.
Tuhan, apa yang harus kulakukan? Menyelamatkan harta paling berharga buatku ataukah nyawa belasan ribu orang? Seluruh saluran komunikasi sengaja dirusak oleh mereka dan sekarang…
“Maaf tidak bisa menjadi ayah terbaik buat kalian” melajukan motor menuju sebuah gedung besar. Seperti Tuhan sengaja membuat motor itu berjalan begitu cepat tanpa memperdulikan apa pun di sekitar. Dalam tangis saya berlari seperti orang gila berusaha mencari bom tersebut. Menyuruh mereka meninggalkan gedung itu sebisa mungkin sambil terus mencari dan mencari.
Satu kotak dalam sebuah koper berbunyi pelan di suatu sudut gedung tersembunyi dari jangkauan. Tangan gemetar, berlumuran darah, seperti orang gila, dan terus menangis ketika berjuang membuka koper kecil itu. Kecanggihan teknologi membuat bom tersebut hanya memperdengarkan suara sangat lembut dengan desain paling rapi di antara semua bahan peledak. Saya harus bisa menjinakkan alat tersebut, apa pun caranya.
Tuhan, beri saya petunjuk sekali saja. Memutuskan salah satu kabel tersebut dengan mata tertutup. Sekali lagi, sang pencipta membuat saya berhasil setelah detik-detik berpikir dalam waktu singkat. “Berhenti” seru seorang polisi. Sang pencipta membuat mujizat, pada hal secara akal manusia tidak mungkin bisa semua itu terjadi. Sikap tenang sekalipun dapat berakibat fatal ketika berhadapan situasi tersebut terlebih dalam keadaan tangisan histeris
“Bapak berhasil” teriaknya. Saya berjuang berlari meninggalkan gedung tersebut sambil melihat jam. “Di mana helicopter?” teriakku seperti orang gila. Menangis menangis dan menangis…
“Mobil?” berteriak mengguncang tubuh semua orang di sekitarku.
Kekuatan itu sekali lagi berada dalam tubuhku ketika berlari seperti orang bodoh. Menarik keluar seseorang dari sebuah helicopter kemudian mengemudikan seorang diri. Saya masih punya kesempatan waktu walaupun dikatakan tidak sampai lima menit. Perasaan seorang ayah tentu hancur berkeping-keping menyaksikan semuanya. Histeris dalam tangisan terus terjadi.
“Harta berharga seorang ayah…” jerit tangisku.
Tiba-tiba sebuah ledakan keras bergema sebelum helicopter berhasil mendarat. Saya hanya bermimpi dan semuanya bukan kenyataan. Hartaku masih hidup. Gadis kecilku tidak mungkin pergi. Izryel belum pernah memanggilku ayah. Saya belum melihat Hodre tersenyum lagi. “Tidakkkkkkk…” berteriak gila…
“Kenapa semua pergi?” tangisku.
“Zahlee sayang ayah kan? Kenapa?” seperti orang gila memukul diri sendiri. Tidak lagi memperdulikan luka yang sedang mengucur pada tubuh.
“Ayah” suara itu terdengar jelas. Berusaha menghentikan tangisku dan mencari suara tersebut. Mereka masih hidup. Tuhan menyelamatkan hartaku. Dengan kaki pincang berlari ke hadapan…
Danils si’manusia autisme ternyata berusaha menolong mereka bertiga. “Terima kasih” ratusan kali bersujud di hadapan Danils. Hartaku masih hidup. Memeluk mereka dengan air mata. Di tengah pelukan kami ternyata seseorang memperhatikan dari jarak cukup dekat. Beruntung saja kedua bola mata seorang ayah bisa menangkap dengan cepat.
“Ayah…” teriak gadis kecilku setelah mendengar peluru terus bermain memenuhi tubuhku. Tidak perduli apa pun, yang terpenting hartaku tidak boleh mencium jurang maut. Berusaha melindungi Kristal paling berharga bagi seorang ayah dengan membiarkan peluru terus saja menembus tubuhku. Sebelum akhirnya terjatuh, saya masih bisa melihat seseorang menembak satu-satunya kumpulan teroris itu dari belakang hingga mati hanya dengan satu peluru.
“Ayah…” tangisan Zahlee.
Ada begitu banyak orang tiba-tiba hadir di tempat tersebut. Danils si’dokter autisme berusaha melakukan pertolongan. “Apa yang terjadi?” bertanya-tanya setelah melihat Zahlee terus saja menangis.
“Lakukan yang terbaik buat ayahku” Izryel tidak pernah menarik kerah baju Danils seperti itu.
“Kau harus hidup” Hodre menangis sekeras mungkin. Danils sendiri melakukan pembedahan di tempat dalam keadaan darurat dengan alat seadanya. Berusaha mengeluarkan seluruh peluru pada tubuh seorang pria dengan ketrampilan tangannya. Saya ada di mana? Itukan tubuhku, melihat wajah pria tersebut.
Bantuan beberapa tenanga medis akhirnya tiba. “Presiden kehabisan banyak darah” Danils..
“Darah AB” ucap seorang perawat. Danils berusaha melakukan drips cepat setidaknya sang presiden masih bisa bertahan.
“Presiden kehilangan banyak darah, jadi masih butuh pengucuran darah AB lagi sedang kita kehabisan stock” ucap dokter lain.
“Darah AB” Danils langsung ke inti kalimat di hadapan anak-anakku.
“Ambil darah saya” Izryel.
Mereka berjuang sekeras mungkin untuk mendapatkan kembali detak jantung memakai sebuah alat ECG. “Ayo kembali” teriak Danils terus berjuang. Tubuhku seolah-olah menghilang dari antara mereka semua dan berada di suatu alam lain. Kenapa semua tanah di sini terbuat dari emas? Jalanan yang kulalui ternyata bukan dari bahan aspal seperti di tempatku, melainkan semuanya bercerita tentang emas. Seseorang tersenyum di sampingku sambil terus berjalan bersama denganku.
“Saya lapar” ucapanku terhadap malaikat di samping. Yah, saya tahu dengan pasti kalau dia adalah malaikat utusan sang pencipta. Singkat cerita, kami tiba-tiba saja berada pada sebuah taman yang belum pernah ada di dunia dengan desain paling indah bahkan terbaik di antara yang terbaik. Mengajariku membuat sebuah roti hanya dengan bahan setetes embun.
“Lezat sekali” terus makan dengan sangat lahap. Sampai akhirnya saya kenyang dan membuang roti tersebut ke lantai dengan bahan emas. Hal yang terjadi adalah sisa rotiku menghilang begitu saja dan tidak terdapat satu sampah pun di sini. Kami bermain-main kesana kemari sambil berkeliling sekitar taman tersebut. Membuat permen karet hanya dengan bahan akar tumbuhan strobery terdengar menyenangkan.
Saya bersama para malaikat bermain balon hasil mengunyah permen karet tadi. Tidak ada kesedihan, air mata, pergumulan, dan segala masalah. Saya benar-benar melupakan apa yang sedang terjadi. “Sepertinya ada yang ingin bertemu denganmu” malaikat berbicara penuh kehangatan terhadapku.
“Ayah” suara tidak asing memanggilku ayah.
“Adiv” sangat bahagia melihat anakku berada di tempat ini. berlari memeluknya hingga kami berdua melepas rindu.
“Ada lagi seseorang luar biasa ingin bertemu denganmu?” malaikat tersenyum terhadapku.
“Siapa?” pertanyaanku. Berbalik melihat siapa yang dimaksud sang malaikat. Kebahagiaanku menjadi double sekarang. Zamira tersenyum hangat memandang ke arahku. Kami bertiga terus saja saling berbagi cerita. Mereka berdua terus menanyakan keadaan Zahlee dan Izryel hingga membuatku sulit berkata-kata. Tiba-tiba malaikat membuatku berada di suatu tempat. Terdapat sebuah rumah yang masih butuh waktu penyelesaian bahkan sekitar 70% terlihat kacau.
“Rumah itu milikmu suatu hari nanti” malaikat.
Malaikat di sampingku menjelaskan kalau hampir keseluruhan pemimpin dunia tidak memiliki tempat di sini. Menganggap diri sebagai Tuhan, serakah, sombong, politik kotor, perselingkuhan, dan masih banyak dosa lagi menjadi penyebab hal seperti itu terjadi. Rumahku pun terlihat hancur di sana. Kenyataan sebenarnya adalah namaku pun tidak terdaftar di dalam, namun karena kesempatan dari sang pencipta membuatku dapat belajar memperbaiki sesuatu setahap demi setahap.
“Kau harus membuktikan seorang pemimpin suatu Negara juga memiliki satu kisah terbaik untuk menyatakan diri dalam kitab kehidupan. Memang sangat sulit menjalani setiap objek karena ada begitu banyak jebakan-jebakan hingga membuat para pemimpin di belahan dunia sana hancur seketika” malaikat berkata-kata lagi…
“Artinya apa?” bertanya.
“Belum waktunya kau berada di sini karena masih harus berjuang lebih dari bayangan semua orang” Malaikat.
“Tapi saya bahagia tinggal di sini” menolak dengan keras perintah sang malaikat.
“Coba lihat ke bawah!” perintah malaikat membuatku berada pada sebuah lantai kaca bening sehingga dapat melihat segala aktifitas bumi. Gadis kecilku menangis keras pada suatu dinding pojok rumah sakit. Izryel terus memukul tembok hingga membuat tangannya terus mengalirkan darah segar. Horde duduk di tengah taman seperti biasa dengan bulir Kristal tanpa henti.
“Tuhan sudah mengambil bunda bersama kakak Adiv, tapi sekali saja dengar doaku jangan mengambil ayah lagi gadis kecil sepertiku” kata-kata tersebut tanpa rasa bosan terus bergema memenuhi perbendaharaan kata Zahlee.
“Kau belum mendengar saya memanggilmu ayah, jadi jangan pergi” Izryel.
“Kenapa kau seperti ayahku pergi begitu saja. Tuhan, bisakah saya meminta sesuatu terhadapmu” jeritan hati gadis remaja terdingin…
Kenapa begitu banyak orang berkumpul memenuhi halaman rumah sakit. Puluhan ribu manusia memegang setangkai bunga sambil terus menangis dalam doa memohon sesuatu. Ketika malam tiba, mereka semua menyalakan sebuah lilin di tangan masing-masing. “Tuhan, maaf selalu menjadi rakyat paling jahat, kembalikan presiden kami” seru salah seorang.
“Beri saya kesempatan meminta maaf” jerit yang lain.
“Saya ingin presidenku kembali”…
“Presiden Kaska seperti pelita di tanganku rela mengorbankan dirinya untuk orang lain. Tuhan, hidupkan presidenku lagi” mereka terus meraung-raung dalam bulir-bulir Kristal.
Di tiap sekolah ribuan anak-anak hanya duduk meratap dalam isakan tangis memohon hal yang sama. “Kata mamaku, doa anak kecil cepat dijawab berarti Tuhan pasti bisa mengembalikan presiden Kaska lagi” salah seorang anak berusia lima tahun berkata-kata dalam doanya.
“Saya tidak butuh permen yang banyak, tapi kembalikan presiden Kaska” jagoan kecil polos.
Dunia medsos penuh kalimat-kalimat doa bagi presiden mereka. Caci maki kebencian berubah menjadi satu alur doa terbaik buatku. Setiap rumah di negaraku hanya menyalakan sebuah lilin pada malam hari bahkan berdoa berjam-jam tanpa henti. Permohonan maaf atas setiap hal yang terjadi hingga keinginan presiden kembali menjadi inti doa mereka. Seorang pria terbaring kaku dengan segala jenis pemasangan alat medis membungkus tubuhnya. “Saya masih ingin melihatnya menjadi pelita di tengah ruang gelapku” salah satu jerit tangis di antara ribuan generasi muda bergema memenuhi gendang pendengaranku.
“Beri saya kesempatan menatap wajah presiden. Maaf untuk semua kebencianku kemarin terhadapnya” di satu pedesaan kecil terdapat pria tua sedang berdoa buatku.
“Tentu hatimu menyadari jelas jawaban kenapa kau harus kembali” malaikat berkata-kata sangat lembut.
“Zahlee terus saja menyebut namamu dalam doanya. Dia terlalu kecil untuk hidup tanpa seorang ayah di sampingnya” Zamira tiba-tiba hadir di tengah kami.
“Anakku Izryel pun ingin ayahnya kembali” Zamira.
Malaikat mendorong tubuhku tiba-tiba dalam hitungan detik hingga membuatku jatuh ke bawah. “Dokter, tangan presiden bergerak” teriak perawat.
Wajah para medis lebam karena jerit tangis mereka bagi sang presiden. “Presiden kembali” salah seorang perawat berusaha menghapus bulir Kristal dari kedua bola matanya.
“Ayah ayah ayah tidak akan pergi lagi kan” Zahlee berlari memeluk tubuhku. Berusaha mencabut beberapa peralatan medis dari tubuhku dan mencoba untuk duduk memandang wajah mereka semua. Saya tahu pasti apa yang sedang terjadi dan bagaimana mereka menjerit dalam doa luar biasa bagi seorang presiden aneh sepertiku.
“Kau kembali” tangis Hodre di samping tempat tidurku.
“Saya tidak pernah membencimu atas kematian ayahku” Hodre.
“Saya janji akan memanggilku ayah tanpa bosan, tapi jangan membuatku takut” Izryel.
“Mau itu ribuan kali?” kalimat pertama keluar untuk Izryel.
“Ribuan kali, jutaan atau puluhan juta kali tapi jangan pergi dari jalanku lagi” Izryel tertunduk.
“Presiden tidak boleh pergi” Danils sang dokter autis dalam tangis harunya.
“Tentu” …
Seluruh rakyat menangis bahagia hingga mereka berjuang habis-habisan menemui sang presiden dengan membawa setangkai bunga segar. Saya baru menyadari kalau ternyata tubuhku sudah sebulan lebih terbaring di sini. Seluruh dokter dan perawat bergantian berjaga di sampingku tanpa henti. Jutaan rakyat menangis dalam doa siang malam hanya demi mengembalikan pemimpin mereka. Kebencian berubah menjadi kehidupan itulah kisah hidupku sekarang.
Istri dan anakku sedang tersenyum di atas sana buatku bersama kehidupan baru. “Ayah harus pelan-pelan jalannya” Izryel sangat khawatir.
“Iya betul” Zahlee memasang wajah cemberut. Keluarga kecilku memberi satu semangat tersendiri memenuhi jalan hidup. Rakyat pun tidak pernah bosan mengirim setangkai mawar atau menyalakan lilin kecil pada malam hari sampai hari saya dinyatakan keluar dari rumah sakit.
“Jangan berhenti menjadi presiden kami” salah seorang wanita tua berjalan ke arahku dengan membawa setangkai bunga.
“Terima kasih untuk semua kekuatan doa kalian” pertama kali berucap di depan media setelah kembali ke rumah.
“Mari bersama-sama memperbaiki sekaligus membangun Negara ini,” seperti biasa membuat beberapa kalimat kemudian pergi meninggalkan wartawan dan media tanpa harus menjawab pertanyaan mereka lagi.
Saya akan belajar menjadi seorang pemimpin yang benar-benar mengerti makna defenisi kerendahan hati. Tuhan bersama mereka sekali lagi memberi kesempatan buatku untuk berjalan memperbaiki sesuatu hal. “2 hari lagi saya akan meninggalkan Negara ini sesuai mimpi yang ingin kuraih” Hodre tiba-tiba saja berjalan masuk ke ruang kerja kepresidenan tanpa memberi tahu lebih dulu.
“Kenapa?”
“Salah satu pejabat penting Negara besar yang kuinginkan berdiri di hadapanku kemarin” Hodre. Bagaimana bisa kisah seorang Hodre berjuang seorang diri untuk berlari keluar mengejar segala mimpinya. Tidak ada seorangpun yang bisa mencegah karena seperti itulah perjalanan gadis seperti dirinya. Mustahil membuat pejabat penting mencari sosok gadis bernama Hodre, tetapi kekuatan doa sekaligus imannya berjalan menjadi satu hingga memperlihat sesuatu…
“Apa kau tidak tertarik berada di dunia politik?” entah mengapa saya bertanya seperti itu.
“Saya tidak tertarik sama sekali, kalau bisa Tuhan membuat berjalan jauh dari kata politik. Ingin berada di bidang lain terdengar jauh lebih menyenangkan, namun entahlah…” Hodre.
“Entahlah?”
“Lupakan! Tuhan lebih tahu jalanku kelak. Andaikan disuruh memilih saya tidak ingin sekalipun berjalan di dunia politik. Kemarin berusaha membantumu di belakang layar semua itu karena keadaan dan terpaksa…” Hodre.
“Terserah” memeluk hangat Hodre.
“Satu lagi pesanku buatmu” Hodre.
“Pesan?”
“Jangan mengandalkan atau berharap banyak pada manusia. Andalkan Tuhan untuk perjalanan bangsa ini. manusia bisa saja mengecewakan termasuk saya, tetapi tidak bagi Tuhan kalau kau bersandar…”
Akhir cerita adalah kami bertiga mengantar Hodre ke bandara. Gadis itu melanjutkan pendidikannya dan bekerja di Negara orang sesuai dengan mimpi yang ingin di capai olehnya. Izryel sendiri tetap berada di samping ayahnya. Kehilangan Adiv seolah jalan seorang ayah hancur berkeping-keping, tetapi Tuhan membuat kisahku kembali bersama dengannya. Gadis kecilku Zahlee terlihat makin menggemaskan yang selalu menjadi penghibur terbaik buatku.
Kaska kedhim berperan sebagai seorang ayah sekaligus pemimpin dalam satu titik lingkaran tertentu. Terima kasih Tuhan atas jalan hidup dengan sebuah seni unik sedang bermain di dalamnya.



#TAMAT#
















 
.


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar