KASKA LEADERSHIP
Bagian 1…
Kaska…
Defenisi pejabat pemerintah sepertinya
sedang mengalami simpang siur pada satu negara. Persaingan
ketat, kualisi antar partai, perebutan kekuasaan, serta segala jenis
istilah-istilah dunia pemerintahan politik bermuara di tiap sudut jalan. “Hidup
Kaska…” semua berteriak menyuarakan satu nama menuju kursi presiden.Apa pun
akan saya lakukan sekaligus pertaruhkan demi sebuah kemenangan telak di dalam.
Politik memang terdengar menyenangkan
bagi mereka yang memang ingin terjun dalam dunia semacam ini.Dinyatakan suram,
kejam, bengis, iblis, menjijikkan, ngeri oleh sekelompok kawanan kecil untuk
beberapa alasan sesuai kasat mata mereka sendiri. “Kaska presiden kami bukan
yang lain” menjadi slogan kalimat partai bersama kumpulan pendukung demi
memenangkan pertarungan.
“Andaikan saya terpilih sebagai
presiden, tentu pemerataan kesejahteraan rakyat menjadi paling nomor satu”
penyampaian pidato di antara puluhan ribu masyarakat.
“Tidak ada lagi pengangguran di Negara
ini, rakyat akan bebas dari kemiskinan…” berteriak sekaligus berkoar-koar demi
mendapat sejumlah suara.
“Kaska memang presiden terbaik” seru
salah seorang.
“Jangan pilih yang lain, hanya Kaska”
teriakan mereka di sepanjang jalan.
Berhasil membuat permainan hingga suka
maupun tidak beberapa partai harus berpihak alias terjadi kualisi diiringi
pertarungan paling menarik. Kemenangan
mutlak sebentar lagi menjadi milik Kaska. Presiden
sebelumnya harus siap menerima kekalahan tragis seumur hidupnya. Politik memang seperti ini dengan jalur-jalur
permainan harus dibuat sedemikian rupa atau siap mengalami kekalahan. Dunia
pejabat penuh dengan tipu muslihat, kemunafikan, iri hati, memperkaya diri
sendiri, egois, saling menjatuhkan, menghalalkan segala cara untuk bertarung.
Berjalan apa adanya sekaligus dinyatakan
bersih oleh Tuhan, hanya akan menghancurkan hidup sendiri juga siap dilemparkan
dari tepi jurang oleh para lawan politik lainnya. Terlalu bersih sama saja
mencari mati ketika menjalankan roda pemerintahan.Sepertinya Tuhan pergi
menghilang dan memang seperti itulah kenyataan yang ada.
Akihr cerita Kaska Kedhim adalah
berhasil memikat hati rakyat sekaligus menang telak dari lawan politik tetangga
sebelah.Presiden baru menciptakan suara terbanyak menuju sebuah kursi nomor
satu di Negara tercinta.“Hidup Kaska” ucapan tersebut terus saja bergelora
seperti ombak di pantai.
Rakyat berpikir akan mendapat seorang
pemimpin yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya, namun kenyataan akan
berbanding terbalik. Sang penguasa tidak akan pernah menjadi malaikat paling
putih untuk mendekap atau memulihkan segala sesuatu di setiap bidang.
Perencanaan juga pembagian keuntungan menjadi planning bagi kami
semua.Pejabat-pejabat sebelumnya yang sudah terlibat korupsi dinyatakan selamat
dari maut sesuai kesepakatan keuntungan antara pihak penguasa dan mereka. Semua
tergantung situasi…
Peresmian penguasa nomor satu Negara ini
menjadi gerbang iblis untuk menghancurkan serta menjadi sesuatu hal paling
menarik untuk ditonton oleh bangsa lain. Hutang Negara makin menumpuk, kas
mines, pertikaian, aturan-aturan yang selalu memberatkan rakyat pun tidak
luput, penguasa-penguasa atau dikatakan beberapa oknum mempunyai keuntungan di
atas rata-rata, dan masih banyak lagi kisah mengerikan bermain hanya dengan
hitungan hari setelah peresmian Kaska sang presiden.
Saya tidak akan pernah menjadi malaikat
bagi rakyat bodoh. Kekejian sang penguasa membuat rakyatnya menderita bahkan
mengambil hak milik orang-orang bawah. “Saya menginginkan beberapa proyek
berjalan mulus tanpa campur tangan pemerintah terlebih menyerang permasalahan
pajak dan lain sebagainya” salah satu pebisnis melakukan kontak berhadapan
langsung di tempat rahasia.
“Jaminan biayanya berapa? Tidak gampang
melakukan hal semacam ini”…
“Tenang saja, tentu setimpal” dia
menyadari maksud ucapanku tadi.Suap menyuap memang biasa terjadi di kalangan
pejabat pemerintah bahkan sudah menjadi ciri khas paling unik di setiap bidang.
Hanya memainkan beberapa data dokumen
maka semua bisa terjadi. Sekedar basa-basi di hadapan rakyat, namun diam
membisu tanpa melakukan apa pun ketika satu masalah ingin dimunculkan ke
permukaan. Terkadang, seorang pejabat yang sudah terlanjur tertangkap basah
memang harus mendekam dalam sel dan hanya terlihat area luar saja. Ketika
terjadi penelusuran operasi tetap dapat berjalan di luar sana hanya dengan
mengedipkan mata terhadap beberapa orang kepercayaannya.
Hal lebih kacau lagi adalah dengan
sengaja terlihat religius untuk mendapat simpatik masyarakat di luar sana. Satu
pertanyaan, benarkah semua sikap religiusnya berasal dari dasar hati paling
dalam?Atau sekedar menghindari berbagai kasus semata?“Jangan sampai siapapun
mencium proyek-proyek pengadaan di sana!” menekankan kalimat tersebut ketika
memberi beberapa dokumen-dokumen penting terhadap salah satu orang kepercayaan.
Entah bagaimana cerita sampai lawan
politikku menyadari semua itu.Sebuah bukti proyek pembangunan menjadi boomerang
bahkan memicu kemarahan rakyat terhadap presiden terpilih. Sejauh yang
dibayangkan tentang keseimbangan kesejahteraan sama sekali tidak pernah ada.
Rakyat makin menderita, terpuruk, kelaparan,sulit bekerja, miskin sebagai
akibat permainan para penguasa termasuk diriku pribadi.
Terjadi demonstrasi besar-besaran di
mana-mana seiring makin menyebarnya permasalahan suap-menyuap karena
permasalahan proyek-proyek tersebut.Menggulingkan presiden baru memang hal
paling menyenangkan bagi para musuh bebuyutanku di dunia pemerintahan.“Turunkan
presiden Kaska” sontak teriakan para demonstran dari segala penjuru.
“Dia binatang bukan presiden” slogan
terpojok rapi di tiap aplikasi medsos.
Apakah saya takut menghadapi mereka?
Jawabannya tidak sama sekali. Mereka semua hanya sampah yang dengan mudah dapat
dilemparkan ke dalam api hingga menjadi debu. Amarah, kutukan, kebencian, geram,
dan berbagai tindakan anarkis terus saja terjadi.Lebih kacau lagi adalah saya
dengan santainya menikmati kisah dramatis seperti ini.Kerugian besar-besaran di
seluruh wilayah memang terjadi.“Kenapa ayah berubah jadi iblis?”Adiv putraku
yang baru beruusia 18 tahun melemparkan sebuah pertanyaan.
“Kau tahu apa tentang politik?Diam dan
masuk kamar!” nada memerintah.
“Kau bukan ayahku” Adiv.
“Masuk kamar!” ucapan nada menekan
terhadapnya.Dapat dikatakan Adiv sedang dalam masa transisi pada usianya yang
masih belasan sehingga sulit mencerna setiap hal.Politik memiliki ciri khas di
berbagai lapisan Negara yaitu perang dan permainan untuk menjadi yang terkuat.
Saya tidak akan pernah memperdulikan
demonstrasi dari rakyat. Berusaha mencari jalan untuk menghentikan penyerangan
mereka terhadap presidennya sendiri. Sebesar-besarnya kebencian rakyat semua
itu tidak akan mengubah jalan pikiranku. Haus kekuasaan tetap bermain
membungkus jalur sang presiden.
Beberapa hari kemudian, saya berencana
untuk mengadakan pertemuan dengan beberapa pemimpin dunia di luar negeri. Kesempatan
menciptakan strategi politik di hadapan seluruh tokoh penting. Memang seperti
itulah kisah seluruh tokoh-tokoh penting dari belahan dunia yaitu membuat satu
kesempatan tertentu.
Singkat cerita, ketika perjalanan menuju
bandara terdapat sekelompok orang menghentikan kendaraan bahkan mengancam. Lebih
mengejutkan lagi adalah Adiv ikut bersembunyi diam-diam di belakang mobil. Saya
menyadari pasti sifat putra sulungku yang berusaha ingin menghentikan segala
tindak berlebihan terhadap bangsa dan Negara ini.
Mereka membawa kami pergi jauh keluar
dari ibu kota menuju tempat tanpa penduduk. “Brengsek kalian” sangat marah
mendapat perlakuan bejat…
“Kau tidak akan bisa kemana-mana” salah
seorang tertawa sinis.
Sekelompok orang tersebut terus saja
melemparkan pukulan ke arah kami berdua. Adiv berhasil mengalihkan perhatian
hingga menarik tanganku untuk berlari menyelamatkan diri. Mereka terus mengejar
kami tanpa lelah, sementara kakiku sendiri tersandung oleh batu. “Tidak”
menyadari Adiv berusaha melindungi ayahnya dari tusukan benda tajam berulang
kali. Dia tetap berjuang menarik tanganku untuk menghindari mereka. Sampai akhirnya
kami berada di sebuah hutan belantara. Darah segar terus mengalir…
Bagian 2…
Mereka
menancapkan benda tajam ke tubuh Adiv tanpa ampun. “Tidak…” histeris melihat
darah segar mengalir keluar dari tubuh putraku. Usianya masih terlalu dini
meninggalkan dunia.Kenapa?Siapa yang bisa menolongku? Saya tidak boleh
kehilangan anak kebanggaan, kehidupan, masa depan, juga harta terbaikku.
Melenyapkan nyawa putraku di tengah hutan belantara.
“Berjanjilah
satu hal buat Adiv” berusaha menahan rasa sakit…
“Jangan
tinggalkan ayah” rasa takut mendekap.
“Ayah”
bibir penuh luka masih berusaha berkata-kata.
“Kau
harus hidup” berteriak keras…
“Ayah”
masih bisa tersenyum…
“Siapa
yang akan menemani ayah bermain catur?”
“Adiv
hanya ingin ayah memperbaiki semuanya. Melihatmu dari atas sana berjuang
membuktikan kalau ayah memang presiden terbaik di mata semua orang bukan
iblis…” Adiv.
“Ayahku
bukan presiden jahat, tapi ayahku seorang presiden sekaligus sahabat buat semua
orang terlebih rakyat lemah” Adiv.
“Adiv”
menangis keras di sampingnya.Tubuhnya tidak lagi bergerak menatap ke
arahku.Anakku pergi seakan tidak memperdulikan perasaan ayahnya.Saya belum
melihat dia tersenyum di hadapanku dan memperkenalkan gadis impiannya. Putraku masih terlalu kecil untuk mengenal kata maut
hingga harus berjalan seorang diri sekitar tempat tersebut.
Balasan
setimpal dari sang pencipta atas setiap kelakuan burukku. Menguburkan adiv
seorang diri di tengah hutan belantara terdengar mencekam.Apa yang akan
kukatakan pada ibunya tentang kepergian sang jagoan. Bagaimana adik kecilnya
menjalani hari-hari buruk tanpa senyuman sang kakak untuk mendekap
perjalanannya. Haruskah saya berbohong atas semua hal yang sedang terjadi
sekarang?
“BalasanMU
cukup sadis buatku” tertawa sinis menatap ke langit.
“Okey,
KAU bisa menertawakan hari-hariku sekarang ini”…
Putraku
harus menanggung perbuatan brengsek ayahnya. Tidak ada ayah yang akan berlaku
kejam terhadap anaknya sendiri. Menangis berhari-hari di tengah hutan belantara
tanpa seorangpun di luar sana menyadari bagaimana seorang ayah mendapat hukuman
dari sang pencipta.
“Sampai
kapan tuan hanya duduk seperti orang bodoh di samping kuburan itu?” seseorang
ternyata terus mengamati pergerakanku. Berarti saya tidak sendirian di hutan
ini, melainkan ada orang lain lagi di sini. Di balik tanaman hutan mereka
berdua mendengar semua ucapanku. Yah bukan hanya satu orang melainkan dua
seolah menjadi pendengar setia ungkapan perasaanku.
“Adiv” mengejutkan salah satu
di antara mereka memiliki wajah sama dengan anakku.
“Apa ini mimpi?” menggosok
kedua mataku.
“Ini tidak mungkin, anakku
sudah meninggal” tanganku sendiri menggali menggali tanah bahkan kuburan Adiv
masih basah.
“Ada apa denganmu tuan?” gadis
remaja seumuran anakku bertanya.
“Apa kau melihat hantu?” pria
itu terlihat kebingungan. Bagaimana bisa seseorang memiliki wajah sangat mirip
tanpa hubungan darah? Mereka berdua memberiku makanan serta tempat tinggal
untuk berteduh. Apa yang terjadi dengan dua anak remaja di hadapanku sekarang?
Apakah mereka sepasang kekasih yang sedang ingin melarikan diri dan bersembunyi
jauh dari tengah keramaian?
Kehidupan mereka benar-benar
tertutup di tengah hutan belantara. Saya tidak pernah memahami cerita tentang
Tarzan, namun melihat mereka seolah membuka mataku akan kisah nyata. Beberapa
hari lalu semangat hidup dan harapan hilang oleh kepergian Adiv jauh berbeda
dengan sekarang. Salahkah pria tua sepertiku menganggap dirinya sebagai anakku
yang tidak akan pernah kembali melihat dunia?
Saya akan berusaha menjadi seseorang
yang diinginkan oleh Adiv, andaikan pria itu menjadi dirinya. Berjuang
memperbaiki keadaan tidak masalah. Saya benar-benar mencintai keluargaku
walaupun dikatakan jalan kepribadianku berada pada kategori paling bengis.
Andaikan dia menjadi Adiv, setidaknya saya tetap bisa merasakan kehadiran
putraku. Adiv kembali...
“Makanlah!” dia menyodorkan
daging hasil berburu miliknya.
“Kenapa kau bersembunyi di
tengah hutan belantara semacam ini?” menyatakan satu pertanyaan.
“Keadaan membuat saya seperti
sekarang” ucapannya.
“Siapa namamu? Saya hanya
tinggal menikmati pertolongan, tetapi sampai detik sekarang kau sama sekali
tidak menyebutkan nama.”
“Izryel” jawaban lantang.
“Gadis itu siapa?”
“Dia adik kembarku” Izryel.
“Lantas kenapa kalian
bersembunyi seperti ini?”
“Mereka menghancurkan rumah
kami, ayah dibunuh depan mataku hanya karena keserakahan orang-orang tertentu”
Izryel.
“Bagaimana dengan ibumu?”
“Ibu tidak tahan hidup miskin
sampai berakhir tragis” Izryel.
“Maksudnya?”
“Dia pergi meninggalkan kami, tapi
hidup di tengah hutan terdengar menyenangkan” Izryel. Apa bedanya sifat antara
saya dan ibunya? Sama-sama kejam, binatang, iblis...
Dia bukan Adiv itulah kenyataan
lain buatku. Seakan sang pencipta sengaja mengirimnya buatku untuk menjadi satu
kekuatan. Adiknya bernama Hodrefu terlihat diam tanpa
menciptakan
suatu objek sebagai dialog percakapan. Anakku mempunyai bentuk wajah sangat
mirip dengan Izryel tetapi tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Saya
tidak merasa mempunyai anak kembar. Jenis darah, hobi, kebiasaan antara saya
dan Adiv sama.
Saya berada di samping bundanya
ketika Adiv dilahirkan, bahkan dokter tidak berkata tentang bayi kedua apa lagi
ketiga. Menyalakan api untuk menghangatkan tubuh. Diam tanpa berkata-kata
membayangkan semua hal yang sudah terjadi. “Dia siapa?” Izryel memecah
keheningan malam.
“Putra terbaik dari pria tua
seperti diriku” menjawab pertanyaannya.
“Ini wajahmu” Hodre menarik
selembar foto di tanganku.
“Benar” Izryel hampir tak
percaya.
“Awalnya saya sama seperti kalian.
Sangat terkejut”...
“Wajah anakmu sangat mirip
dengaku” Izryel menganga...
“Kuburan anakku masih basah,
tapi seolah sang pencipta dengan sengaja mempertemukan diriku dan dirimu. Entahlah
apa maksud dibalik semua itu.” Menarik nafas dalam-dalam sambil menundukkan
kepala.
“Bagaimana mungkin?” Izryel.
“Saudara kembarku satu-satunya
hanya Hodrefu bukan yang lain” penekanan terbaik seorang Izryel.
Anakku dan mereka sama sekali
tidak memiliki hubungan darah. Bagaimanapun saya harus menutupi kasus kematian
Adiv. Meminta Izryel menjadi Adiv sama saja menambah sebuah perangkap lagi
buatku, namun terpaksa. Saya ingin menebus semua kesalahan kemarin apa pun
caranya.
“Tuan seperti manusia tidak
waras” Izryel menatap serius ke arahku.
“Ada banyak kesalahan besar terjadi...”
“Tapi tidak mamakai saya
sebagai umpan” Izryel.
“Istri dan putri kecilku yang
masih berusia lima tahun sangat mencintai Adiv. Musuh, lawan politik,
orang-orang yang membenciku siap-siap tertawa menikmati penderitaan jalanku
sekarang”...
“Politik?” Izryel.
“Jangan-jangan tuan itu salah
seorang pejabat” Hodrefu. Terdengar aneh mereka berdua sama sekali tidak
mengenal pemimpin negaranya sendiri. Rasa-rasanya saya ingin tertawa.
Berpura-pura bodoh atau memang sama sekali tidak tahu? Yah wajar saja, tempat
tinggal mereka di hutan bukan pusat keramaian kota. Saya seorang pemimpin iblis
yang pernah ada. Jauh lebih baik jika tidak mengenalku sama sekali.
“Kalau boleh jujur”
berkata-kata sambil memasang senyuman sinis.
“Jujur?” Izryel.
“Saya pejabat paling jahat yang
ingin belajar memperbaiki walaupun mustahil semua itu bisa terjadi pada satu
kata pemulihan di segala area” berujar terhadap mereka.
“kalau dilihat dari wajahmu
sepertinya kau bukan orang jahat” Hodre.
“Kau masih terlalu polos untuk
mengerti dunia para pejabat. Jangan menilai seseorang hanya dari luar semata”
menatap ke arah gadis remaja di hadapanku.
“Jaminannya apa kalau saya
menerima tawaranmu?” Izryel.
“Kalian berdua bisa bermain
bersama gadis kecilku, sekolah di tempat berkualitas, menikmati fasilitas-fasilitas
tertentu.”
“Saya ingin keluar jauh untuk
mengejar mimpi bukan berada di tempatmu. Apa tuan bisa menyanggupi semua itu?”
Hodre.
“Saya tidak mengerti”
mengerutkan kening.
“Saya tidak mau tinggal di
negara ini, persembunyian di hutan hanya untuk sementara bukan selamanya”
Hodre.
“Tentu” menjawab tanpa
melemparkan pertanyaan kembali.
Sesuatu yang sulit dibayangkan
makna pernyataan Hodre. Kenyataan lain adalah mereka hanya mengasingkan diri
untuk beberapa saat, tidak bercerita tentang kata selamanya. Kami berjalan
keluar menyusuri hutan belantara menyambut satu area lain. Kesunyian hutan
tidak lagi bercerita maupun berteriak kuat. Sepanjang jalan pada sebuah
pedesaan kecil, semua orang mengutuk sang pemimpin negara ini. Kebencian,
amarah, emosi, penderitaan, luka menyatu dalam kehidupan orang di sekitarku.
Wajar mereka menjadi pembenci
atas setiap hal yang selalu saja menimpa kehidupan. Kelaparan, kesulitan
mendapat pekerjaan, kemiskinan menjadi akar paling menyakitkan membungkus
kehidupan mereka. Tiap daerah hanya menginginkan sang presiden hilang ditelan
bumi. Kepergiaan Adiv menjadi hukuman terberat bagi perjalanan hidupku sendiri.
Rasa-rasanya saya ingin mundur bahkan menjauh untuk mengobati setiap luka semua
orang di sekitarku. Semua itu tidak menyelesaikan masalah.
Bertahan untuk memulihkan
segala sesuatu walaupun tidak pernah menjadi satu kesempurnaan dibanding diam
berlari keluar. Saya pasti akan memilih mundur, tetapi tidak sekarang
bagaimanapun kebencian semua rakyat terhadapku. Sepertinya penderitaan dua adik
kakak yang sedang bersama dengan adalah hasil perbuatanku. Entah seperti apa
kebencian Izryel juga Hodre seandainya dugaanku benar tentang kisah mereka.
Tidak seorangpun menyadari
kematian putra semata wayangku sejauh perkiraanku. Seluruh rakyat hanya tahu
jika saya sedang berada di luar negeri bukan karena permasalahan kasus
penculikan atau sejenisnya. Kedua anakku
memang tidak pernah berada di depan public, hanya saja demi menghindari
beberapa hal-hal tertentu sampai saya harus melakukan semua ini. Dapat dikatakan rakyat bersama musuhku lebih suka mendengar berita
kematianku bersama keluarga dibanding apa pun juga. “Ayah” seorang gadis kecil
berusia 5 tahun berteriak di depan pintu rumah. Perjalanan cukup melelahkan
selama beberapa waktu...
“Kau akhirnya kembali” Zamira
istriku berjalan ke arahku.
“Ka’Adiv” Zahlee berlari memeluk Izryel. Istri
dan putriku satu-satunya belum menyadari kematian Adiv. Kesalahan terbesarku
adalah menyuruh orang lain berperan sebagai dirinya. Hal terbodoh, kejam,
bengis untuk kesekian kalinya kulakukan.
“Adiv” Zamira juga tidak ingin
kalah dari Zahlee.
Memberi kode terhadap Izryel
agar membalas pelukan istri dan anakku. Memperkenalkan Hodre sebagai anggota
baru rumah tanpa memberi tahu alasan jelas. “Maaf membuatmu malu atas semua hal
yang terjadi” berbicara di hadapan Zamira tanpa basa basi ketika kami berdua
berada dalam kamar.
“Bangsa ini menyatakan
kebencian terhadapmu, tetapi saya akan tetap di sampingmu” Zamira tersenyum
memberi pelukan.
Hal terbodoh selalu saja
kulakukan adalah membohongi istriku akan banyak objek. Saya butuh waktu berkata
jujur tentang banyak hal terlebih kematian putra kami Adiv. Izryel hanya
berperan sebagai pengganti untuk menutupi semua keburukanku. Saya ingin berkata
jujur, tetapi tidak sekarang. Butuh waktu juga kesiapan mental menghadapi satu
kenyataan di depan mata.
Bagian 3...
“Kau
tidak pernah berkata kalau ternyata dirimu seorang presiden” Hodre sedikit
marah.
“Hodre
pelankan suaramu, please” menyumbat mulutnya seketika.
“Kami
dengan bodohnya tertipu bentuk wajahmu kemarin” Hodre.
“Sepertinya
saya sudah berterus terang mengenai status kerja di dunia pejabat.”
“Tapi
tidak secara detail” Hodre. Terjadi perselisihan antara saya dan dirinya ketika
kami berada dalam ruang kerja pribadi milikku. Anak itu nekat masuk untuk
meminta penjelasan dengan mengelabui beberapa orang di rumah.
“Lantas
kau juga akan melemparkan sumpah serapah sama seperti bangsa ini?” membuat
sebuah pertanyaan.
“Kau
melibatkan saudara kembarku sekaligus satu-satunya anggota keluarga yang
kumiliki” Hodre.
“Andaikan
seluruh rakyat, pejabat, partai politik, internasional, terlebih anak-istriku
menyadari semua itu tentu tidak mudah...”
“Bagaimana
dengan kami berdua?” Hodre.
“Hodrefu,
beri saya waktu memperbaiki semua hal...”
“Sampai
kapan?” Hodre.
“Masa
jabatan sebagai presiden selesai empat tahun lagi.”
Mungkin
sulit membuat perubahan, tetapi saya tidak akan mundur. Mencoba lebih baik dari
pada tidak sama sekali. Berusaha meyakinkan Hodre agar tetap menutup mulutnya.
Saya akan berjuang melakukan perbaikan beberapa tahun dari sekarang. Memutuskan
mundur pada pemilihan presiden berikutnya akan kulakukan, tetapi tidak
sekarang.
“Sepertinya
rakyat ingin kau turun” salah satu menteri berjalan ke depanku.
“Menurutmu?”
membalas ucapan Habib. Tanpa agenda ataupun pemberitahuan langsung main
menyerobot begitu saja ke rumah. Saya sadar betul bagaimana situasi tiap daerah
sekarang. Mengadakan pertemuan dengan seluruh media juga para wartawan memang
satu-satunya jalan keluar, walaupun ujaran kebencian tetap akan terjadi. Wajar mereka
semua membenciku atau melemparkan kutuk.
Bangsa
ini mempunyai seribu alasan untuk tetap menjadi pembenci. Saya tidak akan marah
ataupun mengusik mereka bagaimanapun keadaannya. “Maaf atas setiap penderitaan,
luka, air mata, pilu, rasa sakit yang mungkin sulit menghilang begitu saja”
ucapan pertama ketika berada di hadapan media bahkan dunia internasional pun
menjadi saksi.
“Saya
tidak akan mundur dari jabatan sekarang walaupun dikatakan kalian hanya menatap
dengan penuh kebencian. Wajar bahkan sangat wajar semuanya terjadi...”
“Saya
berjanji tidak akan mencalonkan diri kembali pada pemilihan presiden
berikutnya, tapi untuk saat ini kata mundur tidak akan pernah terjadi. Sekian
dan terima kasih” mengungkapkan apa yang seharusnya di ungkapkan kemudian
berjalan pergi meninggalkan ratusan wartawan tanpa menjelaskan lebih detail
ribuan pertanyaan mereka semua.
Waktu
paling hebat dalam hidupku menciptakan satu sejarah seorang pemimpin. Saya juga
tidak akan menjatuhkan air mata penyesalan depan media, kenapa? Bangsa ini maupun dunia
internasional hanya akan berpikir tentang pencitraan semata. Jalanku tidak akan
lagi bercerita tentang kemunafikan luar hingga menghancurkan moral sekaligus
aspek hidup ketika kami membuat sebuah jejak.
Mulai melakukan perubahan, pertemuan,
pembahasan segala kasus dari bangsa ini. Tentu beberapa teman sekutu
memperdebatkan bahkan mengamuk besar atas segala tindakanku sekarang. Posisi
mereka terancam di luar bayangan semua orang. Dunia pejabat mempunyai ciri khas
tersendiri ketika sedang berjalan terlebih memainkan permainan. Menjadi jujur
atau hidup dalam kemunafikan adalah dua pilihan paling menyedihkan. Jujur
berarti siap mempertaruhkan segalanya termasuk keluarga, nyawa sendiri, perasaan,
dan masih banyak hal terkacau. Munafik mengisahkan cerita kebahagiaan, harta,
popularitas, tahta, serta kemewahan.
Mempelajari
beberapa dokumen-dokumen serta pergerakan di beberapa tempat memang tidak
mudah. Kemungkinan besar saya tidak akan pernah mendapat kembali kepercayaan
bangsa ini, namun setidaknya beberapa tahun ke depan terjadi satu
pergolakan berbeda di banding
pemerintahan sebelumnya. “Pada kenyataannya dan tidak dapat disangkal oleh bangsa
manapun kalau negara ini berada pada kata paling dibenci oleh semua orang”
memulai menjabarkan di hadapan para pejabat terlebih mereka yang dikatakan
wakil rakyat.
“Rasis
menjadi gambaran khas bahkan disalah gunakan oleh oknum-oknum tertentu”
berbicara kembali.
“Siapa
bilang bangsa kita rasis? Atas dasar apa? Jelas seluruh dunia tahu keindahan
bangsa ini dan tidak mungkin berada pada kata sebengis ucapan bapak presiden”
salah satu wakil rakyat membuat sebuah pernyataan.
“Jangan
menjadi manusia munafik” membalas ucapannya.
“Sebagian
besar permasalahan sekaligus menjadi perpecahan berada pada kata tersebut.
Entah karena warna kulit, jenis mata, rambut, kaya maupun miskin, terlebih iman
kepercayaan sampai berakhir tragis juga menjadi bahan permainan beberapa oknum
atau tokoh-tokoh paling berpengaruh di belakang.” Saya tidak lagi perduli
mereka akan merekam atau mungkin menyebarkan ucapanku hari ini.
Sesuai
perkiraan terjadi pergulatan luar biasa dalam ruangan berisi para pejabat
penting termasuk menteri-menteri yang terkait. Membatasi segala jenis tindak
tanduk media tentang beberapa program merupakan langkah pertama. Terkadang
dunia industri perfilman sengaja menampilkan hal-hal berbau perpecahan di
hadapan semua pengguna. Membuat aturan keras kalimat-kalimat,
tayangan-tayangan, hiburan yang seolah menampilkan bahkan menonjolkan sesuatu
berbau histeris bagi industri hiburan.
Merubah
susunan kabinet memang terdengar lazim, tetapi akan saya buat terbaru. Para
sekutu sebelumnya tentu menyerang luar biasa dengan meminta posisi paling aman
dalam dunia pemerintahan. Kemarin dan sekarang hidup berkata lain. Demi
menghindari permasalahan rasis ke depan, seluruh anggota kabinet terbagi secara
rata dari berbagai suku dan agama tanpa menonjolkan siapa paling banyak/ nomor
satu. Saya rasa cukup adil untuk perubahan ke depan.
Wakil
rakyat, para kabinet, anggota militer, terlebih presiden/ wakil presiden harus
berasal dari beberapa suku untuk pemilihan umum ke depan. Aturan Undang-Undang
dinyatakan terjadi perubahan konsep dalam perjalanan pemerintahan ke depan. Pro-kontra
tentu tidak dapat lepas, hanya saja pemahaman rasis dapat dikatakan hilang
setelah perubahan pusat pemerintahan sedang berjalan. Posisi tetap berpegang
memang sulit apa lagi sekeliling menjadi lawan. Tongkat mungkin berada di
tangan sama seperti Musa, namun akan lepas saat-saat tak terduga oleh karena
keadaan.
Satu
bangsa bersama deretan peristiwa semenjak awal kemerdekaan dinyatakan. Tiap
pemimpin memiliki pola pikir serta konsep berbeda-beda untuk memulai sebuah
start pergerakan. Bisa dikatakan terdapat kelemahan juga kelebihan dari
beberapa tokoh-tokoh yang telah mengambil bagian sebagai pemimpin bangsa ini
sendiri. Permainan politik atau entah objek lain terkadang membuat mereka
terjebak. Sulit keluar terdengar menyedihkan bukan?
“Presiden
Kaska terkutuk” ungkapan-ungkapan dari dunia para netisen tidak pernah lepas.
“Pemimpin
bangsa ini iblis jahanan” memang seperti itulah kenyataan...
“Jangan
percaya ucapan penyesalan darinya, semua itu hanya pencitraan belaka.”
“Paling
juga pada pemilihan berikutnya nama Kaska Kedhim berada pada urutan pertama
pencalonan presiden.”
“Turunkan
presiden Kaska dari jabatannya” teriakan-teriakan para pendemo yang masih setia
berkeliaran. Sebagian dari mereka memang telah dimainkan oleh beberapa kelompok
tertentu.
Di
tengah kemajuan teknologi tentu akses beberapa data, hoax, penyebaran isu,
permainan, provokator, dan masih banyak lagi berkeliaran. Maka kesimpulan yang
sedang terjadi adalah kebencian sekaligus bahan pancingan selalu saja menjadi
hal paling nomor satu. “Makanan buat ayah” Zahlee menyerahkan beberapa irisan
puding.
“Wow”
tak menyangka putri kecilku dapat melakukan hal luar biasa. Memainkan tongkat
billiar merupakan hobi terbaik untuk melupakan stres. Mengangkat tubuh mungil Zahlee
ke atas meja billiar kemudian mencicipi puding pemberiannya.
“Ayah
suka?” senyum Zahlee.
“Sangat
enak” menjawab pertanyaan Zahlee.
“Sejak
kapan kakak Adiv bisa buat puding seenak ini?” Zahlee.
“Siapa
yang buat?”
“Ayah
terlihat kelelahan, jadi kakak berinisiatif membuat puding sebagai penghilan
rasa lelah” Zahlee.
Izryel
memang selalu menghabiskan waktu bersama Zahlee semenjak berada di rumah ini.
“Dia benar-benar menepati janjinya” bergumam sendiri dalam hati. Izryel dan
Adiv berbeda untuk beberapa hobi. Minimal, Zahlee dan Zamira istriku tetap
tertawa lepas berada di samping Izryel.
“Zahlee
tangkap bolanya!” teriak Izryel.
“Awwww
sakit” rengek Zahlee kesakitan tiba-tiba terjatuh.
“Kau
tidak apa-apa?” Izryel segera menggendong Zahlee masuk ke rumah.
“Zahlee
harus hati-hati kalau jalan” Hodre berusaha membersihkan luka sang gadis kecil.
Entah
sampai kapan saya akan terus diam seribu bahasa tentang kematian Adiv. Musuh-musuhku
siap tertawa bahkan menerkam seperti singa kelaparan andaikan menyadari
kematian tragis anakku. Bagaimana Zamira dan Zahlee bisa melewati kisah pilu
mendengar kenyataan hidup? Mungkin mereka berdua akan tahu, tetapi tidak
sekarang.
“Sampai
bangsa ini dapat melewati masa kritisnya” berucap sendiri.
“Tertawakan
saja dirimu Kaska selalu menjadi manusia pembohong” menatap sebuah cermin
bersama senyuman sinis.
Dunia
pejabat memang seperti itu terkadang atau bahkan selalu berjalan dengan penuh
kebohongan. Entah karena situasi lawan politik, permainan, memanfaatkan
sesuatu, dan keadaan terpaksa. Istilah jujur memang sangat sulit bermuara pada
kisah perjalanan dunia pejabat. Bisa dikatakan hanya terdapat satu/ dua orang
yang dapat memenangkan istilah tersebut, itupun harus berhadapan dengan
permainan nyawa. Sumpah yang diambil ketika pelantikan merupakan bahan formalitas
belaka dan akan menghilang seiring waktu berjalan. Rekayasa taktik bukan lagi menjadi rahasia umum melainkan telah
menjadi satu ciri khas keharusan di dunia politik.
Bagian 4...
“Kakak Adiv main boneka bareng Zahlee”
tingkah lucu gadis kecil manarik tangan Izryel.
“Malam-malam gini harusnya tidur bukan
waktu main Zahlee” tegur Zamera.
“Kakak Adiv lagi belajar ga bisa
diganggu” segera menggendong Zahlee.
“Kakak itu laki-laki masa main boneka”
Isryel terdengar alergi dengan permainan anak perempuan.
“Dulu kakak ga pernah nolak main boneka
bareng Zahlee. Kenapa sekarang seperti tidak suka gitu?” Zahlee sangat kesal.
Adiv memang selalu menuruti apapun
kemauan adiknya. Bermain hingga larut malam terkadang menjadi kebiasaan mereka
berdua. Merawat Zahlee bahkan akan selalu menjadi malaikat pelindung itulah
kehidupan kakaknya. “Main bonekanya sama ayah saja, boleh?” menahan Zahlee
dalam gendonganku.
Anak perempuanku mulai merasakan
perbedaan orang di hadapannya sekarang. “Ayah” Zahlee berucap dengan tangan terus
merapikan rambut boneka berbie miliknya. Wajah dengan makna ribuan pertanyaan
ingin segera di lempar keluar oleh sang gadis cilik…
“Boneka berbienya sangat cantik seperti Zahlee”
menatap dirinya. Kedua tanganku berusaha membantu menguncir rambut boneka
berbie milik Zahlee. Entah sekedar ingin mengalihkan perhatian ataukah terdapat
alasan lain di dalamnya…
“Zahlee suka ayah yang sekarang” Zahlee
mengecup wajahku.
Jauh di dasar hatinya terdapat satu kata
kehilangan sosok ayah ketika jalan masih berada di tempat yang salah. “Waktu
sedih, ka’Adiv selalu berada di samping Zahlee” ucapan kalimat seakan dia sudah
berusia dewasa.
“Zahlee…” hati seorang ayah hancur
mendengar pernyataan seperti ini. Andaikan dia tahu kakaknya meninggal karena
keserakahan sang ayah. Di butakan oleh kursi, itulah kalimat terbaik untuk
menyimpulkan kepribadian seorang Kaska. Anakku menjadi korban hingga membuat
setan di mana pun tertawa lebar.
“Zahlee sayang ayah, bunda, juga kakak”
raut wajah Zahlee berkata lain.
“Dia dapat merasakan perbedaan antara
kakaknya yang kemarin dan sekarang” suara hati berbisik seketika. Zahlee tidak
boleh menyadari sesuatu hal tersembunyi. Tidak sekarang, apapu alasannya.
Andai saja waktu dapat diputar kembali.
Pada saat itu, saya tidak akan mengambil keputusan mengikuti jalur politik
dengan memberikan ribuan alasan tentang kebahagiaan keluarga. Kursi
menghancurkan sisi terbaik dalam hidupku sekarang. Hanya ingin memperbaiki
sesuatu yang di rusak oleh tanganku sendiri hingga kaki harus tetap bertahan
untuk beberapa saat.
“Presiden Kaska brengsek” ucapan seperti
biasa bermain di dunia para netisen. Tidak ada yang salah dengan kalimat
mereka. Pada kenyataannya, presiden Negara ini memang brengsek bahkan jauh dari
kata malaikat. Wajar mereka melemparkan segala jenis perkataan kutuk…
“Sepertinya kau tidak pernah terlihat
emosi setiap membaca pemberitaan media” Hodre tiba-tiba saja berdiri memakai
seragam sekolah dalam ruang kerja pribadiku.
“Kenapa pulang sampai larut begini?”
“Saya mengikuti beberapa les tanpa
sepengetahuanmu” Hodre.
“Dari mana kau mendapat uang?” melempar
kembali sebuah pertanyaan.
“Hasil uang jajan pemberianmu setiap
harinya” Hodre.
“Kau benar-benar berjuang”…
“Tentu” Hodre.
“Mandi, makan, kemudian istirahat”
kata-kata singkat tanpa basa-basi terhadap gadis remaja di hadapanku.
“Satu lagi, semua biaya keperluan
terlebih permasalahan pendidikan entah itu les atau apa saja setidaknya menjadi
bebanku bukan bebanmu” menghentikan langkahnya berjalan keluar…
“Kenapa?” Hodre.
“Saya ingin menjadi sosok ayah buatmu,
mungkin.”
Dia hanya berjalan keluar tanpa membalas
atau melemparkan pertanyaan kembali. Entah bagaimana, sampai langkahnya
terhenti begitu saja depan pintu…“Kau bisa melakukan perolingan gubernur alias
pertukaran antar privinsi untuk memulai sesuatu yang baru di antara orang-orang
yang membencimu dan bangsa ini” pernyataan Hodre gadis berusia remaja.
Pemikiran seorang gadis remaja semacam
Hodrefu dapat dikatakan hanya berada pada garis labil, namun sepertinya berbeda
dengan dirinya. Adiv memiliki wajah benar-benar mirip dengan Izryel saudara
kembar Hodre. Kisah paling langka bahkan terdengar aneh. Gadis itu seolah
mencoba menyalurkan tentang apa yang sedang berada dalam pemikiran menurut
versinya.
“Kau benar-benar serius…” Izryel. Saya
bagaikan seorang penguntit terkacau berusaha mendengar dialog percakapan dua
anak kembar sekarang ini. Larut malam begini Izryel berada dalam kamar Hodre.
Terbaca jelas raut wajah sang kakak terhadap adiknya.
“Ini tentang jalanku mencari sesuatu
yang berbeda” balasan Hodre.
“Sampai harus keluar area?” Izryel.
“Begitulah. Berlari meninggalkan tempat
saya berpijak kemudian berdiri pada satu area untuk memulai sesuatu yang
dikatakan kehidupan” Hodre.
“Jangan menjadi penguping percakapan
orang” Hodre menyadari keberadaanku.
“Kau benar-benar pekah terhadap situasi
sekitarmu” satu kalimat buat gadis tersebut. Membuka pintu kamar dengan akhir
cerita kami bertiga saling bertatapan. Istri dan anakku tertidur lelap,
sementara kami masih sibuk menatap tanpa melemparkan satu kata pun.
Siapa pernah menduga sosok Izryel
berganti peran menjadi Adiv. Butuh waktu menjelaskan keadaan sebenarnya
terhadap istri dan anakku. Zahlee butuh figure kakak perempuan menjadi alasan
paling tepat untuk menghindari berbagai pertanyaan Zamira. Tidak banyak
bertanya merupakan ciri khas istriku sejak awal pernikahan kami. Pernyataanku
tentang Hodre serta peranan kakak perempuan buat Zahlee cukup membuat Zamira
diam tanpa berkata-kata. Istriku tetap berada di samping apa pun pemberitaan
media. Memberi senyum terbaik seperti biasa dengan berusaha menutup rapat rasa
ingin tahunya.
“Kenapa ayah berada di kamar ka’Hodre?”
suara Zahlee membangunkan kami bertiga seketika. Sepanjang malam hal terkacau
adalah hanya saling menatap satu sama lain sampai akhirnya kami tertidur lelap.
“Apa yang terjadi?” pertanyaan Zamira,
namun setelahnya diam dan tidak lagi mencari jawaban. Menyiapkan sarapan pagi
bersama senyumannya.
“Sesuai dugaan kalau dirinya tidak akan
memperpanjang pertanyaan atau mencari ribuan cara untuk mengungkap banyak hal
tersembunyi” suara hati berbisik menatap wajah Zamira.
“Hodre makan yang banyak biar semangat
belajar di sekolah” tutur Zamira menambahkan beberapa lauk ke piring milik
Hodre.
“Seperti biasa sikap gadis remaja di
depanku” menatap tingkah Hodre hanya terdiam tanpa berucap.
“Kuharap kau bisa sekamar dengan Zahlee”
berucap di tengah suasana sarapan pagi paling mencekam. Dapat dikatakan situasi
ketika berada di ruang makan keluarga terdengar angker sekaligus keramat…
“Kenapa tiba-tiba?” Hodre menghentikan
makanan masuk ke mulutnya.
“Apa ka’Hodre benci Zahlee?” pertanyaan
gadis kecil seketika.
“Siapa bilang kakak Hodre benci Zahlee,
buktinya siapa yang obatin luka Zahlee kemarin?” Zamira mengelus lembut rambut
gadis mungil.
“Ka’Hodre jangan benci Zahlee” hal tak
terduga Zahlee meninggalkan kursi miliknya kemudian berdiri di samping Hodre
gadis remaja dengan kesan dingin seperti es…
“Ka’Hodre sayang Zahlee” Izryel dengan
segera mengalihkan perhatian sambil menggendong Zahlee.
Gadis penuh teka teki, sulit
beradaptasi, dingin, tanpa basa-basi ketika berbicara merupakan gambaran
seorang Hodrefu. Entah seperti apa suasana dirinya ketika menjalani lingkungan
sekolah yang baru seperti sekarang. “Kenapa?” pertanyaan seperti biasa
terlempar keluar untuk menemukan satu jawaban.
Sekarang saya dan dirinya kembali berada
di tempat yang sama yaitu ruang kerja pribadi milikku. Mungkin dia butuh
jawaban langsung sampai mencari keberadaanku setelah pulang dari sekolah. “Zahlee
butuh kakak perempuan sepertimu, mungkin” jawaban buatnya.
“Sekaligus saya ingin menjadi sosok ayah
buatmu, mungkin dan sepertinya” berkata-kata kembali.
“Kenapa?” ciri khas seorang Hodre.
“Saya rasa jawabanku cukup” …
“Zahlee sedang menunggu kakak
perempuannya di kamar, pergilah! Pindahkan semua barangmu!” berujar kembali di
hadapannya.
Hodre melakukan apa yang kuperintahkan.
Diam dan tidak lagi melemparkan pertanyaan ‘kenapa’ terhadapku, itulah yang
sedang terjadi. Zahlee gadis kecil periang tinggal sekamar bersama gadis dingin
seperti Hodre. Terkadang hidup sulit di tebak hingga untuk beberapa saat
menimbulkan kalimat tanya ‘kenapa’…
“Ayah ingin bicara dengan kakak Hodre,
apa boleh?” tersenyum manis sambil berbisik di sekitar telinga Zahlee.
“Boleh” Zahlee berbisik kembali. Gadis kecil
berlari keluar kamar mencari Izryel untuk di ajak bermain. Izryel merupakan
kakak Adiv yang dikenalnya bagi pemikiran Zahlee tanpa pernah menyadari sesuatu
hal buruk telah terjadi.
“Kenapa?” pertanyaan sama.
“Saya ingin sosok Hodre menjelaskan
tentang pertukaran gubernur kemarin! Apa yang akan kau lakukan andaikan menjadi
seorang pemimpin semacam diriku di tengah pergolakan politik sekaligus masalah
bangsa yang sulit menemukan jalan keluar menuju pemulihan?” menjawab pertanyaan
darinya.
“Kenapa?” Hodre.
“Kenapa? Saya sepertinya penasaran
tentang pernyataan anak remaja di depanku, mungkin” balasan pertanyaan kenapa
yang selalu saja terlontar.
“Mempersatukan seluruh perbedaan,
menghilangkan hal-hal berbau rasis, dapat memahami satu area memiliki karakter
tidak akan pernah sama dengan tempat lain, memberi warna tersendiri ketika
pemimpin masing-masing daerah terjadi pertukaran…” Hodre terus membaca beberapa
bukunya tanpa menatap ke arahku.
“Saya selalu menjadi pemimpin buruk di
hadapan mereka. Wajar kebencian bahkan pernyataan-pernyataan buruk terlontar
begitu di segala tempat.”
“Jangan jadi presiden penakut karena
kesalahan maupun kejahatan masa lalu mungkin” ucapan Hodre dengan tangan terus
membolak balikkan lembar buku miliknya.
“Entahlah” bersandar pada dinding tembok
kamarnya.
“Berhadapan dengan para pemimpin daerah
memang sulit terlebih jika sebagian dari mereka menciptakan permainan-permainan
di belakang. Siapa sih mampu bertahan melawan godaan permasalahan tahta, harta,
wanita begitupun sebaliknya dengan beberapa orang di antara mereka…” Hodre
tertawa sinis.
“Posisi bertahan sebagai pemimpin tegas,
keras, jujur bisa dikatakan sangat sulit bahkan lebih dari kata tersebut. Tentu
kerja sama antara pejabat pusat, parpol, dan mereka cukup kuat. Jalan sedikit
saja goyang berarti jurang ketika berhadapan sekaligus menyerang…”
“Perintahkan mereka membuat beberapa
program bagi daerah ketika terjadi perolingan, kemudian kumpulkan dalam satu
ruangan untuk mempertanggung jawabkan data program yang dibuat sebelum memulai
kinerja di tempat tesebut” Hodre.
“Maksudmu saya harus memeriksa seluruh
program data satu per satu?”
“Seperti itulah” Hodre.
“Sendirian?”
“Sepertinya kau sulit mempercayai
orang-orang di luar sana, jadi, lakukan sendiri” Hodre.
“Saya dan Izryel dapat membantumu
memeriksa data mereka, entah bersifat mencurigakan maupun sulit untuk
mempertanggung jawabkan di kemudian hari. Keluarlah!” nada mengusir seorang
Hodre.
Merenung
selama berjam-jam tentang dialog di antara kami. Apa saya harus mengikuti saran
gadis remaja itu? Dunia menyadari betapa buruknya kondisi bangsa ini bersama
situasi objek-objek tertentu. Rasa-rasanya kata mundur lebih tepat untukku
sekarang. “Adiv hanya ingin ayah
memperbaiki semuanya. Melihatmu dari atas sana berjuang membuktikan kalau ayah
memang presiden terbaik di mata semua orang bukan iblis…” kenapa juga
kalimat terakhir Adiv terus saja bergema.
“Ayahku bukan presiden jahat, tapi ayahku
seorang presiden sekaligus sahabat buat semua orang terlebih rakyat lemah” sekali
lagi ucapannya berteriak memenuhi gendang pendengaran.
“Mujizat
melakukan perbaikan terhadap bangsa dengan nyawa masih bertahan ke depan”
menertawakan diri sendiri.
Perang
dunia medsos terjadi lagi dan lagi. ungkapan rasa sakit banyak orang terlontar
di luar sana. Rasa tidak suka terus saja dinyatakan terhadap sang pemimpin.
Tentu perang politik, adu argument, perjalanan simpang siur, kondisi
penyerangan sesuai perkiraan terjadi seketika setelah surat keputusan presiden.
Pertukaran gubernur sepertinya akan segera terjadi…
Ribuan
pertanyaan di lemparkan ke arah presiden atas keputusan mendadak tersebut.
Mencoba membuat mereka berada di daerah lain selama dua setengah tahun bahkan menghabiskan
sisa jabatan sekaligus harus memperlihatkan satu kinerja terbaik. Masa jabatan
mereka bagaimana di daerah masing-masing?
Anggota
dewan sedang menyerang akibat tidak adanya persetujuan dari mereka. Kesan
mendadak dan ancaman jabatan menyerang bagaikan anak panah liar. “Sekali lagi
saya katakan tidak akan berhenti dari jabatan sebagai presiden untuk periode
sekarang. Penolakan jenis apa pun dari kalian sebagai bangsa yang merasa
dikhianati, tidak akan merubah keputusanku.” Pernyataan cukup sulit di jabarkan
tetapi harus…
Depan
media berucap dua kalimat, kemudian berjalan keluar meninggalkan seluruh
wartawan tanpa basa-basi. “Cukup sulit menjadi dirimu” entah sejak kapan Zamira
berada dalam ruang billiar tidak jauh dari kolam renang keluarga. Dia tidak
pernah marah atas setiap keputusan suaminya. Bangsa ini sedang menyerang suami
sekaligus ayah anaknya, tetapi senyuman juga kepercayaan tetap berjalan seperti
biasa.
“Berjuanglah
sampai kau bisa menemukan cara paling tepat membawah bangsa ini berada pada
garis pemulihan, walaupun sangat mustahil…” Zamira memberi kecupan hangat.
“Kenapa?”
saya seperti Hodre melemparkan pertanyaan tersebut.
“Entahlah”
Zamira.
“Maaf
selalu saja menjadi suami terburuk buatmu” tangan menghentikan permainan
billiar di depanku.
“Suamiku
bukan tipe manusia paling buruk sedunia” selalu saja …
Bagian 5…
Keputusan
kemarin mencuri perhatian pihak internasional. Pemimpin dunia lain tidak pernah
menyangka surat keputusan dadakan membuat satu objek kehebohan di mata bangsa
ini dan belahan dunia lain. Memerintahkan dengan tegas segera mengirim file
program terbaru pada area yang akan segera di jalani setelah melakukan lot.
Terdengar seperti bermain arisan, mengundi tanpa pernah tahu isi dalam gulungan
kertas tersebut.
“Provinsi
asalmu dan provinsi yang akan kalian tempati berbeda, jadi analisa kembali
tersebut sebelum menjadi bahan pertanyaan dua minggu lagi…” berkata-kata tanpa
senyum di hadapan para pemimpin daerah.
“Data
paling lambat terkirim seminggu sebelum pertemuan kembali” kalimat penutup.
Presiden Kaska terkenal dengan istilah membuat pernyataan mengejutkan, mengguncang,
juga tanpa jawaban untuk ribuan pertanyaan.
Objek
mengejutkan seminggu kemudian bersama data program cukup menggambarkan banyak
ketegangan. Mereka mengirim melalui email sesuai permintaan selain dalam bentuk
jilitan buku. “Kenapa?” pertanyaan seorang Hodrefu setelah berdiri di samping
meja belajar miliknya. Bagaimana bisa saya lebih mempercayai gadis remaja
remaja seperti dia dibanding mereka dengan pengalaman sekaligus pendidikan
tinggi.
“Kurasa
kau cukup mengerti kenapa saya berdiri di sini” menekan beberapa kata di akhir
kalimat.
“Beri
saya dan Izryel 5 menit untuk segera berada dalam ruang kerja milikmu” jawaban
cukup dingin dengan tangan masih mengerjakan sesuatu.
“Tentu”
berjalan meninggalkan kamarnya.
Diam
menunggu dua anak kembar dalam ruang kerja pribadi milikku. Terus menatap arah
pintu sambil memasang gendang pendengaran sebaik mungkin. Akhir cerita, mereka
berdua berdiri di hadapanku. Menyerahkan jilitan buku milik para pejabat daerah
itulah yang terjadi. Horde diam menatap lembar demi lembar kata-kata dalam
jilitan tersebut bersama wajah datar sekaligus sangat dingin menjadi ciri khas
kepribadiannya. Jauh berbeda bagi seorang Izryel memakai earphone untuk
mendengar music. Kepala Izryel terus saja bergerak kiri-kanan tanpa henti,
sedang tanganya sibuk melingkari beberapa istilah, menulis sesuatu, maupun
mengotak-atik computer di hadapannya.
Selama
beberapa hari ke depan hal-hal seperti ini terus terjadi. Mereka berdua belum
memberi jawaban atau merespon dari setiap jilitan milik para pejabat daerah. “Beri
mereka pertanyaan…” Hodre tiba-tiba saja berbicara.
“Pertanyaan?”
tidak mengerti.
“Dalam
jilitan masing-masing data, kami sudah menyelipkan juga melingkari sesuatu hal
yang harus dipertanggung jawabkan atau berbau mencurigakan atau sejenisnya.
Gitu maksud ucapan Hodre” Izryel.
“Gunakan
alat ini ketika berdiri di hadapan para pejabat daerah!” Hodre.
“Kegunaan
alat ini?” melempar pertanyaan.
“Kami
dapat mengarahkan langkah selanjutnya” jawaban Izryel.
“Pelajari
kembali apa yang telah kami simpulkan, lingkari, garis besar, coretan aneh”
Hodre.
“Dengan
kata lain undur pertemuan seminggu lagi”Izryel.
“Okey”
satu kata penutup tanpa bertanya kembali.
Selama
beberapa hari mempelajari semua data di atas meja kerja tanpa henti. Tertawakan
saja diriku dikalahkan oleh anak remaja masa kini seperti Izryel dan Hodre.
Anak kembar di rumahku seakan sengaja memainkan beberapa istilah bersama system
analisa cukup menjebak bahkan sulit diprediksi. Pertemuan antar para pejabat
daerah cukup mencekam bagi indera pendengar semua orang di sekitar.
Hari
ini pun tiba, dimana mereka harus mempersiapkan diri. Keputusan seorang
presiden tidak akan bisa batal walaupun dikatakan tidak mendapat persetujuan
dari seluruh anggota dewan. Posisi bersama situasi sekarang mengharuskan tangan
segera menjalankan sesuatu objek pendobrak benteng paling kokoh. Terkadang
pemikiran anggota dewan berada pada standar rata-rata bahkan jauh dari target
pemulihan. Di lain tempat sebagian dari mereka hanya bersifat egois, serakah,
melakukan hal-hal merusak, lebih parah lagi memainkan aneka permainan di
belakang. Serba salah kan…
“Masing-masing
daerah memiliki perbedaan dimulai dari kepribadian, cara menerima sesuatu,
tingkat sensitivitas terhadap sebuah objek, sumber pemasukan, daya tangkap,
populasi penduduk, dan beragam jenis hal lainnya.” Awal pembicaraan sebelum
melemparkan pertanyaan demi pertanyaan.
“Selama
program yang telah dirancang tidak masuk akal pemikiran saya, sepertinya harus
dibuat ulang sekaligus ketika menjalankan program hasil memang terlihat jelas…”
“Andaikan
terjadi kegagalan, sepertinya permainan surat peringatan bahkan pemecatan harus
terjadi” kembali melanjutkan kalimat demi kalimat.
“Bukankah
ini keterlaluan” ucapan bapak Mase seorang gubernur daerah C yang kemudian
mendapat perolingan tempat pada daerah F.
“Bukannya
ini terlalu mendadak sekaligus tergesa-gesa?” bapak Sius gubernur A.
“Siapa
bilang mendadak? Kalaupun tergesa-gesa memang ada yang salah akan keputusan
seperti sekarang?” melawan mereka memang menjadi tantangan…
“Berhenti
menyerang atau membuat pertanyaan! Langsung pada inti acara” menyatakan kalimat
yang tidak akan pernah dilupakan oleh para pemimpin daerah untuk masa
kepemimpinan Kaska.
Menjelaskan
beberapa program kerja serta pertanggung jawaban akan data tersebut. “Di
ketahui daerah B memiliki angka area sensitivitas cukup parah, lantas hanya
dengan memainkan program kerja lurus bisa menyelesaikan masalah? Bangsa ini
berada pada sebuah area tidak menentu, jadi, bisa disimpulkan tentang gaya
perjalanan pemerintahan anda sangat lurus bahkan jauh dari kata standar,
ngerti?” mengungkapkan pernyataan terhadap bapak Bian selaku pemimpin daerah B untuk
2 tahun ke depan.
“Saya
tidak mengerti” pak Bian.
“Bagaimana
tanganmu bisa merangkul mereka? Pembentukan kapasitas pendidikan sekitar area B
butuh system mendobrak luar biasa, kenapa? Kelemahan mereka berada pada jalur
cara menerima bersama pembentukan karakter.”
“Berarti
saya akan gagal hanya karena lebih melihat aspek bidang lain dibanding
pernyataan bapak presiden tadi?” pak Bian.
“100%
gagal” jawaban paling tepat buatnya.
“Kasus
korupsi pun jumlahnya tidak main-main di tempat ini hanya belum terlihat
sekitar permukaan. Pikirkan cara menghancurkan benteng pertahanan terburuk di
daerah tersebut, kemudian merangkul memakai system yang belum pernah ada tetapi
menampakkan hasil cukup signifikan.” Mengembalikan jilitan buku milik bapak
Bian dengan sampul tanda silang mengisyaratkan penolakan program hasil
pemikirannya.
Bisa
disimpulkan, kesempurnaan program akan tetap gagal dikarenakan kasus
sensitivitas parah hingga tidak menampakkan hasil. Jauh lebih rusak lagi ketika
beberapa kelompok memanfaatkan situasi atau menambah bumbu-bumbu penyedap rasa
sekitar area tersebut. Mengambil buku berikut sambil terus membolak-balik yang berakhir
dengan coretan silang merah besar.
“Bisa
bapak menunjukkan letak kesalahan saya?” Pak Mase mengangkat bicara.
“Apa
bapak sadar daerah F? tentang situasi, populasi, sumber pendapatan?” menatap
tajam.
“Maksud
pernyataan bapak presiden lebih kemana?” pak Mase.
“Daerah
F memang dikenal sebagai kota besar, tetapi dari segi populasi penduduk bersama
beberapa objek lain kenyataannya perencanaan bapak selaku gubernur bisa lebih
menghancurkan…” spontan sekaligus jujur untuk berkata-kata.
“Saya
rasa daerah ini akan menjadi kota paling dikagumi melalui penerapan program
perekonomian, keuangan, tata cara pemerintahan sedikit mengemas beberapa
penerapan tertentu” pak Mase.
“Saya
menyukai masalah mengemas tetapi memberi hasil, bukannya membuka peluang
kebocoran demi kebocoran bagi kerusakan bangsa atau permasalahan korupsi para
pejabat” membalas ucapannya.
Seluruh
perencanaan mereka diberi tanda silang merah bukan olehku melainkan dua anak
kembar di rumahku. Dengan santainya mereka berdua membolak-balikkan lembaran
kertas program milik gubernur daerah kemudian berakhir tragis. “Beri mereka waktu seminggu lagi membuat
program baru dan jangan langsung percaya apa pun uraian penjelasan dalam
pertemuan kali ini” kalimat Hodre beberapa hari lalu.
“Saya
beri kalian waktu seminggu lagu buat revisi kembali program baru. Perlu
diketahui akan daya tangkap/ kualitas penerimaan sebuah objek masing-masing
daerah tidak pernah sama. Ada yang cepat, sedang, dan lambat jadi posisi kalian
menciptakan pintu terbaru sekitar area pendidikan bagi semua bidang tidak bisa
sama bahkan harus ada perbedaan-perbedaan tertentu.” Pernyataan di hadapan para
pejabat daerah menuntut perubahan.
“Bagaimana
dengan masalah sumber kehidupan sekaligus berperan sebagai pemasukan daerah?
Haruskah system pun…” pak Mase.
“Kesimpulannya
adalah saya butuh objek terbaru buat perkembangan, tetapi tidak merusak bidang
di sekitar terlebih generasi muda” jawaban cukup menjelaskan. Beberapa sumber
pemasukan daerah diantaranya objek wisata, pertanian, perikanan, hasil tambang,
dan beberapa bidang lain.
“Jadi?
Pak Sius.
“Jangan
salah membuat keputusan maupun system kebijakan di segala bidang” penjelasan
bagi mereka.
“Satu
lagi, uraikan bidang paling penting untuk di dahulukan di daerah tersebut
andaikan terhalang oleh permasalahan budget dikarenakan beberapa factor.
Jelaskan sedetail mungkin melalui beberapa lembar kertas sebagai bahan tambahan
di bagian belakang jilitan…” lanjutan ucapan kembali.
Saya
tidak menginginkan para pemimpin daerah asal sekedar berbicara. Masing-masing
daerah memiliki sisi lebih dan kurang, jadi, mereka harus tahu menempatkan
situasi ataupun mendobrak satu benteng untuk membangun sebuah pondasi
perbaikan. Pengalaman, petualangan, warna, tantangan baru menjadi landasan saya
ingin melakukan pertukaran antar gubernur daerah. Menghindari system rasis pun
merupakan alasan utama sehingga tidak terjadi perpecahan. Mereka harus
mempersiapkan sebaik mungkin perjalanan pemerintahan terbaru di tempat lain
bukan di kampung sendiri.
Membuat
beberapa peraturan bahkan tidak dapat dilanggar apa pun keadaannya. Program
kerja yang telah mendapat persetujuan, harus mulai menampakkan hasil enam bulan
setelah masa bertugas. Pertemuan para gubernur daerah diadakan setiap per
semester dengan pertanggung jawaban data-data. Pengiriman file kerja terlebih
masalah laporan keuangan dan perpajakan selalu up-date tiap harinya. Tidak asal
menanda tangani setiap proyek di segala bidang.
Pemasangan cctv dimana menghubungkan antara
kantor-kantor pemerintah daerah dan pusat memang harus dilakukan. Beberapa
orang pilihan dapat mengamati jalannya system kerja di seluruh kantor gubernur/
wali kota dapat membantu beberapa hal lainnya. Mereka yang ditugaskan melakukan
pengamatan melalui cctv pun harus bisa menguasai bahasa tubuh, gerakan, kode,
juga objek-objek lain yang tentu menjadi kendala sekaligus masalah besar dalam
perjalanan pemerintahan daerah.
“Sepertinya
kau harus bisa menyusun program data computer paling menjebak sehingga pejabat
mana pun tidak dapat bertindak atau membuat permainan sehalus mungkin di semua
kantor pemerintahan…” Hodre tiba-tiba saja bersuara.
“Ingat
program ini pun harus terkunci rapat sekaligus di desain sesempurna mungkin
demi mencegah para hacker luar/ dalam bertindak guna pencurian data” lanjutan
ucapan Hodre lagi.
“Mau
kemana?” melempar pertanyaan setelah gadis itu mulai berjalan meninggalkan
ruang kerja pribadiku.
“Kembali
ke kamar” jawaban cuek sekaligus dingin seperti itulah dunia seorang Hodre.
“Terima
kasih buat semua yang kau lakukan”…
“Tidak
perlu berterima kasih dan lupakan,” kalimat seorang gadis remaja terdingin
tanpa basa-basi.
Dua
anak kembar berada di balik penetapan keputusan presiden Kaska bagi para
gubernur daerah. Dunia medsos sedang heboh akan pemberitaan miring bersama pro
kontra permasalahan rolling seluruh gubernur di Negara ini. Kebencian bangsa
ini tidak akan menghentikan keputusan yang telah kubuat sendiri. Mereka hanya
berada dalam pengaruh sebagai akibat karakter yang sangat mudah terjebak oleh
satu objek.
Liputan
media sepertinya tidak pernah bosan akan pemberitan-pemberitaan atas setiap
pergerakan sang pemimpin. Mengundang pro-kontra harus siap dijalani dengan
segala resiko di depan mata. “Masalah para anggota kabinetmu pun harus kau
rombak alias menghancurkan sesuatu yang dikatakan berbau busuk di dalam”
Kehadiran Hodre bersama sikap dingin tanpa senin tanpa senyum sekitar danau
tidak jauh dari kediaman rumah.
“Dari
mana kau tahu saya berada di sini?” pertanyaan terhadap gadis remaja itu.
“Zahlee”
jawaban singkat Hodre.
“Apa
ayah sudah menangkap ikan besar?” Zahlee berlari ke pelukanku tiba-tiba.
“Maaf
mengejutkan” Izryel juga datang membawa sebuah pancing.
Dua
anak kembar bersama perbedaan kepribadian bagaikan langit dan bumi. Horde jelas
memperlihatkan sikap dingin, penyendiri, pendiam, sulit menatap ke wajah
seseorang. Di lain tempat terdapat Izryel seorang remaja laki-laki penuh
senyum, ceria, santai, dapat membawa diri pada area-area tertentu. Seakan Tuhan
sengaja mengambil Adiv kemudian mengirimkan seorang Izryel untuk memberi senyum
terhadap Zahlee.
“Kakak
Adiv, kupikir kau tidak mau lagi bermain boneka ma Zahlee” senyum Zahlee
memeluk Izryel.
“Siapa
bilang?” Izryel.
“Kakak
tetap sayang Zahlee” gadis kecil bergelut manja.
Mereka
berdua sibuk melemparkan kail pancingan ke danau, sementara Hodre sendiri
tertidur pulas di bawah pohon besar tidak jauh dari tempatku. Membayangkan
memiliki putri remaja semacam Hodre terdengar lucu bagi pria sepertiku. Diam
seribu bahasa, sulit menciptakan senyum khas memenuhi wajahnya, dingin, terkesan
jutek, dan hanya akan berbicara untuk sesuatu yang di anggap penting.
Ucapan
Hodre tadi membuatku terus merenung akan permasalahan perombakan kabinet.
Kenyataannya adalah sulit mencari tahu peran tugas mereka di mana. Hukum,
pendidikan, ekonomi, dan masih banyak lagi menjadi objek paling kacau jika
diperhatikan. Bagaimanapun caranya saya akan melawan mereka andaikan terjadi
penyimpangan. Membuat sebuah penjara di pulau paling terpencil bahkan sangat
menyeramkan bagi para koruptor terdengar menyenangkan. Suka atau tidak, tentu
penjara ini akan menjadi pengalaman baru special dunia koruptor. Pulau tersebut
akan di desain memakai beberapa jenis perangkap terbaik hingga tak seorangpun
dapat berlari keluar menyelamatkan diri mereka.
Bagian 6…
Perombakan
pejabat daerah sedang berjalan dan terus melakukan revisi sesuai yang di
harapkan. Pemikiranku sekarang adalah beralih dalam lingkaran kabinet kerja
presiden. “Sepertinya presiden lagi buat sensasi terbaru” celoteh dunia netisen
lagi marak-maraknya terjadi. Seperti itulah dunia medsos selalu saja membuat
komentar-komentar penyerangan. System kekebalan harus dimiliki seseorang
andaikan berada di dunia maya.
“Jangan
percaya presiden macam Kaska, paling juga cari simpatik” kalimat seseorang.
“Selamatkan
bangsa ini dengan menghancurkan presiden gila.”
“Hanya
cari perhatian doang makanya pakai alasan segala pertukaran gubernur”
tulisan-tulisan netisen memang mencengangkan.
Telinga
saya sudah kebal mendengar juga membaca setiap ucapan nada kebencian dari
mereka. Di satu sisi hidup diperhadapkan karakter bangsa yang terlalu beresiko
untuk menjadi bahan permainan oknum tertentu, di lain sisi pun harus berhadapan
dengan beberapa pejabat kemarin sebelum melihat cahaya dan selalu melakukan
hal-hal buruk semata. beberapa dari pejabat tersebut siap menyerang sekaligus
mengancam atas perubahan sikap seorang presiden.
Terror,
cibiran, jebakan, tertekan sedang bermuara menjadi satu tubuh dalam diri sang
presiden. “Ayahku bukan presiden jahat,
tapi ayahku seorang presiden sekaligus sahabat buat semua orang terlebih rakyat
lemah” ucapan Adiv selalu saja terbayang ketika rasa ingin berhenti muncul
seketika.
“Terlihat
kuat, pada hal kenyataan sebenarnya begitu rapuh dengan hati sangat hancur
berkeping-keping” mengejek diri sendiri.
“Pertemuan
cabinet kerja sebentar lagi akan dimulai pak” salah satu admin Negara memberi
isyarat di luar sana.
Gedung
pertemuan dunia pejabat sepertinya terlihat suram sama seperti kenyataan paling
pahit bagi bangsa ini sendiri. “Saya menginginkan perubahan besar dari kalian”
memulai kalimat pembuka.
“Maksud
ucapan bapak?” salah satu menteri bertanya lantang…
“Alias
kalian harus mencari titik lemah sesuai bidang pada tiap daerah tanpa bantuan
seorang pun kemudian kumpulkan hasilnya sebulan kemudian.” Saya rasa kalimat
ini sangat jelas terdengar oleh mereka semua.
“Kami
tidak mengerti” menteri perdagangan melempar pertanyaan…
“Langsung
turun lapangan seperti seorang sales marketing mencari informasi terlebih
pelosok-pelosok daerah. Satu lagi, uang yang diberikan Negara selama perjalanan
harus dipergunakan sebaik mungkin dan jangan boros karena anggarannya Cuma
sedikit, ngerti?” penekanan luar biasa…
“Lebih
dari kata sedikit? Maksudnya?” menteri agama.
“Seperti
itulah” menjawab pertanyaan mereka lagi. Mereka tidak berani melemparkan
pertanyaan kembali setelah mendengar segala penjelasan. Bukan tanpa alasan
membuat keputusan tersebut. Selain mengajari para menteri jangan hanya hidup
berdasarkan ucapan semata dan sekedar memamerkan jas kebesaran dalam setiap
pertemun, di sini mereka belajar arti proses lain untuk berjalan.
Mengagetkan
dunia pejabat, masyarakat, dan internasional akan sebuah pengumuman terheboh
tentang beberapa aturan kabinet. Menekankan pertemuan kembali setelah
kepulangan mereka menjelajah tiap daerah-daerah pelosok dengan kedua kaki tanpa
bantuan orang lain sebulan lagi.
“Apa
maksud semua ini? Bapak Hakim selaku menteri riset teknologi sekaligus menjadi
patner kejahatan jauh sebelum menjabat sebagai presiden.
“Seperti
yang kau lihat” menjawab setegas mungkin.
“Keterlaluan…”
sangat geram hingga akhir cerita berjalan keluar meninggalkan ruang
kepresidenan.
“Kalian
tidak akan lagi bisa seperti kemarin, mungkin hari ini tetap berada pada sebuah
posisi cukup menguntungkan tapi tidak untuk ke depannya” berkata-kata sendiri.
Membuat
para kabinet berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain tanpa pengawalan
terdengar seru. Mereka bisa saja bermain di belakang ataukah memanipulasi data,
tetapi saya tidak akan terjebak. Mengancam habis-habisan sekaligus menekankan
satu pernyataan cukup membuat ketakutan. Mengirim mata-mata untuk melihat
system kerja di lapangan memang harus kulakukan. Bangsa dan Negara ini sedang
berada di ujung tanduk dalam segala aspek maupun karakter, jadi dunia pejabat
jangan mencoba bermain-main menghancurkan rakyatnya sendiri.
Dari
segi hutang Negara menempati posisi tidak masuk akal, lantas uang dari mana
untuk membayar kembali? Masalah korupsi dimana-mana menjadikan kekacauan
terberat hingga tak pernah ada kemajuan sejak awal pemerintahan dimulai. “Kau
pikir saya orang bodoh? Tidak menyadari area tempatmu sekarang di sebuah hotel
berbintang” menyerang salah seorang menteri melalui saluran telepon.
“Saya
menyuruh anda berpetualang memakai kaki bukan mobil mewah” kembali berkata-kata
lewat saluran telepon terhadap menteri lainnya.
“Jangan
coba-coba berdiri depan para wartawan atau mengungkapkan satu nada kalimat
kalau masih ingin menempati posisi tersebut…” cukup menekan.
Terserah
mereka akan berkata saya seorang iblis ataukah memainkan situasi sehingga
seolah-olah semua ini hanyalah pencitraan sang presiden. Kasih karunia kaki
tetap bisa berdiri, jadi saya tidak akan melewatkan satu detikpun. “Pertemuan
berikutnya, saya butuh bantuanmu” tanpa basa-basi langsung melontarkan
pernyataan di hadapan Hodre sang gadis remaja.
Semua
ini hasil perencanaannya sampai terjadi sesuatu hal di luar dugaan semua orang.
“Perintahkan mereka mengirim data-data segera melalui email dan kalau bisa
paling lambat esok, suka maupun tidak” nada ucapan seorang Hodre memang seperti
ini, terkesan sangat dingin.
“Walaupun
dikatakan data pengumpulan mereka hampir keseluruhan palsu?” menyerang satu
pertanyaan.
“Seperti
itulah” Hodre.
“Kenapa
kau mau melakukan semua ini?”
“Anggap
saja saya beramal banyak di belakang layar bagi bangsa dan Negara ini sebelum
pergi jauh tanpa bisa berbalik lagi” Hodre.
“Saya
tidak mengerti ucapan gadis dingin seperti dirimu”…
“Kau
tahu kan saya merencanakan ingin berlari mengejar mimpi jauh dari Negara di
tempat saya berpijak. Jadi apa pun alasannya memang seperti itulah
kenyataannya. Siapapun tidak akan bisa menghalangi cara saya berlari sekaligus
membuat satu pendakian pada satu objek gunung…” Hodre.
“Kenapa
juga saya bisa mempercayai pemikiran orang sepertimu?” bergumam sendiri menatap
ke arah gadis remaja tersebut.
Lupakan
semua pembicaraan antara saya dan gadis remaja itu. Tidak dapat di sangkal
beberapa objek belakangan ini di bawah hasil pemikirannya. Mengumpulkan seluruh
hasil pengumpulan data milik para menteri walaupun dikatakan sebagian besar
bersifat rekayasa semata. Menyuruh mereka kembali ke ibu kota sesuai arahan
sang gadis remaja.
“Data-data
mereka tidak layak pakai, kesimpulannya beri surat peringatan atau langsung
pada surat pemecatan” Hodre menyerahkan seluruh hasil pembuktian serta coretan
kiri kanan di setiap kertas berisi laporan data para menteri.
“Ceritanya
kau ingin beramal lebih dalam sampai melakukan semua ini?” entah bagaimana nada
pembicaraan beralih pada jalur lain.
“Anggap
saja saya ingin beramal luar biasa hingga tidak akan pernah bisa dilupakan…”
Hodre.
“Terserah”
menarik seluruh kumpulan kertas berserakan di atas meja satu per satu.
Singkat
cerita kisah sang pemimpin adalah berjalan memutari tiap meja para menteri
beberapa hari setelahnya. Menatap satu per satu raut wajah mereka menjadi
sebuah kata harus bagi rumus seorang presiden. “Baiklah, saya mulai dari
menteri khusus menangani seluruh wilayah pedesaan di negara ini…” memulai
pembicaraan sambil membuka lembar demi lembar susunan kata di depan mata.
“Laporan
asli atau palsu, tapi menurutku 99% palsu sekaligus hancur lebur” menyerang
kembali sambil merobek lembaran kertas di tanganku.
“Saya
tidak mengerti ucapan bapak presiden” menteri desa dan pembangunan daerah.
“Bisa
dikatakan hampir seluruh desa di Negara ini mengalami masalah sama seperti
pusat yaitu korupsi” menjabarkan baik-baik bahkan sejelas-jelasnya. Bagaimana
tidak korupsi, sedangkan pusat saja korupsinya luar binasa minta ampun
mengerikan. Kebanyakan dari mereka menyelewengkan kas Negara hingga pembangunan
tidak pernah dirasakan oleh penduduk setempat.
Kendala
paling besar cara berhadapan dengan kasus semacam ini. “Jangan asal menerima pencalonan kepala desa di tiap daerah, semua harus
menjalani beberapa proses baik secara sadar maupun tidak demi menguji tingkat
wawasan pola pikir sekaligus kejujuran para calon kandidat” ucapan Hodre
terngiang jelas semalam.
“Saya
butuh peraturan baru khusus bidang semacam ini” penekanan luar biasa. Minimal,
hanya memberi surat peringatan terhadap menteri tersebut dan setidaknya masih
mendapat kesempatan untuk memperbaiki apa yang telah rusak kemarin.
“Peraturan
semacam…?” menteri desa pembangunan.
“Pengiriman laporan kerja terlebih masalah pengeluaran
kas terhadap pembangunan desa di seluruh wilayah tiap harinya langsung ke pusat
terlebih tangan presiden. Jangan asal menerima kandidat kepala desa kiri kanan,
akhir cerita seperti inilah yang terjadi” penjabaran cukup meluapkan sisi
emosional.
“Desa
di Negara ini bukan hanya satu atau puluhan melainkan sangat banyak” menteri
desa pembangunan.
“Teknologi
sekarang kan sudah canggih terlebih masalah pengiriman laporan setiap hari.
Maka dari itu, saya akan membuat satu program untuk pengiriman data kerja baik
terlebih laporan keuangan bahkan bisa terlihat dengan jelas sesuatu yang
dikatakan mengganjal andaikan salah satu diantaranya mencoba bermain…” kalimat
sang pemimpin.
Jalanan
rusak, kemiskinan, pendidikan rendah, pengadaan air bersih, dan segala macamnya
menjadi masalah paling sering terjadi di sekitar area pedesaan. Seorang kepala
desa diharuskan menguasai beberapa program tertentu terlebih teknologi demi
perbaikan pengembangan sekaligus perubahan ke depan. Pemecatan besar-besaran
sepertinya harus terjadi di seluruh wilayah pedesaan Negara tercinta bagi
mereka yang berperan sebagai seorang kepala desa. Bukan hanya permasalahan
korupsi melainkan sikap cuek bahkan ketidaktahuan cara menjalankan program
kerja ataupun melakukan perubahan.
“Berlanjut
ke masalah hukum dan bisa dikatakan bidang ini menjadi akar paling sensitive
bagi siapa saja terlebih kalangan pejabat” berlanjut menatap menteri hukum di
Negara tercinta.
“Kau
pikir saya terlalu polos untuk dibuatkan manipulasi semacam ini” menyudutkan
menteri hukum dengan rasa geram…
“Saya
tidak mengatakan bapak polos” menteri hukum.
“Seluruh
datamu menipu, jangan asal membuat peraturan seenaknya bos” merobek
berkeping-keping seluruh laporan hasil miliknya hingga menghamburkannya ke
udara.
Menyuruhnya
membuat surat pernyataan pengunduran diri sebagai menteri hukum. Objek lain adalah
menunjuk orang lain untuk menggantikan posisi sebelumnya. Hukum di Negara ini
begitu mudah menjadi bahan permainan seluruh kaum bengis. Orang curi permen
penjara sepuluh tahun, sedangkan mencuri hak orang-orang lemah hukuman penjara
hanya berkisar dua tahunan. Pejabat tidak waras berada pada level paling parah.
Benar-benar stress tujuh keliling.
Mereka
yang berada di balik kejahatan korupsi memiliki anak buah hampir sebagian besar
dalam dunia hukum, jadi sangat mudah untuk bebas berekspresi ataupun terbebas atas
kasus tuduhan. Berjalan lurus tanpa cacat memang sangat sulit ketika berada
sekitar area pemerintahan terlebih dunia hukum. Dua pilihan antara bertarung
nyawa atau diam seribu bahasa?
“Pembangunan
sebuah sel di pulau paling terpencil bersama ratusan perangkap akan dibangun
secepatnya” pernyataan tak terduga di hadapan para menteri.
“Kalau
boleh tahu sel apa yah pak?” salah satu menteri mengajukan pertanyaan.
“Sel
penjara bagi para koruptor. Pulau tersebut berada jauh dari kehidupan…” jawaban
tanpa basa-basi terhadap mereka.
“Kenapa
mendadak gitu?” menteri perekonomian.
“Biar
kalian yang merasa berada pada garis KKN cepat berada di sana, ngerti?” seolah
mereka berpura-pura bodoh untuk tidak memahami. Keputusan paling tepat walaupun
dikatakan secara tiba-tiba dan terkesan sangat berani…
Bangunan
sel tersebut terdiri dari kepungan perangkap dalam air memutari pulau selain
yang berada di darat maupun udara di tempat itu. Pemimpin sebelumnya Negara ini
memang tidak berani mengambil resiko akan aturan, kenapa? Dikarenakan banyak
factor di antaranya sedikit terlebih banyak terlibat satu kasus tertentu,
pertarungan nyawa, kelemahan-kelemahan di sebuah area sehingga menjadikan
kekuatan para lawan luar maupun dalam. Tidak mudah memang untuk menjadi seorang
pemimpin bebas dari kata kotor atau ungkapan suci.
Mujizat
luar biasa andaikan seseorang dapat tetap berdiri pada satu tempat dengan
system tanpa cacat di Negara tercinta. Seseorang yang sadar akan sebuah sinar
butuh ribuan perjuangan, strategi sangat halus tanpa disadari oleh semua orang
sekitar, pekah terhadap objek setitik sekalipun, bahkan harus siap kehilangan
orang-orang terdekat termasuk nyawa sendiri.
Kondisi
sejak awal hingga sekarang bersama ribuan kasus di segala bidang menyulitkan
pemulihan dalam Negara ini sendiri. Ibaratnya dalam dunia medis bahwa seseorang
terdiagnosa kanker stadium akhir dan hanya pergumulan mujizat saja dapat
membawanya pada satu kesembuhan, itupun tidak secara langsung dan harus melalui
tahapan demi tahapan.
Seperti
di satu gedung terdapat sebuah bom yang sebentar lagi meledak. Sang penjinak
bom sedang diperhadapkan harus memutuskan salah satu kabel untuk menyelamatkan
nyawa ribuan orang. Kesempatan untuk memotong hanya sekali serta harus berpikir
cepat. Mujizat andaikan memilih satu kabel paling tepat. Hanya KEKUATAN DOA
yang bisa menyelamatkan bangsa dan Negara ini bukan kejeniusan seorang manusia.
Negara ini tidak kekurangan orang jenius, tetapi kenapa tetap tidak ada
perkembangan setimpal? Permasalahan karakter menjadi dasar utama selain
objek-objek lainnya.
“Pertemuan
akan kembali terjadi tiga hari lagi” menutup rapat antara para menteri.
Diam
merenung memikirkan keadaan ke depan seperti orang bodoh. Haruskah saya
berbohong dan berkata Negara serta bangsa ini sedang baik-baik saja? Pada hal
kenyataannya tidak sama sekali. Perebutan kekuasaan dalam segala aspek di
seluruh wilayah jauh lebih menarik
dibanding memikirkan satu penjabaran akan penyelesaian walaupun dikatakan hasil
tersebut tidak sampai melebihi 1%.
Anggota
dewan hanya tahu duduk saja dalam sebuah aula gedung pemerintahan besar tanpa
pernah bisa memecahkan masalah. Ulah permainan mereka sudah kelewatan.
Mementingkan diri sendiri atau pengetahuan wawasan mereka hanya bercerita
sekedar memasang wajah juga duduk manis sekitar kursi dewan. Hebat betul?
Seenaknya membuat peraturan hukum tidak masuk akal sampai membuat kerusuhan di
segala wilayah.
Generasi
muda melalui forum mahasiswa sengaja dipancing bahkan menjadi area permainan
mereka bersama tokoh-tokoh tertentu. “Ayah belum tidur?” tiba-tiba saja Zahlee
datang dengan rambut terurai panjang.
“Anak
ayah rupanya belum tidur juga” tersenyum mendekap gadis kecil.
“Zahlee
ingin tidur di samping ayah” bergelut manja.
“Kakak
Hodre bagaimana?” menatap hangat.
“Sudah
tidur pulas di kamar” Zahlee.
Gadis
remaja paling dingin tertidur pulas terdengar lucu. “Ayah jangan memberi tahu
kakak Hodre” Zahlee.
“Tentang?”
“Zahlee
menggambar badut lucu” Zahlee.
“Maksudnya,
gadis kecil ayah jahil ma kakak Hodre?” menebak pikirannya.
“Zahlee
takut kalau ka’Hodre bangus terus tersadar terus menerkam wajah imutku,
gimana?” Zahlee.
“Kakak
Hodre kan sayang Zahlee”…
“Tetap
saja Zahlee takut” wajah gadis kecil menunduk.
“Biarkan
Zahlee tidur di sini” Zahlee tanpa basa-basi segera berbaring di ranjang bahkan
tidak menunggu waktu lama buat tertidur pulas.
Tuhan,
cukup Adiv diambil dariku dan jangan birkan gadis kecilku lenyap seketika
karena perbuatanku sendiri. “Adiv hanya
ingin ayah memperbaiki semuanya. Melihatmu dari atas sana berjuang membuktikan
kalau ayah memang presiden terbaik di mata semua orang bukan iblis…” ucapan
Adiv kembali terngiang.
“Ayahku bukan presiden jahat, tapi ayahku
seorang presiden sekaligus sahabat buat semua orang terlebih rakyat lemah”
selalu saja...
Satu-satunya
anak yang kumiliki sekarang hanya Zahlee, bagaimana jika para lawanku
memakainya sebagai alat kelemahan sang presiden? Tuhan, harta paling berharga
sekaligus mahkota seorang ayah sepertiku adalah putriku satu-satunya. “Jangan
menghukum ayah karena kepergian kakak Adiv” suara hati berbisik menatap sang
gadis kecil.
“Zahlee
harus terus bertahan hidup buat ayah. Jaga bunda kalau-kalau sesuatu terjadi
terhadap ayah…” mengecup hangat kedua mata putri kecilku Zahlee yang sedang
tertidur pulas. Beruntung saja Zamira belum masuk kamar bahkan masih berada di
samping Izryel. Mereka berdua belum menyadari orang di depannya bukanlah Adiv
melainkan orang lain dengan kemiripan wajah yang sama…
“Suamiku
pemimpin terbaik di negeri ini,” Zamira memperdengarkan suaranya seketika. Dia
menyadari apa yang sedang kupikirkan sekarang terlebih tahu betul bagaimana
ribuan hingga ratusan ribu komentar jahat tiap harinya memainkan peran di dunia
medsos. Tidak perduli betapa hebat bangsa sekaligus lawan politik menyerang
suaminya, tetap saja selalu berdiri di samping bersama senyum penuh makna
kekuatan.
“Ternyata
Zahlee pengen tidur ma ayahnya sampai beralasan segala…” Zamira.
“Jadi
kau mendengar percakapan kami? Kenapa tidak masuk saja?”
“Membiarkan
gadis kecil bersama sang ayah kedengaran menyenangkan dibanding merusak
suasana” Zamira.
Beruntung
saja saya tidak berucap aneh-aneh mengenai Adiv tadi. Mengelus dada dalam-dalam
dikarenakan rasa takut luar biasa. Betapa hancur hati seorang ibu mendengar
putra sulungnya rela mengorbankan nyawa sendiri demi sang ayah paling kejam
sedunia. Sekelompok orang sengaja menculik kami sampai membuat semua terlihat
gelap. Saya sadar mereka hanya suruhan dari beberapa tokoh-tokoh penting atas
kasus proyek bersama kekuasaan politik. Seperti itulah dunia politik bercerita
tentang kekejaman juga permainan. Hidupku kemarin berada dalam lingkaran gelap,
sampai akhirnya saya mencoba untuk berlari keluar. Wajar seluruh rakyat
melemparkan caci maki dan hanya berpikir negative tentang segala perjuanganku
untuk memperbaiki semuanya.
“Kenapa
wajahku berubah jadi hancur?” pagi-pagi sekali gadis remaja sedingin es menatap
wajahnya pada cermin.
“Jangan
memarahi Zahlee” kedua kaki melangkah masuk ke kamarnya.
“Dimana
dia?” Hodre sedikit kesal.
“Masih
tertidur pulas” menjawab pertanyaannya.
“Kenapa?”
Hodre.
“Saya
butuh beberapa bantuanmu lagi” menyadari makna pertanyaan kenapa dari seorang
Hodre.
“Hari
ini saya tugas piket, jadi sepertinya harus cepat berangkat sekolah” Hodre
segera beranjak dari kursinya.
“Saya
tunggu pulang sekolah di rumah”…
“Kenapa?”
Hodre.
“Saya
menyukai hasil pemikiran gadis sepertimu, sepertinya” menjawab sebelum akhirnya
berjalan keluar meninggalkan sang gadis terdingin.
Bagian 7…
Saya
pikir gadis itu tidak mungkin pulang cepat hanya demi satu pernyataanku tadi,
ternyata dugaanku salah. “Di sekolah lagi rapat” Hodre menatap ke arahku masih
memakai seragam sekolah.
“Kenapa?”
sekarang saya balik bertanya.
“Kau
menginginkan saya berada di depanmu kan?” Hodre.
“Kenapa?”
kembali melemparkan pertanyaan tersebut.
“Anggap
saja saya ingin beramal banyak terhadap bangsa ini di belakang layar tanpa
seorangpun menyadari sesuatu” Hodre menyadari
maksud pertanyaanku.
“Di
ruang kerjaku ada banyak data-data file berhamburan mengenai permasalahan
keuangan Negara” berjalan menuju sebuah ruang.
“Kenapa?”
Hodre.
“Saya
menyukai pemikiranmu bahkan terlalu percaya bagaimana seorang gadis remaja
mencoba mengemukakan solusi termasuk laporan penjabaran keuangan” jawaban
tersebut cukup menjabarkan pertanyaannya.
“Izryel
mana?” bertanya lagi.
“Dia
di belakangmu sekarang” Hodre.
Saya
baru menyadari anak remaja laki-laki itu telah lama berdiri di belakangku. Anak
kembar sepertinya memiliki kualitas otak jauh lebih baik dibanding para anggota
dewan yang hanya bisa memamerkan tampang semata. Mereka berdua hanya
menggerakkan tangannya tanpa berkata-kata lagi terhadapku. Memeriksa
laporan-laporang masalah keuangan Negara kemudian saling menatap satu sama
lain.
Berbicara
masalah keuangan tentu akan berada sekitar area kasus-kasus paling sensitive.
Banyak orang terjerumus oleh satu objek terbaik dunia yaitu uang terlebih
golongan pejabat. Di Negara ini terlalu sulit bagi golongan pemerintah untuk
tidak jatuh ketika berhadapan dengan uang. Semua ini kenyataan hidup dan tidak
dikatakan seolah saya hanya bercerita hal-hal bersifat negative akan segala
objek di Negara tercinta.
Sampai
hal-hal terkecil sekalipun hanya akan selalu bercerita tentang dunia korupsi.
Fakta yang ada menyatakan rakyat hancur berkeping-keping dan kenyataan ini bukan
hoax semata. “Kasus keuangan Negara terlalu berat” Izryel menggeleng-gelengkan
kepala.
“Korupsi
dimana-mana, bagaimana tidak hancur” Hodre.
“Saya
butuh jus segar” Izryel melepas seragam sekolahnya hingga menyisahkan tshirt
semata.
Segera
memesan jus segar buat mereka berdua melalui saluran telepon. Hutang Negara,
beban untuk pengelolahan perbaikan, korupsi, dan beberapa objek keuangan lain
berbaur menjadi satu. Penyimpangan pajak pun terus saja terjadi di mana-mana
hanya belum terbaca saja. Fakta di lapangan membuktikan bahwa uang merupakan
objek paling menyakitkan sekaligus iblis bagi siapapun itu. Kenapa dunia
pejabat selalu goyah tanpa ampun? Jawaban paling tepat adalah kekuatan iblis
pada sejumlah uang sebagai objek terhebat sekaligus pondasi…
Uang
memang begitu sensitive bahkan lebih dari kata tersebut ketika berjalan di
suatu area tertentu. Banyak wanita rela menjajahkan tubuh mereka demi sejumlah
uang dan ini menjadi contoh kecil dalam kehidupan bermasyarakat. Masalah
pejabat Negara ini adalah selalu saja kaget melihat satu objek keuangan sampai
rela menghancurkan apa pun di depan mereka. Baik mereka yang sudah sejak lama
memiliki asset kekayaan maupun kondisi asset berada pada level biasa tetap akan
berbicara lain tentang objek permasalahan tersebut.
“Satu-satunya
cara adalah kau harus memperketat laporan keuangan Negara terlebih masalah
perpajakan, kenapa? Karena sifatnya terlalu sensitive” Izryel.
“Tingkat
kejujuran dan system pengelolahan harus seimbang di sini…” Hodre.
“Maksudnya?”
bertanya terhadap mereka.
“Jujur
saja tidak cukup” ucapan dingin Hodre.
Memang
betul ucapan mereka mengenai keseimbangan keuangan. Anggaran, pajak, bea-cukai,
perbendaharaan, kekayaan Negara, system pengelolahan dibutuhkan orang-orang
yang handal menganalisa sekaligus menguasai keadaan selain kata jujur. “Terlalu
banyak manipulasi bahan anggaran jika di selidiki lebih lanjut” Hodre.
“Jadi?”
hanya pertanyaan tersebut dapat terlontar.
“Kalau
saya berperan sebagai pemimpin Negara, yah tentu…” Hodre.
“Apa
yang akan dilakukan gadis dingin sepertimu?”
“Saya
akan mencari orang paling tepat dalam bagian-bagian keuangan seperti anggaran,
pajak, bea-cukai, perbendaharaan, kekayaan, system pengelolahan dikarenakan
permasalahan sensitifitas dalam bidang ini sangat kuat” Hodre.
“Selain
itu mampu membaca laporan keuangan dari segala arah baik pusat maupun daerah
terpencil sekalipun. Masuk logika hanya untuk pembelian permen atau laptop
sampai makan biaya overdosis, mending itu lebih kacau lagi pengadaan buku atau
pulpen…hanya orang bodoh yang bisa dipermainkan semacam ini” Hodre.
“Berarti
saya harus?”
“Menteri
keuanganmu juga harus menguasai bahkan selalu pekah terhadap seluruh laporan. Jujur
saja, dari segala arah bersifat ganjil hanya belum diperiksa kiri-kanan…tebak
sendiri” Izryel.
Singkat
cerita permasalahan ini adalah memperketat setiap anggaran serta pengelolahan
keuangan lebih ketat. Memerintahkan seluruh
wilayah agar mengirim laporan pengeluaran dan pemasukan setiap harinya.
Membuat program laporan data melalui beberapa tahap serta langsung
menghubungkan antara pusat juga seluruh daerah. Program ini harus bisa membaca
langsung andaikan terdapat kejanggalan-kejanggalan terlebih manipulasi data.
Menanda tangani permintaan pun harus melalui beberapa tahapan demi menghindari
ribuan alasan pejabat yang sebenarnya ingin dimasukkan ke kantong bukan tujuan
pembangunan.
Penyediaan
peralatan atau program proyek tidak akan diberikan dalam bentuk dana melainkan
benda fisik sesuai kebutuhan. Andaikan permintaan laptop pada satu area,
berarti harus berupa laptop juga diberikan bukan dalam bentuk sejumlah uang.
Pemegang keuanganpun harus jujur di sini, bisa saja permainan juga dimainkan.
Namanya uang tentu sifatnya sensitive serta menjadi gambaran iblis untuk
menghancurkan kalau iman goyah.
Pemasangan
cctv di seluruh wilayah pemerintah kantor keuangan terlebih perpajakan/
bea-cukai harus benar-benar ketat dan terhubung langsung ke kantor pusat juga
bagian penanganan korupsi. Mereka yang berada depan cctv harus benar-benar memperhatikan
seksama bagaimana system kerja di seluruh wilayah maupun pusat serta mampu
menguasai pergerakan tubuh seseorang selain beberapa objek. Kantor pemberantas
anti korupsi pun harus bisa memantau semua tindak tanduk jalannya pemerintahan.
Laporan
data tiap hari dari seluruh wilayah daerah maupun pusat harus masuk ke kantor
pemberantas anti korupsi, ada atau tidaknya keganjilan data selain di satu
tempat khusus pemeriksaan di pusat. Tentu ada begitu banyak pertanyaan
bermunculan serta memainkan peranan sehingga terjadi penolakan di segala
tempat.
Suka
atau tidak demi proses pembangunan ke depan maka akan terjadi pemotongan gaji
besar-besaran. “Gaji seluruh pejabat di mulai dari presiden, wakil presiden,
anggota dewan, gubernur, sampai kedudukan-kedudukan tertinggi pada beberapa bidang
lain untuk beberapa waktu harus terjadi pemotongan demi melakukan perbaikan
terlebih mencari jalan keluar tentang masalah hutang Negara yang menumpuk tujuh
keliling.” Keputusan tiba-tiba menjadikan seluruh pejabat berteriak mati
sekaligus jantungan habis-habisan…
Banyak
pejabat menganggap remeh masalah hutang Negara, pada hal kenyataannya tidak
akan ada yang bisa memprediksi ke depan seperti apa. Jangan asal memainkan
hutang kiri-kanan sedangkan keadaan dunia di luar sana kelak akan bermain. Permasalahan
ekonomi, perselisihan diantara beberapa pemimpin dunia (baik dari segi pendapat
dan pengambilan keputusan untuk memecahkan sebuah masalah, dan lain
sebagainya), perluasan wilayah bisa saja menjadi titik kehancuran total Negara
ini sehingga menjadi objek tidak terduga terlebih kapasitas hutang sangat
mengerikan. Negara-negara raksasa saja bisa goyah, apa lagi bangsa seperti ini.
kelak, percaya ataupun tidak, hanya terdapat seorang saja pemimpin dunia. Demi
menjalankan aksinya, pemimpin tersebut akan sengaja masuk ke seluruh bangsa
dengan peran iblis berwajah malaikat.
Seluruh
Negara berhasil ditaklukkan melalui ribua cara paling halus di segala bidang
terlebih kondisi keuangan. Pencurian data makin sengaja dilakukan sekitar
belahan dunia terlebih file keuangan demi memainkan satu drama tertentu.
Berperan sebagai malaikat penolong dalam hal pemulihan maupun perbaikan di
beberapa bidang, sampai suatu ketika seluruh Negara berada dalam genggaman
tangannya. Inilah kenyataan dan fakta bukan sekedar hoax belaka. Keenakan
pemerintah sebelumnya dan yang pusing pejabat baru pada saat itu sedang
memerintah ketika permainan dan permasalahan dunia saling berhubungan. Terlalu
di sayangkan…
Kenapa
tidak sekalian jual saja Negaramu terhadap bangsa lain. Memerintahkan penggunaan
uang pada area paling penting saja serta mencari jalan keluar penyelesaian
pengolahan kekayaan Negara sebagai pemasukan. “Bagaimana sumber pendapatan
masing-masing daerah?” bertanya terhadap dua anak kembar yang masih remaja di
hadapanku sekarang.
Setelah
beberapa hari mengejutkan public melalui keputusan-keputusan tidak terduga oleh
sang pemimpin, akhir cerita tangan masih sibuk mencari objek-objek lain. Di
balik seorang presiden Kaska terdapat dua anak remaja masih berusia belasan.
Andaikan mereka semua menyadari, tentu akan menjadi bahan pro kontra di segala
tempat. “Salah satu pemasukan Negara tentu pajak kan?” Hodre.
“Lantas?”
bertanya sambil terus memainkan pena. Kami bertiga masih berada di ruang kerja
pribadi milikku dan tidak seorangpun bisa masuk begitu saja selain dua anak
kembar di rumahku sekarang. Kepergian putra sulungku Adif sampai pertemuan tak
terduga dengan mereka seperti sebuah misteri dari sang Ilahi. Tamparan terkeras
bagi seorang ayah gagal sepertiku, tetapi sang pencipta pun sengaja mengirim dua
pribadi untuk menolongku…
“Titik
berat oknum maupun anggota pemerintah bidang perpajakan selalu saja berperan
gila di dalam…” Izryel.
“Sekali
lagi saya tekankan, harus ada program laporan perpajakan paling ketat di
seluruh wilayah baik struktur maupun penyusunan program computer yang bersifat
menjebak sehingga terlihat jelas objek data bersifat penyimpangan” Hodre.
“Andaikan
pajak bersih, tentu kas pemasukan Negara dapat membayar sekaligus melakukan
perbaikan terhadap bangsa ini setahap demi setahap. Pemulihan dalam waktu
singkat dengan kondisi seperti sekarang, sangat mustahil…” Hodre berkata-kata
lagi.
“Uang
selalu menjadi iblis dengan karakter iman ngacau. Seperti kisahku dulu hampir
memasuki jurang secara utuh dan tidak akan mungkin kembali…” menertawakan diri
sendiri.
“Itu
masa lalu kan” Izryel.
“Tentu,
tetapi tetap saja menjadi iblis seperti mereka kan?” …
“Kau
hanya tersesat sesaat” Hodre berkata-kata dengan wajah tak ingin melihat ke
arahku.
“Pejabat
sekarang seperti hanya menganggap seolah tidak ada hal mengerikan, kenyataan
yang ada adalah terdapat objek menghanyutkan luar binasa dibalik kondisi
perekonomian bangsa dan Negara tercinta” menarik nafas dalam-dalam…
“Presiden
Kaska pasti bisa menghadapi semua” Izryel menepuk-nepuk bahuku.
“Kalau
boleh tahu makna dibalik namamuu?” Izryel menatap lagi sambil tersenyum.
“Mamaku
berkata kalau segala sesuatu yang terjadi dalam jalanku adalah kasih karunia
alias kemurahan alias anugerah semata” menjawab pertanyaan anak laki-laki
remaja di hadapanku…
“Kaska
berarti kasih karunia sama seperti bangsa Negara tempat berpijak sekarang
benar-benar anugerah/kasih karunia/kemurahan sang pencipta semata hingga dapat
tetap bertahan, pada hal kenyataannya segala sesuatunya serba hancur…”
berkata-kata kembali.
“Kemungkinan
di suatu tempat tersembunyi terdapat beberapa kelompok tertentu sedang berjuang
memanjatkan doa luar biasa sampai tidak makan/minum agar Negara ini tetap
berdiri. Inilah kenyataan yang pernah ada…” Hodre.
“Dari
mana kau tahu?”
“Saya
pernah melihat kelompok-kelompok seperti itu” jawaban dingin seorang Hodre.
“Maka
dari itu jangan hilangkan harapan mereka” Izryel.
Saling
bertukar pikiran antara satu sama lain memang terksesan aneh, tapi punya seni
buatku pribadi. Berjalan di antara ribuan ombak mempunnyai cerita lain bahkan
sebuah misteri ilahi.
Bagian 8…
Sesuai
perkiraan sebelumnya, perang mulut sedang terjadi di dunia medsos akibat
kebijakan-kebijakan tegas sang presiden. Banyak juga berkata-kata tentang
kemunafikan pemimpin bangsa hanya demi mengelabui atau ingin tetap bertahan
pada kursinya. Wajar mereka berpikir seperti itu. Kenapa? Satu kata
‘kepercayaan’ telah kuhancurkan sendiri melalui gerakan-gerakan aneh kemarin
jauh sebelum terjadi pertobatan dalam jalan hidupku.
Terlalu
sulit memberi satu kesempatan kembali dikarenakan luka masa lalu begitu
menyakitkan. Kejadian lebih parah lagi adalah beberapa tempat menginginkan
kemerdekaan sendiri alias berdiri sendiri. Kenyataan yang ada adalah bangsa ini
sedang dalam kondisi perpecahan satu sama lain. Di satu tempat terdapat suku
yang menganggap diri mereka jauh lebih jenius dibanding lainnya. Di tempat lain
ada pula menyatakan sumber kekayaan paling nomor satu sehingga Negara tidak
bisa berbuat apa-apa. Beberapa kriteria di mana tanpa sadar bersifat
kesombongan sekaligus menimbulkan perpecahan.
Menganggap
daerah paling jenius, sumber pendapatan kekayaan terbesar, tersuci diantara
segala aliran pengikut sang pencipta, tercantik/tertampan, pemikiran yang
menyatakan selalu benar sehingga semuat tempat tetap saja salah, dan segala
macam menjadi kriteria bangsa ini. Masing-masing daerah memiliki satu titik
kelebihan serta kekurangan sehingga harus saling menutupi bukannya saling
menghina baik secara halus maupun main kasar.
“Bagaimana
bapak presiden menanggapi pernyataan beberapa daerah yang ingin merdeka dan
berpisah dari Negara ini?” pertanyaan wartawan.
Barisan
wartawan berkumpul heboh setiap saat demi meliput satu objek yang dianggap
menjadi perhatian public pada umumnya. Gedung pemerintah terus saja di
kelilingi para jurnalis bersama awak media tanpa menyerah. Terkadang hal
mengerikan di antara beberapa kelompok dari mereka sengaja menciptakan
bumbu-bumbu penyedap rasa sehingga memperpanjang situasi paling rumit. Media
dan wartawan dapat di ibaratkan nuklir yang kapan saja meledak menghancurkan
siapapun andaikan memilih jalur salah untuk berlari.
Kerusuhan
demi kerusuhan terus saja terjadi sekitar wilayah yang ingin mennyatakan
kemerdekaannya sendiri. Masalah biasa seolah sengaja dibuat dramatis tanpa
berpikir panjang. Perjuangan melakukan perbaikan terhadap bangsa seperti ini
memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun dikatakan tangan
berjuang hanya demi satu kata pemulihan, tetapi bisa dikatakan sebagian besar
pejabat memakan rakyatnya sendiri sehingga semakin menghancurkan segala sesuatu
yang ada…
Hubungan
antara wilayah yang ingin merdeka dan pejabat memakan rakyat sendiri dimana?
Entahlah di mana. “Bagaimana cara bapak selaku pemimpin Negara menghadapi kasus
seperti sekarang?” pertanyaan salah seorang wartawan kembali ketika sedang
berjalan keluar meninggalkan gedung anggota dewan.
Polemik
system pemerintahan dimulai dari pertukaran pemimpin daerah, pernyataan depan
media, perubahan program kerja, penyerangan terhadap para menteri, dan tetap
ingin bertahan bahkan berperan sebagai sang pemimpin sedang gencar diberitakan
oleh lapisan media. Masalah sekarang adalah berpikir dengan kepala dingin
menghadapi beberapa wilayanh yang ingin berdiri sendiri serta menyatakan
perpisahan.
“Para
lawan politik sepertinya sedang menertawakan jalanku sekarang” diam merenung
seorang diri jauh dari ibu kota. Menatap sebuah batu nisan di tengah hutan
belantara dan tertawa seolah-olah saya tidak lagi dalam situasi waras. Mereka
membunuh putraku, menekan hidupku melalui ribuan cara, menginginkan kejatuhan
sang presiden, dan masih banyak lagi membuatku seakan ingin berlari jauh.
Situasi lawan politik, permasalahan Negara, kerusakan karakter bangsa,
kerusuhan, beberapa wilayah terus mendesak kemerdekaannya juga menjadi hal
tersulit bagi jalanku ketika kaki tetap menyatakan untuk tetap berdiri.
“Adiv hanya ingin ayah memperbaiki semuanya,”
kenapa juga kalimat tersebut terus berkumandang memenuhi gendang pendengaranku.
Memperbaiki
semua merupakan hal terbodoh yang harus kulakukan. Rakyat membenciku sekaligus
menganggap presiden mereka hanyalah iblis paling kejam tanpa belas kasih.
“Sudah kuduga, sang presiden bersembunyi di tempat seperti ini” satu suara
seorang wanita mengejutkan diriku tiba-tiba.
“Kenapa
kau bisa menyadari letak…” ucapku terpotong.
“Zahlee
histeris ketakutan mencari ayahnya karena semalaman menghilang ditelan bumi
tanpa kabar” Hodre.
“Karena
perbuatanmu, saya harus absen sekolah” Hodre.
“Jadi
saya penyebab semuanya?”
“Jangan
seperti orang bodoh terlihat lemah. Kenapa tidak bunuh diri saja sekalian kalau
memang bosan hidup…” Hodre.
Gadis
remaja dingin menyatakan sebuah nada kalimat aneh. “Kembali dan selesaikan
masalahmu! Hadapi mereka!” Hodre.
“Sangat
sulit” tertawa sinis.
“Kau
bilang ingin menjadi pengganti ayahku tapi kelakuanmu seperti manusia bodoh”
Hodre.
“Sejak
kapan?”
“Ayahku
punya kekuatan luar biasa sewaktu hidup, kenapa kau tidak mencoba menjadi
seperti dirinya” Hodre melemparkan sebuah kunci mobil ke arahku.
Singkat
cerita, saya tidak lagi bertanya atau membalas pernyataannya. Kami kembali ke
ibu kota tanpa berkata-kata antara satu sama lain selama perjalanan. Bagaimana
bisa gadis remaja itu menyadari keberadaanku? Hidup sulit ditebak bahkan selalu
menjadi misteri ketika berjalan melewat sebuah objek.
“Zahlee
berhenti nangis dong” Izryel berusaha menghentikan tangisan gadis kecil.
“Ayah”
teriak Zahlee menyadari ayahnya sedang berdiri di hadapannya sekarang.
“Kupikir
ayah akan menghilang lagi seperti kemarin” gadis kecil memelukku kuat seakan
rasa takut jauh lebih kuat bermain dalam dirinya.
“Siapa
bilang ayah menghilang?” mendekap hangat gadis kecil.
“Zahlee
takut kalau ayah pergi” Zahlee.
“Takutnya
kebangetan” sekali lagi Zahlee mengungkapkan rasa takutnya.
Seolah
gadis kecil menyadari sesuatu hal yang tidak mungkin akan kembali lagi. Entahkah
dirinya merasakan sosok Adiv berganti menjadi orang lain. “Suamiku pasti bisa
menghadapi apa pun objek di hadapannya” suara Zamira mengejutkan tiba-tiba…
Menidurkan
gadis kecil, tetapi tidak merasakan kehadirannya. Hal terkacau adalah Zamira
tetap tersenyum manis tanpa melemparkan ribuan pertanyaan tentang segala hal.
Bangsa ini dapat saja memberi hinaan, pandangan sebelah mata, mengkritik segala
hal yang kulakukan, namun tidak berlaku buatnya. Kata percaya jauh lebih kuat
bermain dibanding menciptakan sebuah pertanyaan.
Seluruh
media menyoroti keberadaannya, namun senyum bijak tetap terpancar. Bisakah saya
terus menerus menutup rapat kepergian putra kami Adiv? “Maaf selalu saja
membuatmu tidak pernah bisa berjalan dengan rasa bangga sebagai istri sang
pemimpin” wajah tertunduk dan tidak berani menatap ke arahnya.
“Kau
hanya butuh waktu, mengubah atau mengejar satu titik objek memang tidak mudah…”
pernyataan seolah dia tahu apa yang sedang kupikirkan.
“Wajar
mereka membenci hidupku sebagai seorang pemimpin dikarenakan satu kata serakah
dan tidak mengenal belas kasih sama sekali” mencoba mengemukakan satu kejujuran
di hadapannya.
“Tapi
kau berbalik bahkan berjuang keras” Zamira.
Dia
selalu menyadari atas setiap tindak tanduk kehidupan suaminya. “Kenapa tetap
diam membisu pada hal apa yang kulakukan kemarin salah?” melempar sebuah
pertanyaan.
“Istri
bijak menunggu waktu terbaik, mengenal pasti kapan harus berkata-kata, dan
memakai lututnya untuk menyatakan perasaannya di hadapan sang pencipta di suatu
tempat tersembunyi tanpa menampakkan wajah keluh kesah depan semua orang
termasuk suami sendiri” Zamira.
Menunggu
waktu menjadi kunci utama kisahnya untuk memulai. Tidak pernah melontarkan
keluh kesah atau menginginkan sesuatu hal yang lebih hanya demi memenuhi
kebutuhan hidupnya sebagai seorang istri. Sejak awal pernikahan sampai detik
sekarang memang seperti itulah hidup seorang wanita bernama Zamira. Beruntung
kedua anakku tidak mewarisi sifat sang ibu bukan sifat terburuk dalam diriku
pribadi.
“Saya
akan menghadapi mereka semua” berusaha memperbaiki dasi biar terlihat lebih
rapi pagi ini. Merenung sepanjang malam serta membayangkan bagaimana pernyataan
Zamira menjadi kekuataan tidak ternilai…
Mengumpulkan
pihak media sepertinya menjadi alternative terbaik buatku sekarang.
permasalahan beberapa wilayah ingin menyatakan kemerdekaan sampai terjadi
kerusuhan demi kerusuhan harus saya hadapi. Kata lari bukan alasan paling tepat
menyelesaikan segala perkara.
“Mungkin
kata ini tidak dapat memberi pengaruh sama sekali, hanya saja saya ingin
meminta maaf sebesar-besarnya andaikan telah melukai kalian selaku rakyat kecil
terlebih pada beberapa wilayah yang seolah merasa terkucilkan…” memulai
mengungkapkan…
“Satu
hal masing-masing suku ataupun wilayah memiliki kelebihan dan kekurangan. Mata
tidak dapat berkata kepada tangan, aku tidak membutuhkan engkau. Kepala tidak
dapat berkata kepada kaki aku tidak membutuhkan engkau. Satu hal yang pasti
bahwa justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah ternyata paling
dibutuhkan,” berkata-kata kembali.
Seluruh
media meliput setiap ucapanku hari ini. Entahkah dapat meredam situasi ataukah
hanya akan dianggap sebagai angin lalu. “Sama seperti kehidupan bangsa ini saling
membutuhkan antara satu sama lain. Bukan karena saya ketakutan wilayah
penghasil terbesar Negara akan berpisah dan menciptakan pemerintahan sendiri.
Membentuk satu Negara serta menyatakan kemerdekaan bahkan memulai pemerintahan
baru tidak semudah yang dibayangkan”...
“Maksud
arah pembicaraan bapak presiden?” seorang wartawan melemparkan sebuah
pertanyaan di sela-sela pernyataan saya tadi.
“Mengandalkan
sumber kekayaan terbesar tidak cukup untuk memulai pemerintahan baru terlebih
terdapat kekurangan dalam wilayah kalian tidak dapat menutupi dari segala
bidang. Kualitas Pola pikir, karakter, terobosan, perbedaan untuk mengubah,
skil, sumber daya manusia jauh lebih berperan dibanding hanya mengandalkan sumber
kekayaaan terbesar semata untuk pembentukan pemerintahan sendiri…”
“Seperti
yang saya ucapkan tadi masing-masing wilayah mempunyai kelebihan tersendiri dan
harus saling menutupi. Bijak menanggapi segala sesuatu jauh lebih baik
dibanding memakai sisi emosional untuk menghancurkan wilayah sendiri. Sekian
dan terima kasih,” menutup kalimat tersebut.
Saya
hanya berusaha berkata jujur di hadapan mereka dan itulah yang sedang terjadi.
Minimal mencoba dari pada tidak sama sekali. Seorang presiden sepertiku ingin
belajar merendahkan hati bahkan kaki terus saja berteriak agar tetap berdiri
apa pun keadaannya. Kenyataan yang ada dibeberapa tempat, bahwa beberapa
kerusuhan selalu saja proses penambahan bumbu-bumbu penyedap rasa dimainkan
oleh pihak-pihak tertentu. Entah karena factor kebencian, merasa paling benar,
sombong, politik, dan objek-objek lain sehingga orang-orang yang tidak tahu
apa-apa menjadi korban. Jangan karena keserakahan maupun nafsu pribadi sampai
memakan rakyat sendiri.
“Minumlah!”
sosok Izryel tiba-tiba saja berdiri memakai seragam sekolah menyodorkan sebotol
air mineral. Anak kembar itu hadir di tengah kerumunan wartawan. Tindakan lebih
gila lagi membawa lari sang pemimpin Negara dari kerumunan media.
“Saya
ingin mengajakmu berpetualang sehari penuh tanpa gangguan” Izryel memberi
sebuah bungkusan.
“Berarti
kau bolos sekolah dong?”
“Hanya
sehari. Sejak tadi juga saya bolos…” Izryel.
Menyamar
sebagai rakyat jelata dengan hanya memakai kaos dipadukan jeans usang. “Jangan
lupa topinya” Izryel. Dia seperti sengaja melakukan semua ini. Melupakan jas kebesaran
sang presiden, sepatu mengkilap, dasi, pengawal, dan permasalahan Negara yang
tak kunjung menghilang.
“Lupakan
semua masalah Negara, nikmati hidupmu sekarang!” Izryel.
Berada
di jalan menyantap beberapa jajanan sekitar warung-warung kecil. Bermain
kelereng bersama sekelompok anak kecil sampai membuat Izryel histeris
berteriak. “Kau sangat curang” tidak bisa menerima kekalahan.
“Bukannya
kami curang tapi jelas-jelas kakak memang payah” balasan salah seorang anak.
“Ulang
lagi” protes Izryel.
Kelakuan
Izryel membuatku lupa tentang apa pun masalah yang sedang menghimpit. Dia
mengajakku berkeliling gang kecil hanya memakai kedua kaki untuk berjalan.
Merasakan bagaimana berada dalam sebuah kereta atau bis kecil bersama
orang-orang yang sedang ingin melakukan rutinitasnya. Mengguncang berulang kali
kaleng soda sebelum membukanya terlihat menyenangkan. Selfie ria pun pertama
kalinya kulakukan dengan wajah tertawa lepas di antara parit-parit kecil bahkan
dianggap tempat menjijikkan oleh semua orang.
“Saya
tidak pernah mendengar dari mulutmu memanggilku dengan sebutan ayah” menatap ke
arahnya.
“Karena
kau bukan ayahku”dengan lantang jawaban Izryel keluar begitu saja.
“Apa
pun alasannya, jangan sampai istri dan anakku menyadari kebenaran kalau kau
bukan Adiv Kedhim” mengungkapkan sesuatu terhadap anak remaja itu.
“Tenang
saja” Izryel masih bersama suara lantangnya.
“Bisakah
kau menyebutku ayah di hadapan mereka berdua? Hanya permintaan kecil” entah
kenapa pertanyaan tersebut muncul seketika.
“Tapi
saya sulit menyebut ayah pada orang yang memang bukan ayahku” jawaban lantang
tetap berjalan…
“Terserah”
seolah tidak mengambil pusing ucapannya.
“Btw,
kau mau tidak kenalan ma temanku?” Izryel.
“Siapa?”
bertanya.
“Dia
jago main bola terus kita bisa bertanding bareng” Izryel.
“Siapa?”
“Ayo
ikut aku!” Izryel.
Hal
terbodoh adalah mengikuti kemauan anak remaja tersebut. Berjalan kaki selama
dua jam lebih coba bayangkan? Sedikit bingung tempat yang kami tuju jauh dari
keramaian bahkan jalanan berliku-luki membuatku lelah abadi. Dia seperti
mempermainkan diriku. Bagaaimana tidak kami sekarang berdiri di tempat angker
seperti berhantu.
“Izryel…”
seorang pria autis muncul menyebut namanya.
Saya
seperti orang aneh sama sekali kurang begitu paham setiap tingkah kepribadian
temannya itu. Mataku hampir tidak mempercayai apa yang kudengar sekarang. Pria
autisme dikenal sebagai manusia bodoh ternyata seorang calon dokter bedah masa
depan suatu hari kelak.
Menjadi
pertanyaan adalah kenapa harus tinggal di tempat seperti ini bahkan jauh dari
lingkungan masyarakat? “Danils” singkat, padat, dan jelas tanpa basa-basi. Kaum
autisme memiliki kepribadian berbeda dibanding orang sekitarnya. Tutur kata,
sikap, bahasa tubuh, tindakan ketika menjalani satu peran diantara ribuan
peran. Permasalahan kelompok tersebut berada pada dunia komunikasi. Banyak
orang berpendapat masa depan cerah sangat sulit diraih oleh mereka dengan
diagnose autisme. Terlihat bodoh bahkan seolah tingkat IQ pun berada pada
urutan paling terbelakang.
“Ka’Danils
terus berjuang walaupun dikatakan mustahil berada pada posisi kehidupan normal
terlebih beradaptasi…” Izryel.
Sepertinya
Izryel sengaja membawaku ke tempat seperti ini. “Ka’Danils tidak mengenal kata
lelah atau berhenti sampai kata menang ada di tangannya” Izryel.
“Danils
suka diejek bodoh, idiot, gila” Danils.
“Bisa
yah jadi dokter?” bertanya lagi.
“Tuhan,
mama, papa” Danils tersenyum memberikan sebuah bingkai foto.
Dibalik
kehidupan seorang anak autisme terdapat orang tua yang benar-benar berjuang
keras memberi kekuatan. Semua sekolah menolak Danils karena kondisi tidak
normal pada dirinya. Membutuhkan waktu untuk membuatnya mengenal kata demi kata
ketika berhadapan dengan seseorang. Hal-hal menyakitkan tentu sering terjadi
saat belajar bertahan maupun mendidik anak autisme semacam Danils. Dapat
dikatakan memang tingkat kesabaran luar biasa harus dimiliki dan terkadang para
orang tua gagal total. Menyerah karena kondisi yang tidak mungkin bisa berjalan
sesuai harapan, sehingga berkata biarlah kehidupan sang anak seperti itu saja
terus…
Danils
bercerita tentang orang tua yang selalu berada di sampingnya. Pengenalan abjad
terhadap kaum autisme terkesan paling mengerikan karena masalah
keterbelakangan. “Mama terus di samping Danils, papa juga selalu memeluk
Danils”…
“Tutur
kata kakak Danils memang meragukan kalau dirinya bisa menjadi seorang dokter
bedah terbaik, tapi kenyataannya skilnya jauh melebihi orang normal” Izryel.
“Kenapa
harus tinggal di tempat seperti ini?” pertanyaanku.
“Masyarakat
dan pihak rumah sakit masih banyak menolak kehadirannya walaupun dikatakan
seorang dokter lulusan terbaik…” Izryel.
“Rumah
Danils punya banyak kenangan manis sama mama papa” Danils.
Sosok
Danils sulit melukiskan sekitar wajahnya tentang rasa sakit, luka, tangisan,
kesedihan, kebahagiaan bersama objek lain. “Pihak rumah sakit tidak berani
mengambil resiko memperkerjakan dokter autisme semacam ka’Danils” Izryel.
“Dari
mana kau tahu Danils mempunyai kemampuan luar biasa sedangkan…” pertanyaanku
terpotong.
“Tiga
tahun lalu ka’Danils melakukan bedah seorang diri terhadap kakiku dengan
alat-alat seadanya. Kondisi keuangan tidak memungkinkan ayah membawa saya ke
rumah sakit sampai akhir cerita dipertemukan dengannya pada lorong kecil rumah
sakit. Mengambil diam-diam beberapa peralatan bedah seadanya ketika masih
praktek. Tangannya sangat ahli bahkan dokter normal sekalipun bisa gagal”
Izryel.
“Orang
tua ka’Danils masih hidup saat itu dan bercerita banyak terhadap ayah bagaimana
perjuangannya membesarkan seorang anak autisme” Izryel kembali berkata-kata.
“Izryel
selalu bersembunyi di belakang dengar cerita mama papa” Danils.
“Maksudnya?”
“Diam-diam
saya menguping pembicaraan ayah dan orang tua ka’Danils” Izryel.
“Bagaimana
mereka mendidik?”
“Orang
tuanya selalu memiliki pengharapan bahkan tidak pernah sekalipun memberi reaksi
kecewa atau membuat tutur kata menyakitkan/ semuanya mustahil dilakukan oleh
anak mereka. Tetap semangat berjalan di samping manusia autism semacam
ka’Danils” ucapan Izryel.
Dasar
kekuatan anak autisme terletak pada cara berpikir dan tingkat kesabaran orang
tua. Masa depan dapat diciptakan luar biasa melalui ungkapan pernyataan ataupun
perjuangan luar biasa bagi mereka dengan kondisi tersebut. Orang tua Danils bersama
ayah dari Izryel meninggal dalam satu tragedi pembakaran di sengaja oleh
pihak-pihak tertentu. Dibunuh dengan cara paling kejam sampai akhirnya dua anak
kembar mengasingkan diri di hutan selama beberapa waktu.
“Sampai
detik sekarang ka’Danils masih terus berjuang mengejar mimpinya berada di rumah
sakit besar untuk menjadi seorang ahli bedah. Bukan sekali atau dua kali
ditolak tetapi selalu saja penolakan terus berkeliaran seperti badai besar siap
menghancurkan” Izryel.
“Saya
curiga tujuanmu bercerita bahkan memperkenalkan temanmu Danils dikarenakan apa
yah…?” memancing anak laki-laki yang masih menginjak usia remaja.
“Tidak
mudah membalikkan keadaan, dianggap ada oleh orang sekitar, terlebih
memperbaiki sesuatu objek paling menyedihkan dan sangat rusak. Setidaknya kau
mengerti bagaimana seorang presiden sepertimu harus bertahan sama seperti kisah
hidup ka’Danils si’manusia autisme. Ngerti?” Izryel.
“Kau
seperti Hodre sekarang” tersenyum lepas.
“Tererah
ucapanmu” Izryel.
Bagian 9…
Sebuah
petualangan memberi makna mendalam. Seorang anak remaja bersama dokter autism mengajarkan
hidupku untuk terus bertahan. Mereka bahkan memperlihatkan beberapa kisah
dengan kondisi cacat, namun mempunyai nilai luar biasa di mata dunia zaman
sekarang. Mereka berdua membawahku pada satu komunitas perkumpulan kaum
autisme. Hal tak terduga adalah segi luar berkata, “apa sih yang bisa
dibanggakan bagi penyandang autism?” Kenyataan lain berkata ada begitu banyak
hal luar biasa jauh dari konsep orang normal pada umumnya.
Melukis,
bermain piano atau alat music lainnya, kejeniusan, dan beberapa objek lain
menjadi talenta tidak ternilai. Kehidupan seorang anak autisme berada pada
perjuangan beserta iman para orang tua yang membuat mereka hadir ke dunia.
“Anggap saja bangsa ini ibarat anak autis dan sedang membutuhkan letak
kesabaran terkuat darimu sebagai seorang ayah sekaligus ibu untuk
memperjuangkan kehidupan yang memang dikatakan sangat mustahil” pertama kali
seorang Izryel mendekap tubuhku.
“Harus
merasakan sakit luar biasa, terluka, sabar sepanjang waktu, terhina, disudutkan
demi meraih setitik embun” dia berbisik sekitar gendang pendengaranku. Anak
masih berusia remaja menyadari hidup sebagai orang dewasa terdengar aneh…
Setelah
pernyataan depan media seakan Tuhan sengaja memakai anak remaja itu dalam satu
situasi. Saya ingin belajar menyadari peranan kumpulan autisme pun memberi satu
pengaruh besar terhadap kehidupan bangsa. Mereka layak mempunyai masa depan
seperti manusia normal lainnya. “Temanmu Danils mulai besok dapat bekerja di
sebuah rumah sakit terbesar di ibu kota” tersenyum menatap Izryel.
“Terima
kasih bos” penuh semangat. Dia hanya ingin mengajar sang presiden tentang
tingkat kesabaran luar biasa sama seperti kisah perjuangan di depan mataku
sekarang.
“Btw,
saya hanya ingin kau mengerti sesuatu bukan meminta bantuan membuat ka’Danils
bekerja di rumah sakit. Jangan ada kata terpaksa dalam dirimu kalau memang
masih meragukan kemampuannya sebagai seorang dokter” Izryel.
“Saya
percaya skil yang dimiliki temanmu bukan karena terpaksa atau rasa kasihan,”
membalas ucapan Izryel. Kami berdua menikmati suara ombak di sekitar dermaga.
Dia
berhenti berucap dan hanya terdiam tanpa berkata-kata lagi. Pada akhirnya
aktifitas seperti biasa kembali setelah petualangan yang terjadi kemarin.
Singkat cerita, reaksi para netisen bermunculan dengan dikarenakan kasus
presiden memasukkan seorang autisme pada salah satu rumah sakit terbesar sebagai
dokter bedah. Entah bagaimana bisa media mencium secepat kilat objek tersebut?
Respon pro kontra seperti biasa terjadi…
“Presiden
lagi buat sensasi” komentar salah satu netisen.
“Dia
waras atau tidak.”
“Cari
perhatian biar dicintai rakyatnya.”
“Bodoh
amat.”
“Orang
normal saja belum tentu baik apa lagi tidak normal begini, sadis”
Apa
pun yang kulakukan dengan cepat tercium media bahkan akan selalu salah di mata
bangsa dan Negara ini. “Kau harus buktikan kalau dalam dirimu memiliki skil
jauh lebih baik dibanding dokter normal di sekitarmu” mengirim sebuah pesan
melalui salah satu aplikasi terhadap Danils sang dokter autis.
Beruntung
saja dua anak kembar di rumahku tertutup rapi tanpa pemberitaan miring.
Andaikan tercium oleh mereka, tentu kisah Hodre menjadi pemberitaan
besar-besaran seluruh media. Izryel dapat lepas dikarenakan perannya sebagai
seorang Adiv, tetapi tidak untuk adiknya.
“Ayah
temani Zahlee main boneka” rengek Zahlee tiba-tiba ketika kami sedang makan
malam bersama.
“Habiskan
dulu makanannya” membalas Zahlee.
“Kenapa
tidak main ma kakak Hodre saja?” Izryel.
“Tidak
seru” cetus Zahlee.
“Main
bareng ka’Izryel pasti seru” Izryel.
“Boleh”
semangat Zahlee.
“Jadi
batal main bareng ayah?”bertanya ke arah gadis kecil.
“Batal
100%” Zahlee.
“Maaf
sedikit ganggu, beberapa pejabat Negara ingin bertemu dengan anda” salah satu
ajudan berdiri tegak tidak jauh dari meja makan
keluarga. Sesuai perkiraan beberapa menteri bersama tokoh-tokoh tertentu
mengambil tindakan berjalan masuk ke rumah tanpa ada panggilan atau undangan.
Rumah yang kami tinggali sekarang memang milik Negara selama masih berperan
sebagai presiden.
“Suruh
mereka menunggu!” nada perintah sang pemimpin.
Sebagian
dari mereka pernah menganggap situasi kedudukannya sedang terancam sekarang ini
akibat ulahku.Bukan karena takut membongkar setiap pergerakan orang-orang
tersebut, hanya menunggu waktu paling tepat. Memberhentikan tiba-tiba bukan
jalan keluar menurutku, dikiranya saya bodoh untuk semua masalah. Seolah
presiden ingin dijadikan boneka untuk melakukan apa saja di belakang. “Kau tahu
kesepakatan kita kan sebelum menjabat” salah seorang tokoh penting bahkan dapat
dikatakan seperti malaikat tanpa dosa depan media.
“Kalian
pikir saya tidak tahu dibalik pembunuhan Adiv terdapat scenario luar biasa
hebat di belakang” berkata-kata dalam hati.
“Bagaimana
dengan kasus perbankan, proyek matahari, dan beberapa proyek lainnya bisa
terbongkar karena perbuatanmu?” pak Bumid menteri ekonomi menyerang.
“Kau
juga pasti masuk penjara kalau terbongkar ke public” ketua dewan rakyat bapak
Maskios.
“Beberapa
pemimpin sebelum saya juga bermain alias korupsi serta membuat permainan
bersama kalian kemarin. Kalaupun harus masuk penjara yah sudah, saya siap masuk
penjara bersama kalian semua sekaligus pemimpin sebelumnya biar ramai…”
membalas ucapannya seperti anak kecil.
“Kami
tidak akan tinggal diam” bapak George salah satu pengusaha terkenal di Negara
ini.
“Menikmati
penjara di pulau terpencil itu menyenangkan” berucap lagi.
“Kau
presiden paling gila” teriaknya.
Mereka
semua di akhir cerita meninggalkan rumah sang presiden. Merenung sesuatu yang
akan terjadi ke depan membuatku ingin berteriak sekuat mungkin. Berusaha menahan
diri sekaligus terlihat tenang memang jalan keluar terbaik. Apa pun kisahku
dengan akhir tragis yaitu berada dalam sel tahanan tidak menjadi masalah, saya
siap menerima semua itu. Saya hanya menginginkan satu hal, dimana Tuhan tetap
melindungi istri dan satu-satunya putriku Zahlee.
Sesuai
ucapan Izryel kalau saya harus berjuang dengan penuh kesabaran. Kisah cerita
sang presiden sepertinya akan memasuki babak baru. “Kau benar-benar akan
meninggalkan kakakmu seorang diri disini?” tanpa sengaja mendengar percakapan
Izryel.
Saya
hanya ingin menghirup udara malam di belakang rumah, namun ternyata satu
percakapan serius terdengar olehku. “Saya akan berusaha untuk mimpi juga tujuan
hidupku” Hodre menatap tajam ke arah Izryel.
“Rasanya
sulit mengubah jalan pikiranmu” Izryel.
“Sejak
dulu memang saya ingin mengejar apa yang kuinginkan” Hodre.
“Lantas
Negara yang ingin kau tempati?” Izryel.
“Antara
tiga Negara besar AS, Jerman, Inggris. Besar harapanku berada di AS karena
beberapa alasan tertentu, tapi andaikan salah satu pejabat penting di dua
Negara ini lebih dahulu berada di depanku sepertinya Tuhan berkehendak
lain…”Hodre.
“Kau
benar-benar akan pergi?” Izryel.
“Seperti
yang kau lihat” Hodre.
“Setelah
kau membantuku untuk beberapa hal dan sekarang…” berkata-kata sekaligus
mengejutkan mereka.
“Kau
penguntit” Hodre.
“Ini
rumahku. Memang tidak boleh?”
“Terserah”
Hodre.
“Jawab
pertanyaanku” berbicara lagi.
“Sejak
awal saya sudah katakan ingin mengejar mimpi di luar bukan di Negara ini”Hodre.
“Setelah
semuanya?” bertanya kembali.
“Anggap
saja saya ingin beramal sebanyak-banyaknya disini dengan berada di belakang
layar. Tidak perlu merasa berhutang budi…” Hodre.
Diam
dalam keheningan malam setelah ucapan Hodre tadi. Saling menatap satu sama lain
dengan akhir kami tertidur lelap disini tanpa sadar. “Sudah pagi” tersadar
karena sinar matahari pagi membungkus tubuh.
“Saya
terlambat ke sekolah” Hodre segera bergegas hingga lari seperti orang
kesurupan.
“Lupakan
dialog semalam, anggap tidak pernah di dengar olehmu!” Izryel tersenyum kecut
kemudian berjalan masuk ke rumah sama seperti saudara kembarnya.
Dua
anak kembar dengan kepribadian berbeda. Hal tergila lagi adalah wajah Izryel
benar-benar sangat mirip Adiv bagai pinang dibelah dua. “Setidaknya saya
mengantar kau ke sekolah” menghentikan mobil depan Hodre dan Izryel.
“Mereka
tidak tahu kalau saya tinggal di istana presiden” Hodre.
“Bagaimana
kalau saya menyamar?”
“Tapi”
Hodre.
“Kalau
saya tidak masalah” Izryel.
Tidak
ada yang menyadari kalau ternyata mereka berdua anak kembar. Rahasia tersebut
tertutup rapat bahkan tersembunyi rapi hingga detik sekarang. beruntung saja
kedua anakku tidak menyukai berada depan kamera, jadi masyarakat luar belum
menyadari wajah Adiv dan Zahlee seperti apa. Zamira sangat pandai mengalihkan
wartawan ketika mencari tahu identitas kedua anak kami.
Naluri
sebagai ayah muncul ketika berada di hadapan kedua anak kembar tersebut. Seolah
saya ingin mereka berdua memanggilku dengan sebutan ayah sama seperti yang
dilakukan oleh kedua anakku. Entah mengapa suara hati ingin menjadi bagian
dalam diri Izryel Hodre.
“Semangat
belajarnya” pertama kali berteriak di dalam mobil sederhana hasil modifikasi
Adiv sewaktu masih hidup.
“Ya
tentulah semangat belajar” sikap dingin Hodre membalas ucapanku.
“Makasih
big bos” Izryel. Mereka berdua merupakan generasi muda dengan jenis kepribadian
berbeda antara satu sama lain. Bercerita tentang generasi sekarang tentu tidak
dapat dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Baik aspek konsep berpikir,
tutur bahasa, pendidikan, system perkembangan, terlebih kepribadian dan memang
ini adalah fakta.
Menilai
sesuatu objek kemudian membuat kesimpulan terkadang sedikit menimbulkan masalah
bagi generasi muda sekarang. Terkadang menjadikan dunia medsos sebagai ajang
menyatakan sesuatu, entah bersifat positif terlebih negative. Masalah
perkembangan otak memang harus diakui lebih cepat dibanding generasi kemarin.
Titik terberat bangsa ini berada pada pembentukan karakter generasi muda
sekarang.
Saling
menghujat satu sama lain hanya karena objek tidak masuk akal ketika berada di
dunia medsos menjadi salah satu contoh kecil. Rasa ingin tahu untuk bibit
generasi sekarang jauh melampaui dibanding kemarin, tentu sangat membahayakan
andaikan para orang tua serta tenaga pendidik tidak dapat memasuki ataupun
menjaga area tertentu dalam diri mereka. “Saya ingin melakukan pertemuan dengan
menteri pendidikan bersama tokoh-tokoh penting yang berhubungan dengan dunia
pendidikan” berbicara terhadap salah satu admin Negara.
“Satu
lagi, jangan lupa menteri agama sekalian menteri telekomunikasi pun harus ikut
dalam pertemuan kali ini biar makin seru!” nada perintah sang presiden.
Bisa
dikatakan objek paling harus dibenahi sekarang adalah bidang pendidikan dan
generasi muda. Iblis paling senang memporak-porandakan dunia anak muda, kenapa?
Kenyataan yang ada adalah mereka penerus untuk menjadi pondasi sebuah bangsa.
Percaya tidak percaya bahwa beberapa aliran-aliran pemuja setan seperti gereja
setan atau illumination menargetkan generasi muda harus berada dalam lingkaran
kegelapan. Ada begitu banyak orang di luar sana terlebih dunia keartisan
menjual jiwanya terhadap setan demi kebutuhan hidup. Kelompok-kelompok pemuja
setan memang sengaja memancing generasi muda dengan kondisi keuangan yang
stabil juga popularitas apa lagi dikatakan masa-masa labil belum bisa mengerti
sesuatupun.
Semakin
banyak bibit generasi muda hancur semakin membuat iblis tertawa. Ini hanyalah
sebagian kisah perjalanan generasi muda di tangan beberapa aliran pemuja setan.
Masalah sekarang adalah bagaimana cara pemerintah menanggapi situasi penanganan
bagi mereka yang dikatakan sebagai penerus bangsa. Saya membutuhkan sikap
tenang jutaan anak muda ketika berhadapan dengan satu situasi terlebih
berhubungan dengan masalah Negara. Ada begitu banyak kelompok bisa saja
mengambil kesempatan andaikan darah mendidih dalam diri generasi muda lebih
dimainkan.
“Saya
butuh sesuatu hal terbaru bagi pembentukan dunia generasi muda beserta
bibit-bibit di bawahnya” berkata-kata dalam sebuah ruang pemerintahan di hadapan
para tokoh-tokoh penting.
“Maaf,
tetapi sepertinya kami sudah berusaha” menteri pendidikan.
“Masalahnya
saya butuh hal paling baru” pertemuan kemarin masih belum ada perumusan
kejelasan dengan bidang-bidang seperti ini untuk kasus menteri pendidikan.
“Cara
berpikir, karakter, daya tangkap masing-masing daerah di Negara ini
berbeda-beda walapun dikatakan proses perkembangan IQ sekarang memiliki
kecepatan lebih. Sekarang itu kasus paling berat berada pada bibit-bibit bangsa
tentang pembentukan dalam bidang pendidikan baik segi kualitas otak terlebih
kepribadian” berkata-kata kembali.
“Maksud
bapak melibatkan menteri agama dan telekomunikasi?” menteri agama.
“Di
sini letak masalah terbesarnya juga. Komunikasi di dunia medsos selalu saja
seperti manusia kesurupan, temukan satu cara pembatasan-pembatasan internet
yang dikatakan merusak melalui program baru bahkan dikatakan terbilang unik
tetapi membentuk.”
“Merusak?”
menteri telekomunikasi…
“Pornografi
paling mudah diakses sedangkan rasa ingin tahu bibit-bibit bangsa melewati
batas bahkan mempraktekkan luar biasa, saling menghujat, kesurupan setiap
berada di dunia medsos, masa labil berada sekitar area sangat memprihatinkan,
pertengkaran satu sama lain karena merasa paling suci… keren sekali yah”…
“Menteri
agama sendiri?” menteri agama mengerutkan kening.
“Lebih
kacau lagi di bidang ini selalu jadi ajang perdebatan agama siapa paling suci
diantara semua yang tersuci. Di sini paling sering melibatkan generasi muda. Manusia
itu tidak ada yang sempurna, masalah iman kepercayaan tidak bisa dipaksakan ke
semua orang dan bersifat pribadi bukan ajang perkelahian…” penekanan tersebut
saya rasa jelas.
“Terkadang
pejabat sendiri sengaja memancing mereka bahkan memanfaatkan situasi. Satu
lagi, jangan membuat aturan yang mengundang perpecahan. Mengizinkan
program-program yang kelihataan suci untuk agama tetapi menghanyutkan. Hal
lebih aneh lagi persetujuan organisasi-organisasi kelompok-kelompok aliran
tertentu dengan fakta depan mata dikatakan sebagai teroris. Gila, hebat sekali
kalian” kembali menambahkan kalimat tersebut.
Kisah
sang presiden ingin yang terbaik bagi generasi muda sebagai penerus bangsa.
Perubahan Negara ini berada di tangan mereka untuk beberapa alur
cerita,sedangkan orang tua hanya berperan sebagai seorang guru di belakang.
Setan paling senang generasi muda dalam satu bangsa hancur berkeping-keping.
Terikat sex bebas, tidak memiliki masa depan, menjadi pelacur kelas kakap,
narkoba, emosional pembawa petaka, kesombongan, malas, dan segala jenis
teman-temannya di belakang ketika membungkus mereka tentu membuat iblis tertawa
lebar.
Saya
bukan sosok pendeta, ustads, biksu, atau sejenisnya hanya saja semua yang
kukatakan adalah fakta. Sekarang bagaimana para orang tua, pemerintah,
tokoh-tokoh agama, dan tenaga-tenaga pendidik menyingkapi hal tersebut. Masa
depan Negara berada di tangan generasi muda bukan mereka yang dikatakan lanjut
usia.
“Saya
rasa tenaga pendidik harusnya menemukan satu cara untuk memperjuangkan mereka
sebagai bibit bangsa. Jangan asal memilih tenaga pendidik dan kalau perlu harus
melalui beberapa tahapan untuk berada di area tersebut ketika menjadi
pembentuk…” berujar di hadapan mereka semua.
“Satu
lagi sebagai penutup, harus ada pelatihan-pelatihan khusus bagi para orang tua
untuk mendidik kehidupan seorang anak. Kenapa? Karena terkadang orang tua
terjebak atau bahkan tidak bisa mengatasi perubahan di depan matanya. Zaman
dulu dan sekarang berbeda.” Tidak mungkin porsi kemarin tetap menjadi patokan
bagi mereka untuk yang hari ini.
Meninggalkan
ruangan tersebut dengan tuntutan perubahan bahkan mereka yang berperan sebagai
menteri harus bekerja keras dan tidak hanya asal bicara atau sekedar memamerkan
jas kebesaran. Bukan hal mudah ketika diperhadapkan kasus bangsa seperti ini.
permasalahan terbesarnya adalah bagaimana menghancurkan sisi gelap dalam diri
generasi muda.
“Ambillah!”
Izryel tiba-tiba saja berada dalam mobil menyodorkan ice cream vanilla.
“Kenapa
bisa berada dalam mobil? bagaimana kalau media menyadari wajahmu?”
“Tenang
saja, selesai nyerang pejabat-pejabat itu?” Izryel seakan tahu apa yang sedang
kulakukan.
“Kalau
begitu kita bisa bersenang-senang hari ini” tanpa meminta persetujuanku
terlebih dahulu…
Bagian 10…
Penyamaran
kedua yang pernah kulakukan bersama Izryel ketika berada di alam bebas. Tanpa
pakaian formal dan hanya mengenakan kaus menikmati hidup. “Kau mau mencoba olah
raga penguji adrenalin” Izryel seolah menantang. Olah raga panjat tebing
terlihat mengerikan dan saya sedang dituntut oleh anak remaja harus memanjat
tebing paling tinggi.
“Jangan
becanda” berusaha menghindar.
“Coba
saja dulu” Izryel.
“Kalau
saya tidak mau gimana?”
“Berarti
kau presiden payah” Izryel.
“Saya
tidak tahu memanjat”
“Kan
bisa berlatih, gimana sih” Izryel.
Seperti
terpaksa melakukan satu jenis olah raga mengerikan hanya karena tidak ingin
dikatakan presiden payah. Berulang kali mencoba dan selalu saja gagal sekitar
awal-awal tanjakan. Izryel terus mendorongku berjuang lagi berusaha lagi
memulai lagi dari nol. “Tebing ini ibarat negaramu dengan segala akar masalah
di dalamnya hingga menguji adrenalin. Takut jatuh sampai mati memang seperti
itukan di dunia pemerintahan?” Izryel.
Dia
sengaja membuatku berada di tempat seperti ini hanya untuk membuka mataku. Benar
ucapannya tentang gambaran panjat tebing tersebut. Seorang presiden sedang uji
adrenalin melalui satu jenis cabang olah raga. Adiv dan dirinya hampir
mempunyai kepribadian sama.
“Seperti
Hodre” penglihataanku tidak mungkin salah melihat sesuatu di bawah…
“Kau
berhasil bos” teriak Izryel kegirangan. Saya tidak menyadari jika ternyata
kakiku sudah berada pada puncak. Pandangan mataku terarah terhadap sosok wanita
bersama Hodre seperti sedang bertengkar tidak jauh dari tempat kami. Segera
meminta bantuan agar bisa turun secepatnya untuk mencari tahu siapa wanita
tersebut…
“Mau
kemana?” seru Izryel mengekor di belakang.
Saya
terus berlari mencari tahu siapa wanita yang sedang bersama Hodre. Sepertinya
terjadi pertengkaran hebat hingga gadis remaja itu menjatuhkan air mata. Tidak
mungkin juga mata salah mengenali seseorang. “Kenapa lari seperti orang
kesurupan sih?” Izryel menarik nafas panjang.
“Jejaknya
hilang” cetusku sedikit kesal.
“Jejak
siapa?” Izryel.
“Entahlah”
menjawab Izryel.
Pasti
ada sesuatu hal tersembunyi dan tidak ingin diberitahu oleh Hodre. Apa pun itu
kuharap Hodre tetap berada dalam lindungan Tuhan. Sepasang matanya mengatakan
sesuatu dan saya bisa merasakannya ketika berdiri di hadapan dia. Sebenarnya
siapa wanita itu? Kenapa bola mata Hodre terlihat seperti habis menangis? Sosok
gadis remaja itu sebelas dua belas dengan Zamira. Diam tanpa berkata-kata
bahkan menyimpan seorang diri segala jenis masalah yang sedang menyerang.
“Apa
dugaanku saja yang salah kalau kau punya sedikit masalah” berdiri tiba-tiba
dalam kamar miliknya tanpa mengetuk terlebih dahulu.
“Kenapa?”
Hodre.
“Saya
hanya merasa aneh saja” ucapku.
“Kenapa?”
Hodre.
“Minimal
kau bisa berbagi denganku”…
“Kenapa?”
Hodre.
“Entahlah…”
“Kenapa?”
Hodre…
“Lupakan”
menjawab pertanyaannya.
Saya
pasti bisa mencari tahu siapa wanita itu. Kenapa Hodre sampai menangis dibuat
olehnya? Wajah sedihnya berbicara. “Bisakah saya menggantikan posisi ayahmu dan
berada dalam dekapanku?” berbalik lagi setelah langkah kaki terhenti.
“Kenapa?”
Hodre.
“Sepertinya
saya ingin kau berbagi kesedihan denganku.” Menatap kedua bola matanya
menyadarkan hatiku kalau dia sedang membutuhkan dekapan hangat seorang ayah di
sampingnya.
“Lupakan!”
Hodre seolah bersikap cuek.
Hari
ini mungkin saya gagal, tetapi kelak jalan berkata lain. Dua anak kembar yang
selalu berada di belakangku menyalurkan beberapa ide-ide tertentu ketika kaki
harus tetap bertahan sebagai seorang pemimpin. Diam-diam mencari tahu identitas
wanita tersebut tanpa sepengetahuan Hodre. “Wanita itu ibu kandungnya sendiri”
setelah beberapa hari melakukan pengintaian.
Sosok
ibu kandung yang tegah meninggalkan kedua anaknya hanya karena permasalahan
kemiskinan. Hebat sekali… Hadir tiba-tiba bahkan berjuang merebut hati anak
gadisnya. “Saya ibumu” ternyata wanita itu berusaha menemui Hodre setiap pulang
sekolah.
“Ibu
macam apa tega meninggalkan keluarga sendiri karena tidak tahan hidup susah”
Hodre menjatuhkan bulir-bulir Kristal di sekitar matanya.
“Semua
ini karena ayahmu” ujar wanita tersebut.
“Kenapa
ayah dipersalahkan? Sampai ayah meninggal pun tidak pernah sekalipun ada rasa
ingin membenci ibu” Hodre.
“Hodre…”
bentaknya.
“Bahkan
ayah selalu berpesan jangan pernah menjadi pembenci ibumu sendiri. Rasanya
sakit mendengar ayahku terus bercerita hal-hal baik tentang istrinya, pada hal
kenyataan depan mata tidak sesuai bayangan” Hodre.
“Bukan
ibu yang jahat tapi ayahmu” ujarnya lagi.
“Sudah
cukup ibu mengejek ayah! Pergi dari hadapanku sekarang!” Hodre.
Ibu
dan anak bertengkar hebat di sekitar gang sempit jauh dari keramaian kota.
Gadis remaja itu menangis begitu keras di hadapan ibu kandungnya. “Dari mana
kalian mendapat uang sampai bisa sekolah di tempat mahal seperti sekarang?”
pertanyaan wajar bagi sang ibu.
“Kenapa
ibu jadi peduli? Bukannya selama ini selalu bersikap cuek?” Hodre.
Sebuah
tamparan keras mendarat seketika memenuhi wajah gadis tersebut. “Kenapa hanya
sekali? Kalau perlu bunuh saja anak kandungmu sendiri biar puas” Hodre histeris
di depan wanita itu.
“Yang
jahat itu ayahmu bukan ibu. Masih mencintai wanita lain selain istrinya
sendiri” balasan ucapan terhadap anak kandungnya sendiri.
“Pergi
pergi pergi!” Hodre berusaha mengusir…
“Hodre…”
spontan berlari ke tempatnya. Berusaha menenangkan Hodre sebisa mungkin.
Bagaimanapun gadis remaja yang terlihat kuat ternyata sangat rapuh. Masalah
yang biasa terjadi dalam dunia generasi muda yaitu berselisih paham dengan
orang tuanya, entah itu ayah atau ibunya sendiri.
“Ternyata
kau simpanan om-om” sang ibu dengan sangat keji melemparkan pernyataan
menyakitkan seperti ini.
“Apa
anda memiliki perasaan sebagai seorang ibu atau tidak?” sangat geram melihat
tingkah wanita tersebut.
“Sepertinya
wajahmu tidak asing” ucapan wanita itu.
“Pergi!”
Hodre berusaha menjauhkan ibunya dariku. Dia berjuang mendorong ibu kandungnya
sendiri jauh dari hadapanku. Wajah sang presiden memang tidak asing lagi di
kalangan media maupun masyarakat. Seorang pemimpin yang selalu mendapat bahan
caci maki oleh rakyatnya sendiri.
Sekarang
tinggal hanya kami berdua setelah dia berhasil mengusir ibunya. Pertama kali
bagi sang presiden duduk bersandar pada sebuah tembok sekitar gang sempit
bersama gadis remaja berusia belasan tahun. Dia hanya butuh kehangatan keluarga
yang lenyap setelah ayahnya berada di dunia lain. Entah mengapa saya ingin
menjadi bagian dari dirinya. “Kau harus memenuhi permintaanku yang sekarang
kalau tidak ingin berita tentang ibumu tersebar di kalangan teman-teman
sekolahmu.” Terserah pemikiran gadis tersebut terhadapku.
Dia
hanya diam tanpa membalas ucapanku seolah pasrah terhadap kenyataan hidup.
“Kalau begitu berita ini akan tersebar besok tentang berita ibu kandungmu” berusaha berdiri untuk
meninggalkan dirinya.
“Tunggu”
Hodre menghentikan pergerakanku.
“Saya
hanya ingin kau berada dalam dekapanku dan menangis sepuas-puasnya, minimal
bisa berbagi beban” menatap wajah gadis tersebut.
“Anggap
pria tua di depanmu sebagai seorang ayah bukan orang lain untuk hari ini saja”
berucap kembali.
Mencoba
masuk dalam dekapanku setelah beberapa saat lalu terdiam. “Rasanya sangat sakit
memiliki ibu seperti dirinya” menangis histeris seketika.
“Keluarkan
semua tangismu kalau itu bisa membuatmu merasa lebih baik” mendekap dirinya
sama seperti anak kandungku sendiri.
Menjadi
pertanyaan kenapa ibunya hanya bertemu dengan Hodre semata? Bukankah Izryel
juga saudara kembar Hodre? Anak kembar dengan dua kepribadian berbeda. Saya
menyukai mereka berdua. Seolah Tuhan membuatku melupakan rasa sakit kehilangan
Adiv melalui kehadiran dua anak kembar tersebut.
Saya
tidak ingin wanita itu membuat mereka berdua keluar dari hidupku. Bagaimana
gadis kecil dapat melewati keceriaan tanpa Izryel dan Hodre? Zamira istriku
selalu bersemangat berada di dapur rumah setelah kedatangan mereka.
Setelah
merasa baikan kami berjalan pulang dan berusaha menutup rapat dari Izryel.
Horde memohon agar tidak memberi tahu semua hal yang terjadi terhadap kakak
kembarnya. Beruntung saja tidak seorangpun masyarakat luar menyadari kehadiran
Hodre di rumah. Andaikan media mencium sedikit saja tentang anggota rumah
presiden tentu menjadi masalah besar. Terdapat jalan bawah tanah yang disengaja
dibuat khusus bagi anggota keluarga ketika hendak bepergian. Pertemuan para
pejabat pun hanya berada pada batas-batas sedikit jauh dari tempat kediaman
keluarga. Rumah sang pemimpin memiliki desain khusus sehingga seorang pun tidak
dapat menyadari ruang-ruang tertentu di dalamnya. Wajah Anak-anakku tersembunyi
dari incaran media dikarenakan kecerdikan ibunya mengalihkan perhatian.
Btw,
kenapa saya bercerita semua ini yah? Lupakan. Berusaha menjadi sosok ayah di
hadapan gadis remaja bernama Hodre. Mengantarnya ke sekolah walaupun dia
berusaha keras menolak semua yang kulakukan. “tersenyum” pertama kalinya sejak
awal pertemuan kami di hutan. Hal mengejutkan terjadi hari ini yaitu melihat
sosok Hodre sedikit tertawa. Saya ingin belajar menjadi bagian terpenting dalam
dirinya sama seperti gadis kecilku Zahlee.
“Hodre…”
melakukan penyamaran menjemput dia di sekolah. Izryel mengajarku melakukan
semua ini beberapa kali.
“Anda”
Hodre hampir tidak percaya dengan penglihatan di depannya.
“Ayo
bersenang-senang” mengajak dirinya menikmati petualangan sehari.
“Bagaimana
dengan Izryel?” Hodre.
“Biarkan
saja dia kan cuma sehari” tersenyum dengan sikap cuek.
“Ayo
naiklah!” menyuruh Hodre berada di atas sebuah sepeda motor.
“Kakakku
saja tidak tahu mengemudikan motor apa lagi anda” Hodre.
“Pantas
saja” menyadari sesuatu.
“Maksudnya?”
Hodre.
“Lupakan
dan naiklah! Sebelum ada yang menyadari siapa orang di depanmu”…
Berjalan
berkeliling kota memakai sebuah motor besar menjadi satu hal istimewa.
Membayangkan ketika gadis kecilku Zahlee sebesar Hodre dan melakukan hal sama
seperti yang kulakukan sekarang merupakan sesuatu yang menarik. “Kata orang
berteriak di atas motor terdengar menyenangkan” pernyataanku terus mengemudikan
kendaraan roda dua tersebut.
“Ayo
coba berteriak keras!”
“Saya
tidak bisa” Hodre.
“Coba
sekali saja”…
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
sepertinya dia baru belajar teriak.
“Macam
orang kesurupan” tertawa lebar.
Memperlihatkan
Hodre aksi seorang presiden memanjat tebing hingga mencapai puncak. Berusaha
mendapatkan sebuah boneka pada salah satu permainan di sebuah pusat
perbelanjaan. “Kalau lagi sedih, kau bisa memeluk bonekanya” tersenyum di
hadapannya.
“Bagaimana
dengan Zahlee?” Hodre.
“Kalau
begitu biar saya coba lagi buat gadis kecil”…
“Ayo
terus terus terus” pertama kalinya sosok Hodre memberi semangat luar biasa.
Selalu
saja gagal gagal dan gagal selama beberapa waktu. “Coba lagi” Hodre.
Seperti
Izryel mencoba sekali lagi tanpa ada kata menyerah.
“Akhirnya
dapat” Hodre penuh semangat. Setelah memakan waktu lama, di akhir kata saya
berhasil mendapat dua buah boneka. Bolos kerja sebagai presiden sehari penuh
tidak menjadi masalah…
Menonton
atraksi lumba-lumba bermain dalam sebuah gedung pertunjukan. Berteriak sekeras
mungkin memberikan semangat terhadap salah satu tim basket di sebuah arena
pertandingan olah raga. Setidaknya gadis itu melupakan kesedihannya untuk
beberapa saat. “Hodre” seseorang memanggil namanya setelah kami berjalan keluar
dari tengah keramaian pasar malam.
“Paman
Adom” Hodre ternyata mengenal orang tersebut ketika kami berdua berbalik.
Pertemuan
tidak terduga antara sahabat ayahnya dan dia sendiri. Terlihat jelas dari wajah
itu kau tidak menyukai diriku. Sepertinya sahabat ayahnya mengenal siapa saya,
namun entahlah. Tatapan sinis membelenggu dirinya. Apa saya pernah bertemu
dengan orang ini sebelumnya?
“Paman,
kenalkan…” kalimat Hodre terpotong.
“Hodre,
kenapa kau bisa bersama orang seperti ini” Adom.
“Kenapa
paman bicara seperti itu?” Hodre.
“Dia
pembunuh ayahmu dan kau harus sadar itu” Adom.
“Paman
salah orang” Hodre.
“Apa
kita pernah bertemu sebelumnya?” bertanya…
“Apa
paman mengenal…” Hodre.
“Siapa
sih tidak mengenal presiden paling jahat sedunia” Adom. Ternyata selama
beberapa hari orang tersebut terus mengikuti kami dari belakang. Apa maksud
ucapannya? Tidak dapat disangkal bisa jadi saya seseorang penyebab kematian
ayah anak kembar di rumahku.
Sehari
penuh saya berhasil membuat gadis remaja itu tertawa, tetapi tiba-tiba saja air
panas datang mengguyur seketika. “Ini tidak benarkan paman” Hodre.
“Sebuah
proyek besar dan di belakangnya terdapat tokoh-tokoh penting termasuk beberapa
pengusaha melakukan aksi kejahatan demi kepentingan pribadi” Adom.
“Itu
bohong” Hodre.
“Siapa
sih tidak mengenal proyek terbesar beberapa pejabat dan pengusaha…”Adom.
“Paman”
Hodre.
“Proyek
Jalur Bermain dengan mengkucurkan dana lumayan besar bahkan merugikan negara,
rakyat, hingga menambah jumlah kemiskinan sekaligus penderitaan” Adon.
Jauh
sebelum terjadi pertobatan terhadap presiden, memang benar saya masih menjadi
bagian beberapa proyek terbesar termasuk Jalur Bermain. Sejak dulu saya sudah
memperkirakan penyebab kematian ayah Hodre bisa saja terdapat namaku di
belakangnya. Ketakutanku terbukti pada akhirnya…
“Ayahmu
tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Singkat cerita, mereka sengaja
menjebak hingga membunuhnya dengan cara paling kejam” Adom.
“Saya
tidak merasa seseorang menyadari proyek tersebut”
“Sampai
kapanpun kau adalah presiden iblis” Adom.
Saya
bisa membaca raut wajah seorang gadis remaja ketika menyadari sesuatu hal
paling pahit. Sulit berkata-kata dan itulah keadaanku sekarang. Ingin membela
diri kalau saya bukan penjahat tetapi kenyataan memang memperlihatkan tentang
satu kisah masa lalu. Tidak dapat disangkal sang pemimpin seperti Kaska
merupakan pribadi mengerikan sepanjang sejarah.
Saya
memang terlibat proyek Jalur Bermain dikarenakan kata serakah bersama
keangkuhan hidup sedang melilit perjalanan hidup. Seperti mimpi buruk saja
kisahku sekarang. Siap mendapat caci maki dari gadis remaja tersebut…
Beberapa
pukulan mendarat memenuhi wajah dan tubuhku hingga mengucurkan darah segar.
Membalas pun bukan jalan keluar terbaik. Minimal rasa sakitnya bisa terbalut
dengan setiap pukulan tersebut. Horde hanya diam tanpa berkata-kata menatap
sesuatu yang terjadi di hadapannya.
“Kenapa
tidak membalas?” sang gadis remaja akhirnya berkata-kata di tengah kesunyian
malam.
“Entahlah”
hanya kalimat tersebut terucap.
“Hodre…”
Izryel tiba-tiba hadir di tengah kami. Berusaha melindungi tubuhku dari hantaman
sebuah balok. Rasa luka mendalam membuat seorang Adom menjadi seperti ini. wajar
jika dia ingin melenyapkan saya dari muka bumi.
“Izryel”
ketakutan melanda melihat darah segar mengalir dikarenakan sebuah balok kayu.
Tuhan, cukup Adiv diambil dariku tapi jangan Izryel. Hodre hanya meneteskan air
mata, sedangkan Adom menghentikan aksinnya.
“Kau
bukan adik yang kukenal kemarin” Izryel.
“Adikku
tidak sejahat itu” Izryel masih mencoba berkata-kata.
Bagian 11…
Kesekian
kalinya sang presiden berjuang menutup rapat tentang sesuatu hal sedang terjadi
dalam jalan hidup sendiri dari media. Sampai detik sekarang seorang pun tidak
pernah menyadari kematian putra tunggalku. Kehadiran Izryel membuat istri dan
gadis kecilku tidak pernah tahu sebuah rahasia kematian Adiv. Saya tidak akan
menuntut Adom untuk segala perbuatannya. Wajar sang presiden mendapat caci maki
terlebih pukulan keras karena segala sesuatu yang sudah terjadi.
“Bagaimana
semua ini bisa terjadi?” Zamira tiba-tiba saja berada di sini. Yah di ruangan
tempat di mana Izryel terbaring. Rumah sakit tersebut berada di bawah penjagaan
ketat bahkan tak seorang pun bisa masuk ke ruangan lantai paling atas kecuali
dokter tertentu. Mengamankan Adom di suatu tempat terpaksa kulakukan untuk
menghindari sesuatu hal. Saya tidak akan membalas semua perbuatannya atau
berniat melukai dirinya. Hodrefu sendiri hanya diam duduk pada satu barisan
kursi dari rumah sakit tersebut.
Saya
tahu bahwa gadis itu tidak akan pernah mengatakan apa pun. “Zamira” menatap ke
arahnya yang terlihat sangat khawatir.
“Kau
tidak perlu tahu kenapa saya bisa berada di sini?” Zamira.
“Ikatan
batin antara ibu dan anaknya membuat saya ingin mencari tahu keberadaan kalian”
Zamira. Apakah dia menyadari anak yang sedang terbaring saat ini bukan Adiv
anak kandungnya? Ikatan batin?
“Kau
terluka?” Zamira membelai wajahku.
Dia
selalu seperti itu, tidak pernah terlihat marah ataupun kecewa terhadap
suaminya sendiri. Apa yang akan terjadi andaikan istriku menyadari kematian
anak kami Adiv? Berjaga semalaman di samping Izryel tanpa menutup matanya
sedikitpun. Merenung kisah kehidupan keluargaku dan semua hal membuatku ingin
berteriak jauh di dasar hati. Zamira terus membelai rambut Izryel serta
memanjatkan doa buatnya.
Hodrefu
duduk seorang diri sekitar taman rumah sakit pada sebuah kursi panjang
semalaman. Saya sadar benar hatinya benar-benar hancur menyadari sesuatu hal
dibalik kematian tragis ayahnya. Permasalahan proyek Jalur Bermain beberapa
tokoh-tokoh penting menyatakan
sebuah penderitaan terhadap orang-orang bawah atau orang-orang yang tidak
mengerti apa-apa. Saat itu memang salah seorang pejabat memberi tahu kalau
pembicaraan penting mereka mengenai proyek tersebut di dengar.
Rasa
takut itulah membuat para anggota proyek Jalur Bermain menciptakan jebakan
terhadap seseorang alias ayah kandung dua anak kembar di rumahku. Bagaimanapun
saya tidak menyadari kematian orang tersebut, tetapi tetap saja kata
si’pembunuh berdarah dingin melekat kuat dalam jalanku. “Makanlah!” memberi
sebungkus roti ke tangan Hodre sebagai sarapan pagi.
“Kenapa?”
Hodre.
“Sulit
menjelaskan apa yang sedang terjadi kemarin” menjawab pertanyaan darinya.
“Kenapa?”
seakan Hodrefu ingin berteriak histeris tetapi tertahan oleh sesuatu…
“Maaf
membuat luka mendalam walaupun kata tersebut tidak akan bisa mengembalikan
waktu”…
Meninggalkan
dirinya seorang diri tanpa kembali membuat pernyataan. Penyamaran sang presiden
di sekitar rumah sakit memang terdengar sangat luar biasa. Zamira menyuapi
Izryel setelah tersadar dari tidurnya. Dokter mengatakan kondisi Izryel
baik-baik saja dan tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.
“Sudah
kenyang” Izryel tetap penuh semangat seolah tidak terjadi sesuatu. Apakah dia
sadar ayahnya meninggal akibat perbuatanku juga?
“Saya
tidak pernah bisa membencimu, jadi kau jangan berpikiran tentang hal semalam”
Izryel berucap terhadapku setelah Zamira berjalan keluar meninggalkan kami.
Anak remaja laki-laki ini mendengar setiap percakapan kami semalam termasuk
bagaimana pamannya melemparkan setiap pukulan ke seluruh tubuhku.
“Pamanku
memukulmu berulang kali, tapi kau masih bisa berdiri bahkan berjalan tidak
sepertiku” Izryel.
“Kenapa?”
pertanyaan terbodoh seorang presiden dan seolah mengutip ciri khas Hodre.
“Entahlah.
Seharusnya saya puas melihatmu menerima pukulan, tapi rasanya sangat sakit
ketika menyadari tetesan darah mengalir keluar begitu saja dari tubuhmu”
Izryel.
“Kenapa?”
“Tidak
ada jawaban untuk pertanyaanmu. Adikku tentu memiliki perasaan sama sepertiku,
walau dia terlihat seolah membiarkan kau terus menerima pukulan” Izryel.
“Saya
memang pantas menerima pukulan tersebut bahkan lebih dari itu.”
“Harusnya
kau kan yang berada di atas tempat tidur karena mendapat lebih banyak pukulan,
kenapa justru saya?” Izryel.
Ketika
hatinya terluka justru Izryel tetap berusaha menutup rapat. Dia masih ingin
melemparkan sebuah senyum bagi sang presiden jahat salah satu pembunuh ayahnya.
“Bagaimanapun ibuku berlaku kejam, tetapi ayahku selalu berkata hal baik
tentangnya. Tidak ada orang tua yang sempurna di dunia ini dan jangan menjadi
pembenci, kalimat ayahku tiap berbicara terhadap kami…”Izryel berucap saat
hendak meninggalkan rumah sakit setelah mendapat perawatan beberapa hari
lamanya.
“Sangat
sulit menjadi seperti ayahmu” kalimatku.
“Memang
sangat sulit, itulah sebabnya saya ingin tetap belajar menatap kau dengan satu
kehangatan” Izryel.
“Hal
terbodoh” membalas ucapannya.
“Memang
saya terlalu bodoh. Tidak pernah bisa membencimu apa pun alasannya” Izryel.
“Seluruh
bangsa melemparkan kebencian terhadapku”…
“Mereka
bukan diriku” Izryel.
Kami
berdua berjalan keluar dari rumah sakit melalui lorong rahasia demi menghindari
pemberitaan media. Diam seribu bahasa sepanjang perjalanan menuju rumah. Zamira
lebih dulu berada di rumah demi menghindari ribuan pertanyaan Zahlee tentang
kakaknya. Bisakah saya hidup seperti ayahnya bahkan menjadi bagian dari hidup
Izryel juga Hodre.
“Ternyata
kalian memiliki jalan rahasia seperti ini yah?” suara seorang wanita
mengejutkan kami setelah berada sekitar halaman rumah tersembunyi.
“Ibu”
Izryel menyadari siapa yang sedang berdiri di depan.
“Adiv
pulang…” ucapan Zamira terhenti saat melihat seorang wanita berdiri di halaman
rumah.
“Kakak
Adiv” Zahlee berlari kecil memeluk Izryel.
“Adiv?”
wanita di hadapanku kebingungan.
“Siapa
Adiv?” sekali lagi bertanya-tanya.
“Sejak
kapan kau menjadi Adiv?” wanita itu bertanya…
“Dia
bukan Adiv tapi anakku Izryel” wanita tersebut kembali membuat pernyataan.
“Pergi
dari rumah ini” Hodre pun tiba-tiba datang hendak mengusir ibu kandungnya.
“Apa
maksud ucapanmu?” Zamira.
Sejak
kapan wanita ini memata-matai kehidupan keluargaku? Membuntuti perjalanan kami
dari rumah sakit sampai terjadi pertemuan antara satu sama lain, benar-benar
tidak bisa dipercaya. “Kau wanita penghancur rumah tangga orang” pernyataan apa
lagi yang keluar dari mulutnya.
“Sampai
memiliki anak sekalipun, dia tidak pernah bisa melenyapkan namamu di hatinya.
Saya rasa-rasanya ingin membunuhmu” dia berusaha menyerang Zamira. Rahasia apa
lagi ini dan tidak kusadari sama sekali. Istriku bukan orang sejahat itu…
Pertengkaran
hebat terjadi belakang halaman rumahku. Rasa geram ibu kandung dua anak kembar
ini sedang memuncak. Hal lebih kacau lagi adalah saya harus berkata jujur
tentang Adiv terhadap istri dan gadis kecilku sebelum waktunya. Rahasia
terpendam istriku membuatku seperti tersiram air panas di siang hari. Zamira
menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria selain diriku? Sangat menyakitkan.
“Hentikan…”
Hodre berteriak sekuat mungkin.
“Bukannya
kau sangat membenci Izryel, lantas kenapa sekarang terlihat ingin mengakui
dirinya?” Hodre. Izryel selama hidupnya kehilangan sosok ibu.
“Ayahku
ditelantarkan olehmu, selalu saja memberi makian terhadap saudara kembarku
Izryel, dan sekarang kau datang seolah tanpa dosa” Hodre sangat gerah melihat
tingkah ibu kandungnya sendiri.
“Anak
durhaka” rasa geram wanita tersebut.
“Ibu
boleh memukul saya, tapi jangan adikku” Izryel menghalangi ibunya mendaratkan
sebuah tamparan ke wajah Hodre.
“Biarkan
saja ibu melakukan semua ini” Hodre berteriak.
“Kenapa
kalian bertengkar di rumahku? Siapa kau? Kenapa menyamar sebagai Adiv? Dimana
anakku Adiv?” Zamira sangat kebingungan.
“Tangkap
wanita itu!” menyuruh beberapa pengawal kepresidenan segera mengamankan ibu
kandung Izryel dan Hodre.
Kami
sekarang berada dalam sebuah ruang keluarga yang bahkan satu sama lain tidak
berani saling bertatapan. Saya tidak akan membentak, bertindak emosional,
geram, atau melakukan objek-objek aneh terhadap istriku sendiri karena masalah
menjalin hubungan dengan seorang pria selain diriku. Jalan keluar terbaik bagi
seorang kepala keluarga adalah berusaha bersikap tenang terlebih perananku
sebagai seorang pemimpin bangsa.
Mau
tidak mau rahasia kematian Adiv harus berakhir sekarang. “Dimana anakku Adiv?”
selang beberapa waktu Zamira mulai pembicaraan terlebih dahulu.
“Mereka
berdua tidak bersalah. Maaf menciptakan kebohongan di belakangmu selama ini”
meminta maaf terhadapnya walaupun saya sendiri terluka atas kasus menjalin
hubungan bersama pria lain.
“Ada
hubungan apa antara anda dan ayahku?” Hodre langsung berada pada pertanyaan
yang memang membutuhkan jawaban bagi kami semua.
Beberapa
saat semua kembali terdiam dalam keheningan. Suasana ruang keluarga presiden
terlihat mencekam beberapa kisah membutuhkan penjabaran antara satu sama lain. Kematian
Adiv, penyamaran Izryel, munculnya seorang wanita alias ibu kandung dua anak
kembar di rumahku, jalinan asmara antara Zamira dan pria lain. Posisi sebagai
kepala keluarga sekaligus pemimpin bangsa mengajar saya harus bersikap setenang
mungkin. Saling menyalahkan terlebih menyerang istri bukan jalan pemecahan
masalah. Kemarin pun kehidupan seorang presiden Kaska Kedhim berada pada sebuah
jurang, terlebih kasus kematian putraku karena alasan ingin melindungi sosok
ayah terkejam.
“Dimana
putraku?” Zamira.
“Adiv…”
mencoba untuk menjawab pertanyaan.
“Jelaskan
terlebih dahulu hubungan antara kau dan ayahku?” Hodre memotong pembicaraan.
“Semua
itu hanya masa lalu” Zamira.
“Tapi
jelaskan sebelum saya menjadi pembenci” Hodre.
“Kau
ingin tahu?” belum pernah saya melihat sosok Zamira dengan raut wajah seperti
sekarang, selama ini dirinya berusaha bersikap tenang.
FLASHBACK…
Seorang wanita cantik muncul sebagai
sosok murid baru di sebuah sekolah Nyanyian Harapan. “Perkenalkan nama saya
Zamira Asa. Menyukai hal-hal menarik seperti berteman, jalan, bergosip, makan,
dan banyak lagi.” seluruh anak riuh berteriak mendengar ucapannya. Dapat
dikatakan primadona sekolah Nyanyian Harapan bergeser pada dirinya.
Cantik, pintar, murah senyum, baik hati,
tidak sombong melekat dalam jalan sang primadona bernama Zamira Asa. Semua
cowok juga pasti mengglepek-glepek jika berada di dekatnya. Aktif di sekolah
baik dalam bidang olah raga ataupun kegiatan-kegiatan lainnya. Seiring waktu
berjalan seseorang dari kejauhan selalu memperhatikan setiap tingkah lakunya
dan terkadang tersenyum sendiri. Memang sih penggemar rahasia Zamira itu banyak
kiri-kanan bahkan sampai luar sekolah.
Diam-diam mengambil foto Zamira memakai
sebuah kamera. Sosok Jasin tidak pernah diperhitungkan oleh seluruh
teman-temannya. “Kenapa fotoku berada di sini?” Zamira tersadar seketika
seseorang mengambil gambar wajahnya diam-diam saat berada di tengah lapangan basket.
Berusaha mencari tahu siapa orang yang selalu memotret wajahnya.
“Pengambilan gambarnya bagus juga
ternyata” tersenyum sendiri namun tetap saja marah…
Sengaja mengumpulkan teman-temannya
dalam satu aula sekolah yang kemudian mengajukan ajang kompetisi murid
bertalenta. Jauh sebelumnya sosok Zamira telah berbicara di hadapan beberapa
guru mengenai kompetisi tersebut. “Saya pasti bisa menemukan siapa di balik
pengambilan wajahku” gumam Zamira.
Singkat cerita dia tidak sengaja
menabrak seorang siswa berkacamata dan cukup tinggi. Cowok ini berasal dari
kelas sebelah yang selalu berjualan kue ke seluruh ruang saat jam istirahat.
Lantai satu sampai lantai terakhir gedung sekolah di kelilingi habis biar
jualan kue miliknya habis. “Kue daganganku tumpah semua” menatap sedih
pemandangan di depannya. Diam tanpa melemparkan amarah itulah yang sedang
terjadi.
“Lagian kenapa juga jalan ngga liat-liat
jadi begini begini deh ceritanya” Zamira.
“Biar saya ganti rugi semuanya” Zamira
merasa kasihan juga di antara rasa kesalnya.
“Ngga usah” jawabannya membalas Zamira.
Berusaha mengumpulkan semua kue hasil dagangannya kembali ke dalam sebuah kotak
besar.
“Ya sudah” cetus Zamira.
Berlalu meninggalkan siswa bernama Jasin
si’pedagang kue. Selama kompetisi murid bertalenta berjalan, cowok remaja
tersebut sibuk menjajahkan kuenya. Sesekali mengeluarkan sebuah kamera miliknya
memotret primadona sekolah. “Ternyata kau orang yang suka memotret wajahku
diam-diam” Zamira hampir tak percaya setelah tersadar mendapati Cowok tersebut.
“Jangan salah paham” Jasin berbicara
gugup.
Kompetisi murid bertalenta sengaja
diusulkan oleh Zamira dengan tujuan ingin mencari tahu. Selembar foto dengan
wajahnya sebagai objek terpajang habis-habisan di sebuah gudang belakang
sekolah yang tidak terpakai lagi. “Kenapa tidak mendaftarkan diri sebagai
peserta?” Zamira bertanya dan melupakan rasa kesalnya.
“Peserta?” Jasin.
“Kau kan bertalenta, lantas kenapa tidak
dipertunjukkan?” memperlihatkan ruang tersebut yang menjadi tempat seorang
Jasin mulai menunjukkan kemampuannya.
“Kau tidak marah?” Jasin.
“Masalahnya hasil karyamu sangat
berseni. Jadi, rasa kesalku hilang” Zamira.
“Saya tidak tertarik ikut kompeti”
Jasin.
“Kau punya satu talenta, okey?” Zamira
menegaskan. Sejak saat itu mereka berdua menjadi sahabat dekat. Setiap kali
sang primadona selalu membantu mempromosikan hasil jajanan kue milik Jasin.
Singkat cerita adalah terjalin hubungan asmara antara primadona sekolah dan
tukang jual kue.
Jasin seorang yatim piatu yang harus
berjuang menafkahi dirinya sendiri. Tidak kenal lelah pagi-pagi buta membuat
kue seorang diri kemudian menjajahkan di sekolah. Andaikan ditanya tentang
mimpi dalam dirinya, maka semua berlawanan dengan apa yang dilakukan sekarang.
“Saya ingin menjadi seorang jurnalis sekaligus photographer handal”
mengungkapkan sesuatu hal di hadapan Zamira.
Mereka selalu menjadi sepasang kekasih
terbaik sekian tahun berlalu. Berada dalam satu universitas yang sama walaupun
dengan jurusan berbeda tidak merusak kisah cinta sejak masa sekolah. Saling
berbagi cerita, memberi semangat, menciptakan banyak petualangan menjadi ciri
khas unik dunia mereka berdua.
“Kalau Tuhan berkehendak kita berdua
menikah terus punya anak sepasang, saya akan memberi nama Izryel dan Hodrefu”
Zamira memulai dialog di antara hembusan angin kampus. Beberapa hari lagi
mereka berdua akan memakai toga setelah menjalani masa kuliah selama beberapa tahun.
Pekerjaan sampingan Jasin sebagai photographer menjadi penghasil untuk
menyambung hidup juga biaya pendidikan.
“Kenapa menamakan anak kita seperti
itu?” Jasin.
“Izryel artinya berjuang bersama Tuhan.
Hodrefu sendiri merupakan singkatan dari hope, dream, and future” Zamira.
“Sedikit kerenlah” Jasin.
“Kok sedikit sih? Bayangkan bagaimana
sosok hidup seperti ayahnya berada dalam satu alur harapan, mimpi, dan masa
depan dimana Tuhan selalu ada berjuang bersama dengan dirinya…yah kan?” Zamira.
“Terserah” Jasin.
Hubungan tersebut seakan kandas setelah
pernyataan resmi orang tua Zamira yang tidak merestui Jasin sebagai menantu.
Bertahun-tahun berjalan dan hancur seketika hanya karena pihak orang tua dari
perempuan hanya melihat sisi luar sang pria. Singkat cerita adalah seorang pria
mapan bernama Kaska Kedhim melamar Zamira untuk menjadi pendamping hidupnya.
Zamira hanya bisa menangis seorang diri
dalam kamar akibat kelakuan buruk kedua orang tuanya. Pernikahan terjadi bukan
karena berlandaskan cinta melainkan keinginan orang tua sangat menyakitkan.
Orang tuanya mengancam akan menghancurkan karir photographer sekaligus jurnalis
Jasin yang baru dimulai kalau menolak pernikahan tersebut. Menikahi pria mapan
semacam Kaska Kedhim menghancurkan hati seseorang di luar sana. Jasin akhirnya
menikah dengan teman kampusnya sendiri bernama Meara yang tahu pasti kisah
jalinan asmara masa lalunya.
FLASHBACK…
Zamira menjelaskan semua kisah masa
lalunya di hadapan kami. Saya penghancur hubungan ayah Hodre bahkan berperan
sebagai pihak ketiga. Kenapa wajah Adiv dan Izryel sangat mirip? “Dimana anakku
Adiv?” Zamira tersungkur menangis.
“Adiv berusaha melindungi ayahnya paling
brengsek sampai rela mengorbankan nyawa sendiri” berkata jujur walau saya akan
semakin membuat dia terluka.
“Ayahku maksudku bagian masa lalumu juga
meninggal dengan cara tragis” Hodre.
Jauh lebih baik Zamira menyadari semua
ini seperti apa pun reaksinya. “Tanpa saya sadar karena proyek besar Jalur
Bermain sampai cinta pertamamu meninggal. Hal terburuk lagi karena saya salah
satu pelaku terkejam” kepala tertunduk yang tidak pernah bisa menatap ke
arahnya sekarang. Suara tangis istriku pecah seolah meluapkan segala lukanya
selama bertahun-tahun terlebih setelah mendengar berita kematian Adiv.
“Kau bisa melampiaskan lukamu terhadapku
atau bahkan membunuh mungkin”…
Zamira terus saja menangis menangis
menangis dan menangis lagi. Tangisan yang selama ini di tahan akhir cerita
meledak seketika. Andaikan perpisahan jalan terbaik masalah untuk membalut
lukanya akibat perbuatan, saya siap menjalani. Memaksakan pernikahan bahkan
menghancurkan impian ingin menikah dengan pria terbaik dalam hidupnya. Dia
terlalu kuat untuk tetap berada dalam lingkaran hidup pria brengsek sepertiku.
Bagian 12…
“Saya ingin bertemu Meara ibumu” Zamira
menghentikan tangisnya setelah berjam-jam lamanya histeris. Entah apa dalam
benak istriku sampai ingin bertatap muka dengang wanita tersebut. Kesekian kali
terjadi kalau dia tidak ingin melemparkan kata-kata atau bahkan menyalahkan
diriku atas kematian dua orang terbaik dalam hidupnya.
Semua orang membenciku, namun tidak bagi
Zamira tetap berdiri tersenyum memberi sesuatu kekuatan. Dia hanya melampiaskan
tangisannya tanpa menghujat ataupun melemparkan pertanyaan lagi. Selalu saja
seperti itu. “Kenapa mencari ibuku?” Hodre.
“Bukannya ibuku lagi terkurung di suatu
tempat atas perintah presiden?” Izryel.
“Maaf saya terpaksa melakukan semua ini
untuk sementara waktu” menatap ke arah dua anak kembar di depanku.
“Selamanya mengurung dia juga tidak
apa-apa” Hodre.
“Bagaimanapun kepribadiannya, mau
separuh monster dan separuh manusia, dia tetaplah ibuku. Jadi tolong jangan
menyakiti dia terlebih mengurung dalam waktu lama” Izryel bersujud memohon
sesuatu…
“Di mana wanita itu?” Zamira masih
dengan pertanyaan sama.
“Kenapa kau selalu seperti itu? Tidak
pernah bisa melemparkan caci maki bahkan rasa geram terhadap suamimu sendiri?”
menatap Zamira.
“Dimana dia terkurung?” Zamira.
Selalu saja jalan hidup pendamping
hidupku adalah diam memendam rasa luka seorang diri. Dia hanya ingin bertemu
wanita bernama Meara yang tak merupakan suami dari mantan pria terbaik dalam
hidupnya. Apakah mungkin Zamira ingin mencari tahu tentang kisah Jasin sang
mantan setelah sekian tahun berlalu? Rasa sakit meninggalkan pria tersebut
bahkan sangat terpaksa berlari ke pelukan pria jahat sepertiku membuat dirinya
seolah terdiam untuk hal apa pun.
Mengabulkan keinginan dia bertemu wanita
yang tak lain merupakan suami dari seseorang paling berarti bagi hidupnya
sampai kapanpun. Minimal semua itu dapat membalut setiap luka di sekitar
dinding tersembunyi jauh di dasar hatinya. “Kenapa kau datang kemari?”
pertanyaan pertama sekaligus tatapan sinis wanita tersebut.
“Kenapa katamu?” pertama Zamira terlihat
geram.
“Wanita iblis penghancur rumah tangga
orang” Meara.
“Saya bukan iblis” penekanan kalimat
Zamira.
“Tidak puas menghancurkan kehidupanku?
Sekarang datang bertujuan ingin menyombongkan diri?” Meara.
“Saya tidak pernah menjalin hubungan
bersama Jasin setelah menikah. Lantas kenapa kau sengaja menghancurkan
kehidupan keluargaku?” Zamira.
“Apa maksudmu?” Meara.
“Jangan pura-pura bodoh. Wajah Adiv dan
Izryel sangat mirip. Saya seorang ibu yang tidak bisa dibohongi” Zamira.
Saya sama sekali tidak memahami arah
ucapan Zamira kemana. Kupikir pertemuan antara dia dan wanita tersebut hanya
ingin membahas dunia seorang Jasin. “Naluriku sebagai ibu selalu berteriak
setiap melihat Izryel. Kau pasti menyembunyikan sesuatu” tidak pernah sekalipun
Zamira melemparkan gertakan terhadap orang lain, ini pertama kali dirinya
berkata-kata seperti itu.
“Saya tahu seperti ada perbedaan antara
Adia dan Izryel. Sebagai ibu semua itu bisa saya bedakan, tetapi naluri seorang
ibu tidak bisa dibohongi kapanpun” Zamira.
“Ternyata ikatan batin ibu dan anak
terjalin juga yah” Meara.
“Apa maksudmu?” ingin mencari tahu…
“Saya memang sengaja menculik bayi
kembarmu di rumah sakit 18 tahun lalu. Kau dan saya berada di rumah sakit
sekaligus ruang partus yang sama saat hendak melahirkan buah hati
masing-masing. Singkat cerita, saya sengaja menyamar sebagai suster untuk
mengelabui semua penghuni rumah sakit dan akhirnya berhasil” Meara.
“Saya bisa balas dendam melalui anakmu.
Rencana menghancurkan keluargamu depan mata sekali lagi memakai darah dagingmu
sendiri ketika besar nanti. Keren kan?” Meara.
“Ibu semua ucapanmu hanya bahan candaan
kan? Tidak benar?” Izryel tiba-tiba saja hadir di tengah kami.
“Kau hanya aksi balas dendam saja”
Meara. Ucapan menyakitkan wanita tersebut. Kenapa saya tidak pernah menyadari
kejadian depan mata saya sendiri? Kematian anakku, kisah masa lalu Zamira,
seorang wanita menculik saudara kembar Adiv, bahkan masih banyak hal
tersembunyi seperti mengapung di permukaan. Hodre dan Izryel bukan saudara
kembar terlebih memiliki hubungan darah. Wanita itu berbohong terhadap suaminya
kalau mereka memunyai bayi kembar, pada hal kenyataannya tidak sama sekali.
Tidak pernah berpikir kalau sang presiden memiliki anak kembar. Sebuah drama
memainkan kisah hidup Adiv bersama kakak kembarnya Izryel.
Ruang bawah tanah tempat Meara di tahan
menjadi saksi satu alur cerita bayi kembar terkuak seketika. Siapa pernah
menduga semua hal tersebut terjadi? Tiga tahun kami menantikan buah hati hingga
di akhir cerita sang pencipta menanam benih dalam Zamira. Cerita berlanjut
setelah kelahiran bayi kembar adalah drama terjahat yang pernah ada.
Memerintahkan beberapa pengawal membawa wanita tersebut ke suatu tempat jauh
terpencil jauh dari ibu kota demi menghindari beberapa hal. Bukan karena saya
takut kisah keluargaku terkorek, melainkan semua mempunyai waktu sendiri.
Seminggu lagi perayaan hari ulang tahun
kemerdekaan Negara, bisa saja kelompok tertentu memanfaatkan situasi demi
kepentingan pribadi. Saya tidak ingin keluargaku berada pada garis bahaya.
Membawah Zamira berziarah ke makam Adiv beberapa jam setelah pertemuan kami
dengan wanita tersebut. Air matanya tidak kunjung sirna bahkan terus saja
menangis seolah segala hal dalam hidupnya hancur berkeping-keping. Gadis
kecilku juga ikut bersama kami di tempat Adiv beristirahat.
Dia tidak pernah menyalahkan apa pun
yang telah kulakukan. Dalam tangisan Zamira kata-kata kebencian terhadapku
tidak terisirat sama sekali. Depan kubur air matanya terus saja mengalir tanpa
berkata-kata. Lukanya meluap melalui bulir-bulir Kristal. “Hari sudah mulai
gelap” entah mengapa hanya kalimat itu saja bisa keluar.
“Ayah, kenapa bunda nangis terus?”
Zahlee kecil memegang kuat tanganku.
“Bunda hanya butuh waktu” menjawab
pertanyaan gadis kecil.
Zamira berusaha menghentikan tangisnya
kemudian mulai berjalan perlahan-lahan. Suara tembakan beberapa kali terdengar
ketika kami hendak menuju sebuah mobil. Hal lebih mengejutkan adalah darah
segar mengalir seketika. Saya berpikir darah tersebut mengalir dari tubuhku,
kenyataannya tidak. “Bunda…” teriak gadis kecil.
Kesekian kali orang terdekatku
mengorbankan dirinya buatku. Yah, Zamira berusaha melindungi suami bersama
gadis kecilnya dengan membiarkan tembakan tersebut memenuhi tubuhnya berulang
kali. Sejak dia menyadari satu rahasia, sekalipun belum berucap terhadapku.
“Kenapa kau lakukan itu?” histeris melihat bagaimana kisah seorang istri
berjuang mengorbankan dirinya untuk melindungi suami dan gadis kecilnya.
“Jawab jawab jawab…” teriakanku
mengguncang tubuhnya.
“Bunda” tangis Zahlee.
“Bunda hanya tidur kan ayah?” Zahlee.
“Ayo bangun! Jawab pertanyaanku” terus
mengguncang tubuhnya.
“Dia hanya masa lalu, tetapi kau ayah
bagi anak-anakku” pernyataan seorang istri sebelum akhirnya menghembuskan nafas
terakhir.
“Kau belum mendengar Izryel memanggilmu
bunda” menggoncang tubuh tak bernyawa di hadapanku.
“Kumohon jangan tinggalkan kami”
tangisku pecah…
“Beri saya kesempatan memperbaiki semua
hal” berucap lagi…
“Kenapa melakukan ini terhadapku?”
sekali lagi berkata-kata.
Selalu sabar bahkan setia berada di
samping suami sepertiku. Tuhan, apa ini hukuman buatku? Semua orang melemparkan
caci maki, kebencian, kutuk, pandangan sinis tetapi dia tetap setiap bahkan
memberi senyum terbaiknya. Ketika saya menjadi salah satu penyebab kematian
pria paling berharga buatnya, sekalipun ucapan kebencian tidak pernah ada
buatku. Kebohongan tentang kematian Adiv pun, setitik saja pandangan geram
terhadapku juga tidak terjadi sama sekali…
“Bunda hanya tidur” Zahlee memeluk
tubuhku.
Saya tidak ingin berbohong lagi.
Membiarkan seluruh dunia tahu bagaimana istriku rela mengorbankan dirinya demi
sang presiden iblis sepertiku. Seluruh media menyoroti pemberitaan kematian
istri seorang presiden. Saya tidak butuh rakyat berkabung, hanya saja jangan
sampai mereka membuat pemberitaan jelek tentang Zamira. Ibu dari anak-anakku
memiliki sisi pribadi yang belum tentu para istri di luar sana bisa miliki.
“Tuhan, jahit bibit mulut mereka semua
untuk tidak berkata-kata buruk mengenai kematian tragis Zamira?” seru doa
seorang suami. Cukup saya saja menjadi pemberitaan jelek bahkan mendapat caci
maki. Jangan jadikan dunia medsos sebagai ajang melemparkan caci maki yang
belum tentu diketahui kebenarannya.
Tersungkur menangis samping makam Zamira
membuatku tidak dapat berkata-kata. Istriku belum sempat memeluk Izryel setelah
menyadari kebenaran depan mata. Zahlee masih terlalu kecil untuk kehilangan
kasih sayang seorang ibu. Kenapa harus mengorbankan nyawa sendiri demi
melindungi suami jahat sepertiku? Jelas-jelas saya merupakan penyebab utama dia
tidak dapat menyatu bersama sosok pria terbaik dalam jalan hidupnya. Adiv anak
kami pun pergi hanya karena ingin menyelamatkan ayahnya.
Hujan deras pertanda bumi pun ikut larut
dalam kesedihan. Menyuruh Izryel, Hodre, bersama gadis kecilku Zahlee pulang
lebih dahulu serta membiarkan saya seorang diri berada di samping makam Zamira.
Andaikan waktu bisa berputar kembali dan membiarkan saya saja diambil oleh sang
pencipta tapi jangan mereka berdua.
Semalaman saya terus menangis di samping
makam tersebut seperti orang gila yang
bahkan tidak memiliki pengharapan sama sekali. Tiba-tiba saja seseorang memukul
bagian kepalaku hingga tidak menyadari sesuatu hal. “Di mana saya?” setelah
tersadar.
Kedua tanganku terikat kuat oleh rantai
besi. Berada dalam ruang gelap gulita yang mana saya sendiri tidak tahu. “Sudah
sadar rupanya” suara tidak asing lagi.
Beberapa kelompok pejabat, tokoh-tokoh
di belakang layar yang kelihatannya tenang tetapi sangat iblis, bersama
sekumpulan teroris bersatu ingin menghancurkan hidupku. lampu ruangan menyala
seketika sehingga saya dapat mengenali wajah mereka satu per satu. Angggota
parlement pun juga hadir ingin menyaksikan berita kematianku secara langsung.
Hal lebih mengerikan adalah pejabat-pejabat penting bekerja sama dengan
sekumpulan teroris untuk menghancurkan bangsa dan Negara ini hanya demi
keserakahan belaka.
“Kau betul-betul hebat menghancurkan
semua rencana kami” pak Bumid mulai mengangkat pembicaraan.
“Pejabat makan rakyat sendiri, hebat
sekali yah” menyindir mereka.
“Jangan berlaku munafik” sebuah pukulan
di arahkan sekitar wajahku hingga mengalirkan darah segar. Seperti inilah dunia
politik, bertindak tegas berdampak bagi nyawa sendiri. Saya harus siap dengan
resiko tersebut. Berulang kali mereka menghujam seluruh tubuhku memakai sebuah
kayu sambil tertawa lebar.
Mungkin lebih baik saya berakhir
sekarang. “Di dua tempat berbeda terdapat bom dan 30 menit dari sekarang akan
meledak seketika” pak George berkata-kata seperti iblis.
“Kalian benar-benar kejam” sangat marah.
“Bom pertama berada di sebuah gedung
terbesar dan jika meledak tentu belasan ribu orang meninggal begitu saja” salah
satu ketua teroris paling diincar internasioanl berucap.
“Tuhan…” jerit hatiku berteriak kuat di
dalam.
“Bom kedua berada di sebuah gudang kecil
tanpa ribuan orang, tetapi tubuh anakmu siap menerima ajalnya tiga puluh menit
lagi. Silahkan pilih!” mereka memperlihatkan video berisi dua tempat berbeda.
“Waktumu tidak banyak” seolah
mempermainkan hidup sang presiden. Memilih belasan ribu orang atau peninggalan
terakhir istriku. Harta berharga seorang ayah adalah anak-anaknya bukan istana
ataupun seluruh dunia.
“Tapi selamatkan dirimu dululah” ucapan
mereka.
Hal tidak pernah kupikirkan sama sekali
adalah seseorang berusaha mengalihkan perhatian mereka semua. Entah bagaimana
cara sampai orang tersebut berhasil menjebak kumpulan manusia jahat. “Meara”
ternyata dia adalah Meara.
“Bom ini sebentar lagi meledak, lari
selamatkan anak-anakku Hodre, Izryel, juga orang banyak di luar sana!” entah
bagaimana wanita itu berada di sini. Apa yang terjadi dengannya? Tiba-tiba saja
kebenciannya berubah setelah semua hal yang sudah terjadi.
“Ta…ta…ta…pi”
“Pergi sebelum mereka berhasil lepas!”
mendorong tubuhku.
“Kau bisa mati” teriakku.
“Saya akan berusaha mengalihkan
perhatian sekaligus menghalangi mereka meninggalkan tempat ini. Kalaupun harus
mati tidak jadi masalah” Meara.
“Kita pergi bersama-sama” ucapku.
“Harus ada orang berkorban dan itu aku.
Katakan pada kedua anakku terlebih Izryel kalau saya benar-benar mencintai
mereka dan menyesal atas semua kelakuan jahatku,” mendorong tubuhku keluar dari
tempat tersebut. Meara berhasil mencuri salah satu rakitan bom mereka sampai
akhirnya semuanya meledak dalam hitungan menit. Seakan Tuhan membuatku berlari
cepat sehingga saya berhasil menyelamatkan diri sebelum tempat itu meledak.
Para pejabat, kumpulan tokoh-tokoh tertentu, Meara, bersama teroris-teroris
paling menjadi incaran internasional menyambut maut dalam sekejap.
Saya masih punya waktu untuk menyelamatkan
salah satu di antara gedung tersebut. Tuhan, apa yang harus kulakukan?
Mengorbankan anak-anakku apakah memang jalan keluar masalah? Belasan ribu nyawa
sedang berada di ujung maut sekarang. Seorang ayah terus meneteskan air mata
sambil terus berlari sekuat mungkin. Sekali lagi Tuhan mengirim satu kendaran
motor untuk kugunakan menolong siapa yang harus kutolong.
“Adiv
hanya ingin ayah memperbaiki semuanya. Melihatmu dari atas sana berjuang
membuktikan kalau ayah memang presiden terbaik di mata semua orang bukan iblis…”
kata-kata Adiv terus terngiang.
“Ayah
ayah ayah” suara Zahlee gadis kecil pun berkumandang.
“Karena kau bukan ayahku” separuh kalimat
Izryel juga bermain.
“Kau
bilang ingin menjadi pengganti ayahku tapi kelakuanmu seperti manusia bodoh”
ucapan Hodre terdengar jelas.
Tuhan, apa yang harus kulakukan?
Menyelamatkan harta paling berharga buatku ataukah nyawa belasan ribu orang?
Seluruh saluran komunikasi sengaja dirusak oleh mereka dan sekarang…
“Maaf tidak bisa menjadi ayah terbaik
buat kalian” melajukan motor menuju sebuah gedung besar. Seperti Tuhan sengaja
membuat motor itu berjalan begitu cepat tanpa memperdulikan apa pun di sekitar.
Dalam tangis saya berlari seperti orang gila berusaha mencari bom tersebut.
Menyuruh mereka meninggalkan gedung itu sebisa mungkin sambil terus mencari dan
mencari.
Satu kotak dalam sebuah koper berbunyi
pelan di suatu sudut gedung tersembunyi dari jangkauan. Tangan gemetar,
berlumuran darah, seperti orang gila, dan terus menangis ketika berjuang
membuka koper kecil itu. Kecanggihan teknologi membuat bom tersebut hanya
memperdengarkan suara sangat lembut dengan desain paling rapi di antara semua
bahan peledak. Saya harus bisa menjinakkan alat tersebut, apa pun caranya.
Tuhan, beri saya petunjuk sekali saja.
Memutuskan salah satu kabel tersebut dengan mata tertutup. Sekali lagi, sang
pencipta membuat saya berhasil setelah detik-detik berpikir dalam waktu
singkat. “Berhenti” seru seorang polisi. Sang pencipta membuat mujizat, pada
hal secara akal manusia tidak mungkin bisa semua itu terjadi. Sikap tenang
sekalipun dapat berakibat fatal ketika berhadapan situasi tersebut terlebih
dalam keadaan tangisan histeris
“Bapak berhasil” teriaknya. Saya
berjuang berlari meninggalkan gedung tersebut sambil melihat jam. “Di mana
helicopter?” teriakku seperti orang gila. Menangis menangis dan menangis…
“Mobil?” berteriak mengguncang tubuh
semua orang di sekitarku.
Kekuatan itu sekali lagi berada dalam
tubuhku ketika berlari seperti orang bodoh. Menarik keluar seseorang dari
sebuah helicopter kemudian mengemudikan seorang diri. Saya masih punya
kesempatan waktu walaupun dikatakan tidak sampai lima menit. Perasaan seorang
ayah tentu hancur berkeping-keping menyaksikan semuanya. Histeris dalam
tangisan terus terjadi.
“Harta berharga seorang ayah…” jerit
tangisku.
Tiba-tiba sebuah ledakan keras bergema
sebelum helicopter berhasil mendarat. Saya hanya bermimpi dan semuanya bukan
kenyataan. Hartaku masih hidup. Gadis kecilku tidak mungkin pergi. Izryel belum
pernah memanggilku ayah. Saya belum melihat Hodre tersenyum lagi.
“Tidakkkkkkk…” berteriak gila…
“Kenapa semua pergi?” tangisku.
“Zahlee sayang ayah kan? Kenapa?”
seperti orang gila memukul diri sendiri. Tidak lagi memperdulikan luka yang
sedang mengucur pada tubuh.
“Ayah” suara itu terdengar jelas.
Berusaha menghentikan tangisku dan mencari suara tersebut. Mereka masih hidup.
Tuhan menyelamatkan hartaku. Dengan kaki pincang berlari ke hadapan…
Danils si’manusia autisme ternyata
berusaha menolong mereka bertiga. “Terima kasih” ratusan kali bersujud di
hadapan Danils. Hartaku masih hidup. Memeluk mereka dengan air mata. Di tengah
pelukan kami ternyata seseorang memperhatikan dari jarak cukup dekat. Beruntung
saja kedua bola mata seorang ayah bisa menangkap dengan cepat.
“Ayah…” teriak gadis kecilku setelah
mendengar peluru terus bermain memenuhi tubuhku. Tidak perduli apa pun, yang
terpenting hartaku tidak boleh mencium jurang maut. Berusaha melindungi Kristal
paling berharga bagi seorang ayah dengan membiarkan peluru terus saja menembus
tubuhku. Sebelum akhirnya terjatuh, saya masih bisa melihat seseorang menembak
satu-satunya kumpulan teroris itu dari belakang hingga mati hanya dengan satu
peluru.
“Ayah…” tangisan Zahlee.
Ada begitu banyak orang tiba-tiba hadir
di tempat tersebut. Danils si’dokter autisme berusaha melakukan pertolongan.
“Apa yang terjadi?” bertanya-tanya setelah melihat Zahlee terus saja menangis.
“Lakukan yang terbaik buat ayahku”
Izryel tidak pernah menarik kerah baju Danils seperti itu.
“Kau harus hidup” Hodre menangis sekeras
mungkin. Danils sendiri melakukan pembedahan di tempat dalam keadaan darurat
dengan alat seadanya. Berusaha mengeluarkan seluruh peluru pada tubuh seorang
pria dengan ketrampilan tangannya. Saya ada di mana? Itukan tubuhku, melihat
wajah pria tersebut.
Bantuan beberapa tenanga medis akhirnya
tiba. “Presiden kehabisan banyak darah” Danils..
“Darah AB” ucap seorang perawat. Danils
berusaha melakukan drips cepat setidaknya sang presiden masih bisa bertahan.
“Presiden kehilangan banyak darah, jadi
masih butuh pengucuran darah AB lagi sedang kita kehabisan stock” ucap dokter
lain.
“Darah AB” Danils langsung ke inti
kalimat di hadapan anak-anakku.
“Ambil darah saya” Izryel.
Mereka berjuang sekeras mungkin untuk
mendapatkan kembali detak jantung memakai sebuah alat ECG. “Ayo kembali” teriak
Danils terus berjuang. Tubuhku seolah-olah menghilang dari antara mereka semua
dan berada di suatu alam lain. Kenapa semua tanah di sini terbuat dari emas?
Jalanan yang kulalui ternyata bukan dari bahan aspal seperti di tempatku,
melainkan semuanya bercerita tentang emas. Seseorang tersenyum di sampingku
sambil terus berjalan bersama denganku.
“Saya lapar” ucapanku terhadap malaikat
di samping. Yah, saya tahu dengan pasti kalau dia adalah malaikat utusan sang
pencipta. Singkat cerita, kami tiba-tiba saja berada pada sebuah taman yang
belum pernah ada di dunia dengan desain paling indah bahkan terbaik di antara
yang terbaik. Mengajariku membuat sebuah roti hanya dengan bahan setetes embun.
“Lezat sekali” terus makan dengan sangat
lahap. Sampai akhirnya saya kenyang dan membuang roti tersebut ke lantai dengan
bahan emas. Hal yang terjadi adalah sisa rotiku menghilang begitu saja dan
tidak terdapat satu sampah pun di sini. Kami bermain-main kesana kemari sambil
berkeliling sekitar taman tersebut. Membuat permen karet hanya dengan bahan
akar tumbuhan strobery terdengar menyenangkan.
Saya bersama para malaikat bermain balon
hasil mengunyah permen karet tadi. Tidak ada kesedihan, air mata, pergumulan,
dan segala masalah. Saya benar-benar melupakan apa yang sedang terjadi.
“Sepertinya ada yang ingin bertemu denganmu” malaikat berbicara penuh
kehangatan terhadapku.
“Ayah” suara tidak asing memanggilku
ayah.
“Adiv” sangat bahagia melihat anakku
berada di tempat ini. berlari memeluknya hingga kami berdua melepas rindu.
“Ada lagi seseorang luar biasa ingin
bertemu denganmu?” malaikat tersenyum terhadapku.
“Siapa?” pertanyaanku. Berbalik melihat
siapa yang dimaksud sang malaikat. Kebahagiaanku menjadi double sekarang.
Zamira tersenyum hangat memandang ke arahku. Kami bertiga terus saja saling
berbagi cerita. Mereka berdua terus menanyakan keadaan Zahlee dan Izryel hingga
membuatku sulit berkata-kata. Tiba-tiba malaikat membuatku berada di suatu
tempat. Terdapat sebuah rumah yang masih butuh waktu penyelesaian bahkan
sekitar 70% terlihat kacau.
“Rumah itu milikmu suatu hari nanti”
malaikat.
Malaikat di sampingku menjelaskan kalau
hampir keseluruhan pemimpin dunia tidak memiliki tempat di sini. Menganggap
diri sebagai Tuhan, serakah, sombong, politik kotor, perselingkuhan, dan masih
banyak dosa lagi menjadi penyebab hal seperti itu terjadi. Rumahku pun terlihat
hancur di sana. Kenyataan sebenarnya adalah namaku pun tidak terdaftar di
dalam, namun karena kesempatan dari sang pencipta membuatku dapat belajar
memperbaiki sesuatu setahap demi setahap.
“Kau harus membuktikan seorang pemimpin
suatu Negara juga memiliki satu kisah terbaik untuk menyatakan diri dalam kitab
kehidupan. Memang sangat sulit menjalani setiap objek karena ada begitu banyak
jebakan-jebakan hingga membuat para pemimpin di belahan dunia sana hancur
seketika” malaikat berkata-kata lagi…
“Artinya apa?” bertanya.
“Belum waktunya kau berada di sini
karena masih harus berjuang lebih dari bayangan semua orang” Malaikat.
“Tapi saya bahagia tinggal di sini” menolak
dengan keras perintah sang malaikat.
“Coba lihat ke bawah!” perintah malaikat
membuatku berada pada sebuah lantai kaca bening sehingga dapat melihat segala
aktifitas bumi. Gadis kecilku menangis keras pada suatu dinding pojok rumah
sakit. Izryel terus memukul tembok hingga membuat tangannya terus mengalirkan
darah segar. Horde duduk di tengah taman seperti biasa dengan bulir Kristal
tanpa henti.
“Tuhan sudah mengambil bunda bersama
kakak Adiv, tapi sekali saja dengar doaku jangan mengambil ayah lagi gadis
kecil sepertiku” kata-kata tersebut tanpa rasa bosan terus bergema memenuhi
perbendaharaan kata Zahlee.
“Kau belum mendengar saya memanggilmu
ayah, jadi jangan pergi” Izryel.
“Kenapa kau seperti ayahku pergi begitu
saja. Tuhan, bisakah saya meminta sesuatu terhadapmu” jeritan hati gadis remaja
terdingin…
Kenapa begitu banyak orang berkumpul
memenuhi halaman rumah sakit. Puluhan ribu manusia memegang setangkai bunga
sambil terus menangis dalam doa memohon sesuatu. Ketika malam tiba, mereka
semua menyalakan sebuah lilin di tangan masing-masing. “Tuhan, maaf selalu
menjadi rakyat paling jahat, kembalikan presiden kami” seru salah seorang.
“Beri saya kesempatan meminta maaf”
jerit yang lain.
“Saya ingin presidenku kembali”…
“Presiden Kaska seperti pelita di
tanganku rela mengorbankan dirinya untuk orang lain. Tuhan, hidupkan presidenku
lagi” mereka terus meraung-raung dalam bulir-bulir Kristal.
Di tiap sekolah ribuan anak-anak hanya
duduk meratap dalam isakan tangis memohon hal yang sama. “Kata mamaku, doa anak
kecil cepat dijawab berarti Tuhan pasti bisa mengembalikan presiden Kaska lagi”
salah seorang anak berusia lima tahun berkata-kata dalam doanya.
“Saya tidak butuh permen yang banyak,
tapi kembalikan presiden Kaska” jagoan kecil polos.
Dunia medsos penuh kalimat-kalimat doa
bagi presiden mereka. Caci maki kebencian berubah menjadi satu alur doa terbaik
buatku. Setiap rumah di negaraku hanya menyalakan sebuah lilin pada malam hari
bahkan berdoa berjam-jam tanpa henti. Permohonan maaf atas setiap hal yang
terjadi hingga keinginan presiden kembali menjadi inti doa mereka. Seorang pria
terbaring kaku dengan segala jenis pemasangan alat medis membungkus tubuhnya. “Saya
masih ingin melihatnya menjadi pelita di tengah ruang gelapku” salah satu jerit
tangis di antara ribuan generasi muda bergema memenuhi gendang pendengaranku.
“Beri saya kesempatan menatap wajah
presiden. Maaf untuk semua kebencianku kemarin terhadapnya” di satu pedesaan
kecil terdapat pria tua sedang berdoa buatku.
“Tentu hatimu menyadari jelas jawaban kenapa
kau harus kembali” malaikat berkata-kata sangat lembut.
“Zahlee terus saja menyebut namamu dalam
doanya. Dia terlalu kecil untuk hidup tanpa seorang ayah di sampingnya” Zamira
tiba-tiba hadir di tengah kami.
“Anakku Izryel pun ingin ayahnya kembali”
Zamira.
Malaikat mendorong tubuhku tiba-tiba
dalam hitungan detik hingga membuatku jatuh ke bawah. “Dokter, tangan presiden
bergerak” teriak perawat.
Wajah para medis lebam karena jerit
tangis mereka bagi sang presiden. “Presiden kembali” salah seorang perawat
berusaha menghapus bulir Kristal dari kedua bola matanya.
“Ayah ayah ayah tidak akan pergi lagi
kan” Zahlee berlari memeluk tubuhku. Berusaha mencabut beberapa peralatan medis
dari tubuhku dan mencoba untuk duduk memandang wajah mereka semua. Saya tahu
pasti apa yang sedang terjadi dan bagaimana mereka menjerit dalam doa luar
biasa bagi seorang presiden aneh sepertiku.
“Kau kembali” tangis Hodre di samping
tempat tidurku.
“Saya tidak pernah membencimu atas
kematian ayahku” Hodre.
“Saya janji akan memanggilku ayah tanpa
bosan, tapi jangan membuatku takut” Izryel.
“Mau itu ribuan kali?” kalimat pertama
keluar untuk Izryel.
“Ribuan kali, jutaan atau puluhan juta
kali tapi jangan pergi dari jalanku lagi” Izryel tertunduk.
“Presiden tidak boleh pergi” Danils sang
dokter autis dalam tangis harunya.
“Tentu” …
Seluruh rakyat menangis bahagia hingga
mereka berjuang habis-habisan menemui sang presiden dengan membawa setangkai
bunga segar. Saya baru menyadari kalau ternyata tubuhku sudah sebulan lebih terbaring
di sini. Seluruh dokter dan perawat bergantian berjaga di sampingku tanpa
henti. Jutaan rakyat menangis dalam doa siang malam hanya demi mengembalikan
pemimpin mereka. Kebencian berubah menjadi kehidupan itulah kisah hidupku
sekarang.
Istri dan anakku sedang tersenyum di
atas sana buatku bersama kehidupan baru. “Ayah harus pelan-pelan jalannya”
Izryel sangat khawatir.
“Iya betul” Zahlee memasang wajah
cemberut. Keluarga kecilku memberi satu semangat tersendiri memenuhi jalan
hidup. Rakyat pun tidak pernah bosan mengirim setangkai mawar atau menyalakan
lilin kecil pada malam hari sampai hari saya dinyatakan keluar dari rumah
sakit.
“Jangan berhenti menjadi presiden kami”
salah seorang wanita tua berjalan ke arahku dengan membawa setangkai bunga.
“Terima kasih untuk semua kekuatan doa
kalian” pertama kali berucap di depan media setelah kembali ke rumah.
“Mari bersama-sama memperbaiki sekaligus
membangun Negara ini,” seperti biasa membuat beberapa kalimat kemudian pergi
meninggalkan wartawan dan media tanpa harus menjawab pertanyaan mereka lagi.
Saya akan belajar menjadi seorang
pemimpin yang benar-benar mengerti makna defenisi kerendahan hati. Tuhan
bersama mereka sekali lagi memberi kesempatan buatku untuk berjalan memperbaiki
sesuatu hal. “2 hari lagi saya akan meninggalkan Negara ini sesuai mimpi yang
ingin kuraih” Hodre tiba-tiba saja berjalan masuk ke ruang kerja kepresidenan
tanpa memberi tahu lebih dulu.
“Kenapa?”
“Salah satu pejabat penting Negara besar
yang kuinginkan berdiri di hadapanku kemarin” Hodre. Bagaimana bisa kisah
seorang Hodre berjuang seorang diri untuk berlari keluar mengejar segala
mimpinya. Tidak ada seorangpun yang bisa mencegah karena seperti itulah
perjalanan gadis seperti dirinya. Mustahil membuat pejabat penting mencari
sosok gadis bernama Hodre, tetapi kekuatan doa sekaligus imannya berjalan
menjadi satu hingga memperlihat sesuatu…
“Apa kau tidak tertarik berada di dunia
politik?” entah mengapa saya bertanya seperti itu.
“Saya tidak tertarik sama sekali, kalau
bisa Tuhan membuat berjalan jauh dari kata politik. Ingin berada di bidang lain
terdengar jauh lebih menyenangkan, namun entahlah…” Hodre.
“Entahlah?”
“Lupakan! Tuhan lebih tahu jalanku
kelak. Andaikan disuruh memilih saya tidak ingin sekalipun berjalan di dunia
politik. Kemarin berusaha membantumu di belakang layar semua itu karena keadaan
dan terpaksa…” Hodre.
“Terserah” memeluk hangat Hodre.
“Satu lagi pesanku buatmu” Hodre.
“Pesan?”
“Jangan mengandalkan atau berharap
banyak pada manusia. Andalkan Tuhan untuk perjalanan bangsa ini. manusia bisa
saja mengecewakan termasuk saya, tetapi tidak bagi Tuhan kalau kau bersandar…”
Akhir cerita adalah kami bertiga
mengantar Hodre ke bandara. Gadis itu melanjutkan pendidikannya dan bekerja di Negara
orang sesuai dengan mimpi yang ingin di capai olehnya. Izryel sendiri tetap
berada di samping ayahnya. Kehilangan Adiv seolah jalan seorang ayah hancur
berkeping-keping, tetapi Tuhan membuat kisahku kembali bersama dengannya. Gadis
kecilku Zahlee terlihat makin menggemaskan yang selalu menjadi penghibur
terbaik buatku.
Kaska kedhim berperan sebagai seorang
ayah sekaligus pemimpin dalam satu titik lingkaran tertentu. Terima kasih Tuhan
atas jalan hidup dengan sebuah seni unik sedang bermain di dalamnya.
#TAMAT#
.